Chapter 5

3.7K 258 8
                                    

Gue lagi duduk di ruang tamu sambil nonton TV dengan kripik kentang di tangan. Tiba-tiba Justine datang dan duduk di sebelah gue.

"Kak. Lo ngemil mulu. Ga takut gendut apa yah?" tanya Justine

"Ga lah. Biasa aja. Kalo gue gendut kan kesannya imut-imut gimana gitu." jawab gue tanpa menoleh dari Tv.

Justine mendengus.

"Kak gue mau nanya."

"Nanya aja dek."

"Sebenarnya. Cinta itu selalu bener ga sih?"

Gue langsung noleh ke arah Justine.

"Lo? Kenapa nanya gitu?"

"Jawab aja nape sih kak."

"Menurut kakak sih yah. Cinta itu ga selalu bener kok."

"Kenapa?"

"Kadang lo bisa salah mencintai seseorang. Dan membuat lo jadi sakit hati."

"Salah mencintai orang itu seperti apa?"

"Seperti. Orang yang ga akan bisa lo milikin mungkin. Sekeras apapun usaha lo. Mungkin gitu."

Justine membeku di tempat.

"Kenapa dek? Heii dekk."

Gue melambai-lambaikan tangan gue ke depan wajahnya Justine.

"Gapapa kak. Makasih yo. Gue pergi ke rumah temen dulu yah kak. Dah"

Justine nyium pipi gue dan langsung lari ke pintu depan.

Aneh.

---

Augie : hei teman. Lagi ngapain?

Nana : kepo banget lau.

Augie : plis deh Na. Jangan cari gara-gara sama gue sehari aja bisa ga?

Nana : wahwah. Ga terbalik nih?

Sanny : notif Line gue jebol neng. Gara-gara bacotan lo bedua.

Nana : diem deh lo.

Augie : diem deh lo. (2)

Sanny : sok kompakan banget lau bedua.

Kita bertiga ada buat grup di Line. Katanya biar gampang kalo mau janjian kemana-mana. Dan namanya itu 'Cewek Cans'

Gue kadang geli sendiri kalo ngebaca nama grupnya.

"Dek."

Bang Raham menyembulkan kepalanya di pintu kamar gue.

"Buset bang. Kagetin aja. Nape?"

"Boleh masuk?"

"Sok pake izin lo bang. Biasa juga langsung masuk. Ada apa?"

Bang Raham masuk. Dan duduk di sebelah gue. Dia kelihatan kacau.

"Kenapa sih bang? Kusut banget kayaknya?"

"Dek. Mencintai seseorang yang ga boleh di cintai itu salah ga sih?"

"Maksud lo apaan bang? Mencintai seseorang yang ga boleh di cintai? Seperti apa orang yang ga boleh kita cintai?"

"Seperti. Kita jatuh cinta sama saudara kita."

Gue membelalakan mata ngedenger ucapan Bang Raham.

"Lo jatuh cinta ma sodara kita bang? Siapa ? Dina? Kak Sandra? Atau Kak Gaby?" kata gue shock.

Nama yang gue sebutin itu. Nama-nama sepupu gue yang cantik-cantik dan lumayan dekat sama Bang Raham.

"Ya ga lah. Gue cuma tanya aja. Gimana? Menurut lo salah?"

"Mau di bilang salah juga ga bisa bang. Cinta kan tumbuh dengan sendirinya. Kalo bisa milih siapa yang mau kita cintai. Pasti ga ada yang namanya sakit hati dalam kehidupan ini bang." kata gue dengan 'sok' bijak.

Bang Raham tampak berfikir.

"Bener juga sih. Pinter juga lo."

Bang Raham nyengir.

"Kenapa sih lo bang? Justine lagi tadi. Lo bedua mendadak aneh. Tanya-tanya tentang cinta begitu. Ada apa?"

Bang Raham mematung. Dan tatapannya menjadi kosong.

"Bang?" Gue nabok bahunya.

"Justine...tadi..juga nanya? Dia nanya apa?"

"Cinta itu selalu bener ga? Gitu."

"Terus lo jawab apa?"

"Kenapa sih bang? Ada apa? Ada yang lo bedua sembunyiin dari gue?" gue memicingkan mata.

Bang Raham berdehem bentar.

"Ga ada. Lo jawab apa?"

"Cinta ga selalu bener. Kadang kita bisa salah mencintai seseorang. Kira-kira begitulah."

Bang Raham tertegun.

"Woyy bang."

"Eh. Iya dek?" jawab Raham linglung.

"Lo baik-baik aja bang?"

"I'm okay. Gue balik dulu deh yah ke kamar? Lo belajar yang bener olimpiadenya."

Bang Raham ngacak-ngacak rambut gue dan kabur.

Entah kenapa. Gue ngerasa ada yang di sembunyiin dari mereka.

Tapi ah sudahlah. Gue percaya mereka.

Drrtt drrrt

'Nana Calling'

Gue mengangkat alis sebelah.

"Halo? Ngapa Na? Tumben telefon?" tanya gue heran.

"San. Lo pernah ngerasain ga dikhianati sama orang yang lo sayang?"

"Ha? Maksud lo apaan sih Na? Kok aneh banget."

"Jawab aja. Apa susahnya sih." dengus Nana.

"Ga pernah Na. Sejauh ini gue ngerasa orang-orang disekitar gue sayang sama gue kok. Hehe."

Nana menghela nafas panjang.

"Kenapa Na?"

"Gapapa. Kalo misalnya itu terjadi gimana perasaan lo?"

Gue berfikir.

"Ya pasti kecewalah. Apalagi kalo itu kalian. Tapi ga mungkin kan yah. Hehe." jawab gue santai.

Nana terdiam.

"Na? Are you okay?"

"Yes. I'm okay. Kalo gitu gue tutup dulu yah. Dahh."

Baru aja gue mau bales. Sambungannya udah putus.

Ada apa? Mereka bener-bener aneh.

Masalahnya yang aneh bukan tentang bagian tanya-menjawabnya.

Tapi reaksi mereka, yang terkesan seperti menyembunyikan sesuatu.

Benerkah?

Atau hanya perasaan gue saja?

----

Happy sunday~~

Dimohon untuk tinggalin jejaknya.

Makasih^^

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang