Dua Puluh Enam

852 130 60
                                    

Rey masih menarik tangan Jeane dan melangkah cepat meninggalkan ballroom hotel tempat diadakannya resepsi pernikahan Aldo. Makin lama langkah Rey makin cepat dan membuat Jeane yang di tariknya sulit untuk mensejajarkan langkah mereka.

"Rey, pelan-pelan." Ucap Jeane akhirnya setelah tadi dia hampir terselandung bebatuan karena sekarang mereka sudah sampai ditaman belakang gedung tempat acara. Mendengar ucapan itu Rey seakan tersadar dan langsung menghentikan langkahnya.

"Maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Rey yang langsung mengecek keadaan Jeane. Kekhawatiran Rey membuat Jeane tersenyum.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Tapi lebih baik kita duduk sejenak." Ajak Jeane sambil menuntun Rey ke salah satu bangku taman didekat mereka. Rey hanya mengangguk dan mengikuti Jeane yang sudah duduk lebih dulu.

Suasana seketika menjadi hening. Tidak ada dari mereka yang memulai percakapan duluan. Masing-masing sibuk dengan pikiran mereka.

Jeane terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri yang mulai terganggu dengan penuturan Yosua tadi saat di atas pelaminan. Jujur kata-kata itu benar-benar membuntukan pikiran Jeane yang tadinya sudah di buat sedemikian rupa untuk melupakan laki-laki itu.

Sama halnya dengan Rey, dia benar-benar di gelisahkan dengan kejadian tadi. Dari tempatnya berdiri tadi Jeane yang seakan-akan terpikat oleh Yosua dari cara wanita itu memandangnya. Karena itulah dia merasa harus menjemput Jeane ke atas pelaminan kalau tidak Jeane akan kembali pada Yosua saat itu juga. Karena Rey tau betul walaupun sesaat, tatapan Jeane terlihat meluluh. Dan fakta itu benar-benar membuatnya frustasi dan merasa bodoh sekali.

"Kau tau, saat Aldo minta di temani untuk membooking gedung ini, dia pernah cerita kalau disinilah tempat pertama kalo Aldo dan Denisa berciuman. Tempat yang sangat spesial bagi mereka." Jelas Jeane memecah keheningan. Rey diam mendengarkan. "Mangkanya itu Aldo memilih tempat ini sebagai tempat resepsi pernikahan mereka." Jeane menatap Rey disebelahnya dengan senyuman yang masih mengembang.

"Aku menyayangimu Jeane." Mata Jeane langsung membulat sempurna dengan pernyataan cinta secara langsung dari Rey.

"A-apa?" Tanya Jeane gugup. Sebenarnya bukannya dia tidak mendengar apa yang Rey katakan, tapi dia tidak menyangka kalau Rey akan mengungkapkannya kembali.

"Aku mencintaimu." Ucap Rey kembali dengan kalimat yang berbeda. Kali ini Jeane benar-benar bungkam bingung harus merespon seperti apa.

"A-aku... mm." Jeane kembali bungkam. Dia benar-benar tidak tau harus merespon ucapan Rey dengan bagaimana.

"Aku tidak bisa menunggu lebih lama. Aku merasa jika tidak mengungkapkannya sekarang, aku akan kehilangan dirimu." Rey meraih tangan Jeane ke dalam genggamannya. Jeane tidak menolak perlakuan Rey. Dia masih bingung ditempatnya duduk.

"Rey, aku.." Jeane masih tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk merespon Rey, jadi dia hanya menundukan kepalanya.

Tanpa diduga Rey mengangkat dagu Jeane agar menatapnya. Mata Rey lurus menatap Jeane, seakan ingin membongkar semua yang ada didalam sana. Mencari sisa-sisa perasaan yang Jeane simpan.

Jeane pun merasa terbuai dengan pandangan sendu Rey. Tapi dirinya sendiri bingung apa yang harus dia lakukan. Sebenarnya kemarin dia benar-benar sudah meneguhkan diri untuk kembali pada Rey. Siapa yang tidak luluh dengan laki-laki seperti Rey. Laki-laki nyaris sempurna dengan semua kesabaran yang dia punya hanya untuk Jeane.

Tapi perasaan itu dikacaukan dengan kata-kata Yosua di pelaminan tadi. Pertahanannya di hancurkan hanya dengan sebaris kalimat yang menyatakan kalau dia benar-benar ingin kembali padanya. Harusnya dia sudah menerima Rey sekarang. Yosua sialan!

ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang