Psikopat!

86 13 0
                                    

            Sanyup-sanyup mata Ami mulai terbuka, ia mulai siuman dari pingsannya, Dea dan Anggi masih setia menemani temannya itu, mereka juga bingung apa yang diinginkan peneror hingga harus memperlakukan Ami sebegitu kejamnya.

'nih minum dulu' ujar Dea memberikan satu gelas teh hangat dengan lemahnya Ami mengambil dan meminum teh hangat itu

'siapa sih yang niat banget ngerjain gue sampe kek gitu' ujar Ami menahan nada tangis

'udahlah~ jangan difikirin dulu, lo itu masih lemah, untung aja hari ini kita free

'pihak sekolah jangan sampe tau dulu, jangan ada yang ngadu sama guru' ujar Ami

'lah kenapa gitu?' polos Dea

'iyalah kalo pihak sekolah tau satu sekolah tau itu malah bikin susah kita nyari orangnya, konyol aja Cuma karena seorang Abi yang biasa-biasa aja kagak cakep-cakep amat, sampe ada pembantaian berdarah' jelas Anggi

'siapa bilang gak cakep-cakep Amat , cakep kok!' bela Dea

'tau deh yang lagi pdkt sama Abi' ujar Ami lemah

'tiati aja sih, lagi Ami yang sahabat deket dari orok aja diteror sampe segininya, apa lagi lo yang baru deket' ujar Anggi dengan nada sinis

'sebelum makin banyak korban, kita harus nemuin siapa dalang dari semua ini' ujar Ami

Jam berlalu sangat cepat Ami sedikit mulai bisa bernafas dengan tenang, akhirnya ia bisa pulang kerumah paling tidak saat dirumah ia sudah merasa aman dari ancaman-ancaman freak fens Abi.

Dengan santainya Ami mengendarai mobilnya dengan heatset ditelinganya yang sedang telfonan dengan Abi, ia menceritakan setiap kejadian yang terjadi hari ini dengan nada sedikit kesal, seandainya Abi tidak terlalu mempesona, pasti gak bakal ada teror meneror di hidupnya

'ini nih salah lo Bi'

'lah kok salah gue?' ucap suara disebrang sana

'coba aja lo gak setenar ini, gak bakal kali ada yang namanya teror meneror gak jelas gini' celoteh Ami

'gimana dong, emang udah takdirnya gini' ujar Abi di telfon

Tiba-Tiba.......

beberapa motor matic berhenti tepat di depan mobil Ami, mencegat mobil Ami dengan sigapnya Ami menginjak pedal rem

'Bi.. gue dicegat orang' ujar Ami memerhatikan motor itu memutari mobil Ami , Ami langsung mengambil tindakan untuk membawa sebuah pena Tinta hadial ulang tahunnya dari Ayah, bukan sembarang Pulpen namun pulpen ini di lengkapi kamera pengintai dan perekam suara.

'Bi jangan tutup telfon kita, gue lagi digang kecil di dekat cafe yang biasa kita datengin, gue takut buat keluar mobil, cepetan kesini' ujar Ami dengan nada lirih, Ami terpaksa melewati gang ini untuk menghindari kemacetan

'cobaan apa lagi ini (?)' Batin Ami dengan mata yang berlinang Air mata

'jangan pernah keluar mobil! Gue otw sana' ujar Abi dari sebrang sana

Namun semua sudah terlambat.... jalan itu terlihat sepi dan tertutup jarang sekali ada orang yang melihat ke gang ini, beberapa orang dari mereka menghentikan motornya dan berjalan menuju mobil Ami dengan stik golf

'mampus gue! Gue harus gimana?' batin Ami menelan ludah melihat segerombolan orang dengan penutup kepala dan jaket kulit

'keluar lo sekarang!' ancam salah seorang dari mereka

Ami berusaha tak menggubris perkataan mereka, ia tak mau gegabah, ia memilih tetap berada dimobil dan menunggu Abi datang

'Gue bilang keluar ya keluar! Atau kaca mobil lo gue pecahin!' teriaknya memukul stik golf ke kap mobil Ami

Ami hanya bisa tabah dan mengiyakan permintaan mereka dengan takutnya Ami keluar dari mobilnya membawa handphone yang masih terhubung dengan Abi dan sebuah pulpen

'Mau kalian apa sekarang?!' tanya Ami menatap setiap dari mereka namun satu orang pun tak menjawab pertanyaan Ami, hingga seorang perempuan berjalan menuju Ami dengan bringasnya

'GUE TEKANIN SEKALI LAGI SAMA LO! JANGAN PERNAH DEKETIN ABI! ATAU GAK LO BAKAL BERNASIB SAMA DENGAN TIKUS YANG ADA DI LOKER LO! PAHAM LO!' ujar perempuan itu dengan nada mengancam

'KALO GUE GAK MAU KENAPA?! LO FIKIR LO SIAPA BERANI NGATUR GUE JING' bantah Ami dengan tatapan sinis

'OH JADI LO NGELAWAN SAMA GUE!' jawab perempuan itu mengeluarkan pisau lipat dari balik jaketnya

'anjir! Seragam anak global!' batin Ami terkejut melihat seragam yang dikenakan perempuan itu sama dengan seragam sekolah Abi, ia berjalan menuju Ami dengan menodongkan pisau itu kearah Ami, berlahan Ami berjalan mundur hingga tubuhnya terhempas ke tembok

'fakk! Gue harus gimana nih!' batin Ami

'psikopat lo ya! Gilak lo! Cuma karena Abi lo rela kek gini!' ujar Ami membela diri

'terserah gue!' ucapnya menancapkan pisau itu ke dinding sengaja tak ia kenakan ke Ami, mungkin ia masih ingin bermain-main dengan Ami

ruḙ@


AmiAbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang