Sesampainya dirumah.
"Oiy.. Jadi Alex gak ditawar makan, minum apa ngaso gitu? Kan capek jalan nganterin.. Nahan malu jalan sama orang bau pula". Celetuk Alex.
" Ihhsss... Kring cungkring.. Bukan makhrom, tak tak tak.. Lagi pula jam segini gak ada ayah sama ibu mereka lagi kerja, nanti mengundang fitnah". Sahut Risel.
"yeuhh.. Mesum, lagian masih mana ada ngira kita yang aneh-aneh kita masih sd Risel jelek". Ledek Alex.
" yaudah sono, sono, huss.. huss.. Badan udah bau banget nih mau mandi". Usir Risel sambil mendorong Alex.
Alex meledek sambil menutup hidungnya. "Emang bau dari tadi -__- ".
" ya...ya...ya... Sono tukang parabot". Sahut Risel.
"Ye...! Bye..!". Teriak Alex.
Akhirnya Risel membersihkan tubuhnya dan sungguh kejadian itu tak akan pernah dia lupakan. Setidaknya kejadian itu efek dari dirinya yang memang berani melawan orang jahat seperti dia menganggap Ayahnya seorang penjahat.
Sejak saat Risel dari kecil, dia tidak pernah melupakan sakit hatinya pada ayahnya. Kebencian mendarah daging dalam hayat dan fikirannya. Hingga dia bertekat tidak akan pernah memaafkan ayahnya itu.
Setelah membersihkan tubuhnya dari bau-bau aneh.
" Tidur...... dan tidur... Sendiri". Risel menghempaskan tubuh ke tempat tidur.
Dengan melihat kelangit-langit atap rumah. Risel berbicara sendiri.
"Huff...
Aku diberikan sebuah keluarga..
Bagiku segalanya sudah cukup..
Tak ingin rumah mewah seperti keinginan orang dewasa..
Untuk apa? Rumah sebesar ini yang hanya ada aku seorang penjaga yang kesepian..
Tak ingin banyak uang untuk membeli segalanya..
Jika uang dan uang yang mereka cari dapat membeli kebahagiaanku maka aku rela setiap waktu ditinggalkan..
Namun kebahagian ku hanya sebuah Keluarga yang utuh !
Penuh kasih dan sayang ibu..
Lindungan dan perhatian ayah..
Andai saja bu Ratna ibuku..
Dan pak Anfi ayahku..
Hidupku tidak akan securam ini..
Sungguh itu khayalku...Wahai sang pencipta,
Sampai kapan aku harus menunggu..?
Aku hanya ingin ayah dan ibuku.. Kembali.. Kembali.. Kembali... Utuh....". Curahat hati Risel sambil menetesnya air mata.Tiba-tiba..
Tring!!!tring!!!
Suara bell berbunyi.
" siapa yang datang, siang bolong begini". Usap dahi Risel berjalan kearah depan.
Tring!!!tring!!!
"Iyah...?". Sahut Risel.
" sabar ke lagi jalan". Bisiknya dalam hati.Klekk.. (Risel membuka pintu).
"Oiy...!!". Suara 1.
"Risel...!". Suara 2." Loh?". Risel kaget.
"Hey para anu mau ngapain?". Tanya Risel.
" yah.. diusir nih?". Suara 2.
"Ehh.. Engga ko, malah memang lagi butuh ada yang menemani, Aku kesepian nihh". Sanggah Risel.
" kebetulan deh, kan lumayan rumah ini kan adem selalu tenang cuma yang huninya yang bikin panas". Sela suara 1.
"Yaudah... Iya dianggep setan, padahal kalian yang setan temen kesusahan kalian menghilang". Timpal Risel sambil mengajak makhluk yang datang kerumahnya itu masuk.
" kesusahan gimana?". Suara 2.
"Kalian si, parah... Kalian jahat masa hari ini libur gak ngasih tau Risel. Gina sama Zahra jahat deh :'( Risel abis-abisan dikerjain geng G5 tau".
Suara 1 : Gina.
Suara 2 : Zahra." seriusan??? Maaf ya Risel". Sambung Gina.
Nasehat Zahra "Lagian udah dibilangin jangan berurusan sama geng alay itu ngeyel sih".
" husss ra, jangan gitu.. Risel menolong orang yang lemah.. Kata bapak Ridho : menolong orang tidak pandang bulu siapa saja harus kita tolong. Jadi, antar Risel dan putra kalo saling menolong akan menjadi sebuah hubungan yang baik. Terjadinya silahturahmi antar sesama umat beragama, Bagus kan". Tegur Gina mencontohkan gaya pak Ridho.
"Dasar bocah gemblung... Pinter-pinter pea". Bisik Risel dalam hati.
Sergap Zahra " ehh? Tapi sel diapain aja emangnya kamu sama mereka?".
"Liat nih...!! Untung aja ada Alex walau bantuan hanya suara aneh". Balas Risel menunjukan luka ddilenganya yang membiru karena dipukul.
" hahk? Alex? Anak marching band yang ganteng itu? Kelas 4B? Yang bapaknya bule? Yang suka ngeledekin kamu sel?". Sontak Gina bertanya bagai ratu kepo.
"Etts.. Udahlah.. Ayo.. main dikolam aja. Gak usah dibahas aku tau kalian kesini cuma pengen renang kan?". Celetuk Risel melirik kedua kawanya.
" nah iya.. Kamu tau.. Aku penasaran ta... Tapi...? Sel..". Jawab Zahra yang didorong-dorong kearah kolam oleh Risel.
"Pasti gak bawa baju ganti -_-". Sahut Risel.
Seperti biasanya kalau kawan kesayangannya itu datang tak pernah membawa baju salinan dan biasa meminjam baju renang Risel.
" yaudah kalian renang aja, kalian tau kan bajunya dimana? Tinggal ambil aja ada di box tembok perlengkapan. kalau udah mandi terus bilang kalau mau pulang. Risel tinggal istirahat yah".
"Yahh Risel gak ikutan?". Timpal Gina.
" ya kali gin, badanku remuk begini -__- ".
" ya kita gak jadi deh, mau nemenin Risel ajah.. Yuks ra.. Temenin Risel bobo". Ujar Gina.
Risel tersenyum dan merentangkan tangannya seperti berdoa."Makasih, akhirnya aku tidur tak kesepian lagi".
Akhirnya mereka tidur bertiga, karena kamar Risel kasurnya tidak muat jadinya mereka tidur diruang keluarga dengan beralaskan kasur karpet empuk. Mereka tertidur dari jam 2 sampai malam hari sampai ayah dan ibunya Risel pulang.
"Loh? Ada anak-anak ?". Ibu Risel kaget.
" Risel pulang kerumah bu? Bukannya nginep dirumah pak Anfi?". Timpal ayah.
"Ayah, Risel muka dan tubuhnya memar begini? Siapa yang mukuli? Apa mungkin bu Ratna? Ahh rasanya tidak mungkin rasanya dia begitu ramah". Ibu mengelus tubuh Risel.
" ya ampun? Risel berantem disekolah mungkin bu?". Sanggah ayah.
"Besok saja kita tanya yah, kasian sekali dia".
Akhirnya Risel dan teman-temannya tertidur sampai pagi hari karena besok hari minggu mereka begitu nyenyak tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Nanti
RandomMenunggu hingga waktu yang terlewati tidak hilang dengan sia-sia. Maka kesabaran yaitu inti dari jawab ini.