9. Shocked

164 37 5
                                    

Aku merebahkan diriku dikasur. Mendengarkan musik sambil membaca novel membuatku nyaman. Untung saja besok tidak ada tugas yang membebankan ku.

"Psstt."

Aku tidak menghiraukan suara itu. Mungkin saja aku salah dengar.

"Alina."

Lagi lagi aku mendengar suara. Kali ini suara itu memanggil nama ku. Karena aku penasaran, aku mencari sumber suara itu berada dan ternyata suara itu berasal dari arah balkon kamar ku. Aku membuka pintu balkon kamar dengan sangat pelan.

Aku melihat ke arah kanan dan kiri, tapi tidak ada tanda-tanda orang disana. Karena merasa tidak ada orang, aku kembali masuk kedalam kamar.

"Aaa!" Aku berteriak karena tiba tiba ada yang menepuk pundak ku saat aku baru saja masuk kedalam kamar.

Aku berbalik badan sambil menutup mata ku. Aku takut. Aku takut jika seseorang itu adalah penjahat. Memikirkannya sudah membuat ku merinding.

"Hei!" Suara itu suara laki-laki. Itu membuat ku semakin takut.

"Aku Nata." Laki-laki itu mengguncangkan tubuhku.

Yang benar saja ada orang yang mengaku bahwa dia Nata.

"Lepas tangan mu, dan lihat aku. Aku Nata, Alina."

Aku melepaskan tangan ku dari wajahku yang menutupi mata. Aku melepaskannya dengan sangat perlahan, karena aku takut jika orang itu benar-benar seorang penjahat.

Saat penglihatan ku terlihat semua. Aku mundur beberapa langkah karena aku melihat Nata di depan ku. Sekarang aku bukan takut tapi aku tidak menyangka bahwa Nata ada disini.

"Ada apa?" Tanya ku. Aku masih menetralkan jantung ku yang berdetak lebih cepat dibandinkan biasanya, entah karena Nata mengagetkanku atau Nata yang rela datang malam-malam ke rumah dan naik hingga balkon kamar ku.

"Tidak ada." Nata terduduk di balkon kamar sambil meluruskan kakinya dan pandangannya melihat ke arah langit.

Malam ini sangat indah dengan cahaya bulan yang menghiasi malam dan bintang-bintang bertaburan di langit.

"Apa kau jarang kesini?"

Aku menghembuskan nafas berat. "Ya."

"Kenapa?"

Aku tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada Nata.

"Enggak punya waktu."

"Jangan terlalu sibuk belajar," Nata mengelus kepala ku lembut.
Aku hanya bergumam mananggapi ucapan Nata. Sebenarnya aku hanya sedang menormalkan jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Tapi aku takut, aku takut belum siap melepaskan Nata untuk orang lain.

Suasa menjadi canggung setelah itu. Aku berharap ada yang memulai pembicaraan. Entah aku ataupun Nata. Setidaknya situasi kali ini tidak seperti pertama kali aku bertemu dengannya.

"Aku merindukan mu."

Jantungku tiba-tiba berhenti berdetak. Aku tidak menyangka bahwa Nata berbicara seperti itu padaku. Tidak mungkin Nata mengucapkan kata itu untuk ku.

"Hei, kenapa?"

"Apa kau gila Nata?"

"Ya aku gila. Gila karena kau Alina." Nata menyeringai. Nata berdiri dari duduknya lalu mendekat kearah ku. Aku mundur perlahan karena takut dengan ekspresinya.

Dukk

Sial. Aku tidak dapat mundur lagi. Nata semakin mendekat kearahku. Wajahnya sangat dekat dengan ku. Aku dapat mencium nafasnya yang beraroma mint.

Menyingkirlah dari ku. Oh God kenapa aku tidak bisa berkata kata sekarang? Kenapa rasanya sangat sulit untuk ku berbicara?

Wajah Nata semakin dekat dengan wajah ku. Aku tidak bisa bergerak semua terasa berat dan kaku. Aku tidak dapat melakukan apa-apa. Aku tidak mampu menampar, memukul ataupun menendangnya agar menyingkir dari hadapan ku. Mungkin aku terpesona dengannya, hingga aku tersadar bahwa wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Semakin dekat. Dan...

"Aaaaa!" Nafasku terengah-engah. Untung saja itu hanya mimpi. Aku tidak menyangka bahwa aku akan bermimpi seperti itu. Memikirkannya pun aku tidak pernah.

Aku berjalan lemas ke arah kamar mandi. Aku memperhatikan diriku dicermin, berantakan. Sangat berantakan. Rambut acak-acakan dan keringat membasahi muka ku.

Aku langsung membersihkan dan menyegarkan diriku. Mengguyur badan ku dengan shower membuat ku sedikit tenang. Walau terasa dingin, tidak apa asalkan pikiran ku jernih dari Nata.

Setelah mandi aku memakai seragam sekolah ku dan mengeringkan rambutku dengan hair dryer.

Setelah semua rapi, aku langsung bersiap-siap untuk sarapan dan bersiap kesekolah.

Semoga mimpi itu tidak berakibat apa-apa untuk ku.

-W-

26 Desember 2015

WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang