Aku menatap sekali lagi pada dua orang yang sedang berpelukan dibalkon atas restoran. Sepertinya mereka berdua sudah mendapatkan apa yang selama ini mereka butuhkan. Yaitu satu sama lain.
Aku ikut senang melihat mereka bahagia. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa aku sedih. Terluka. Dan lain sebagainya.
Bisa saja aku tetap diam di hotel berhubung Aldo memang mengajakku ke sini hanya sekedar karena kami mau membicarakan bisnis dengan pihak Antony.
Tapi otakku menolak tegas gagasan itu. Aku ingin melihat apa yang sebenarnya aku tau itu akan menyakitiku. Aku terus bersikeras mengikuti Aldo yang akhirnya melihat apa yang sekarang ku lihat.
Sangata senang rasanya bisa masuk ke perusahaan milik Aldo. Kakak kelasku dulu sewaktu SMA.
Dia kakak kelas yang menyelamatkanku dari bullying saat aku masih duduk dibangku satu SMA.
Dan sejak itu aku jatuh cinta padanya. Tapi sayangnya aku ditolak oleh Aldo dengan tegas karena Aldo menyukai perempuan lain.
Apa salah aku jatuh cinta pada pria sesempurna Aldo?
"Permisi? Anda tidak apa-apa?" Aku menoleh pada pelayan yang tadi penyapaku.
"Ah? Ya aku baik." Aku mencoba tersenyum.
"Tapi anda menangis?" Pelayan itu melihatku dengan atapan tak enak. Buru-buru aku menghapus air mataku dengan punggung tangan.
"Aku tidak apa-apa." Sepertinya aku harus pergi dari sini.
Aku menoleh sekali lagi ke balkon tempat Aldo dan perempuan yang dia cintai tadi berpelukan. Dan sekarang mereka sedang tertawa bahagia sambil bertatapan penuh cinta.
Tanpa sadar air mataku keluar lebih deras.
Lebih baik aku pergi. Lebih lama disini hanya akan membuatku makin sakit.
"Aw." Pekikku saat seorang pria menabrakku.
"Maaf nona." Aku menatapnya. Wajahnya terlihat kaget saat melihatbair mataku yang masih keluar. "Astaga. Maaf maaf. Apa aku menabrakmu terlalu keras?" Tanyanya tak enak hati.
"Tidak, aku tak apa-apa. Ini bukan salahmu." Aku mau berusaha tersenyum untuk menenangkannya. Tapi rasanya hatiku terlalu sakit untuk itu. Jadi aku hanya terdiam sambil terus mengeluarkan air mata sialan ini.
"Tapi tadi aku menabrakmu, dan kau menangis. Apa kau serius tak apa-apa?" tanya pria itu lagi.
"Aku hanya sedikit kacau. Mungkin aku butuh minuman." Entah kenapa aku mengatakan itu pada pria ini. Kepalaku rasanya sakit sekali. Ini harus buru-buru disiram dengan air beralkohol untuk mendinginkannya.
"Kebetulan aku tau club yang bagus. Dan aku memang ingin kesana. Bagaimana kalau kita kesana?" Tawar pria itu.
"Boleh." Tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan dan berjalan mendahuluinya.
****
Yosua pov
Sudah ku bilang aku menyedihkan?
Tentu! Aku orang yang paling menyedihkan dimuka bumi.
Aku tidak bisa mempertahankan apa yang aku sukai. Bahkan mengungkapkannya saja aku tidak berani. Jadilah aku hanya mampu melihat Denisa, sahabat baikku yang juga perempuan yang aku sukai bahagia dengan laki-laki yang dia suka itu. Dan bodohnya aku membantu Aldo untuk mendapatkan Denisa. Menyedihkan kan?
Ya tentu!
Padahal aku bisa saja diam melihat kesalah pahaman antara Aldo dan Denisa yang saling menyukai tapi tidak pernah menyadarinya. Tapi bodohnya aku aku malah repot mendengarkan curhatan Denisa, menyadarkan Aldo, dan yang paling bodoh membantu Aldo untuk mendapatkan Denisa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
RomanceDisaat pilihan itu datang tiba-tiba, tapi mampu membuatku nyaman. Tapi sepertinya rasa nyaman tidak cocok untuku. -Jenifer Agatha Lalamentik Pilihan yang tidak ku pilih mampu membuatku merubah pilihan awalku pada pilihan aneh itu. Pilihan yang merub...