Memasak sebuah masakan yang belum pernah kita coba sangat sulit. Buktinya sampai sekarang kami baru berhasil menciptakan satu buah karya, ya walaupun resepnya kita ambil dari internet tapi tetap saja, masakan yang lainnya selalu gagal. Entah karena tidak mengerti atau memang tidak bisa.
Karena terlalu lelah akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Sambil memikirkan cara memasak yang benar.
Tanpa kami sadari, satu persatu dari kami terlelap. Terlalu lelah untuk menyelesaikan dua buah masakan yang belum selesai.
Aku terbangun karena merasakan getaran di kantung celana ku. Alarm. Sejak kapan aku memasang alarm pukul dua siang? Apa? Jam dua siang? Aku melirik teman teman ku yang berada tidak jauh dari ku. Tertidur. Aku membangunkan mereka semua. Ini sudah jam dua, berapa jam yang harus kami gunakan untuk membuat dua macam masakan?
Mereka semua memasang wajah panik plus kaget di waktu yang bersamaan. Bersamaan dengan itu, kami langsung berlari kearah dapur untuk melanjutkan memasak.
Cakra menyebutkan bahan apa saja yang akan kami gunakan, Nail menyiapkan alat, sedangkan aku dan Florent mencoba membuat masakan.
Jam telah menunjukan pukul tujuh malam. Cukup lama memang. Tapi kami berhasil membuat tiga macam makanan dari negara Italia.
Kami menyimpan semua makanan yang kami buat di lemari es milik Florent untuk dibawa besok pagi.
Karena kami memasak makanan cukup banyak, akhirnya masakan yang kami buat dijadikan makanan makan malam. Lengkap sudah, makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup.
"Ayo dimakan."
"Udah pasti Flo," Cakra terlihat semangat saat akan memakan makanan yang kami buat.
"Semoga enak," ucap Nail saat mengambil makanan.
"Enak lah, masa enggak enak," Cakra meninju lengan Nail.
"Udah udah, ayo dimakan. Nanti keburu dingin."
"Udah dingin juga sih," Nail terlihat cuek yang mengucapkan kata kata itu.
"NAIL..." lagi lagi cakra terlihat kesal.
"Apa?" dan lagi lagi Nail terlihat cuek.
Setelah itu tidak ada lagi yang merespon ucapan Nail karena kami sibuk menikmati makan buatan kami sendiri.
-W-
Aku sedang menunggu Florent di depan gerbang karena pasti dia akan kerepotan membawa makananya. Aku berharap Florent cepat sampai di sekolah, aku terlalu risih jika diperhatikan oleh teman sesekolah. Tepat waktu, mobil putih yang ku tahu pemiliknya berhenti di depan gerbang. Aku berlari menuju mobil itu untuk membantunya.
"Biar aku yang bawa."
"Terima kasih Al," Florent tersenyum.
Cukup berat ternyata membawa dua keranjang yang berisi makanan serta alat alat makanan. Tapi kasihan jika Florent harus membawanya juga.
"Berat ya?" Tanya Cakra dengan santai sambil menyender di pintu kelas tanpa peduli seberapa berat keranjang ini.
"Sini aku bantu," Nail langsung membawa dua keranjang yang aku pegang. Baik sekali Nail.
"Berat juga ternyata," ucap Nail setelah menaruh keranjang di atas meja ku.
Untung saja Florent tidak mendengarnya. Tidak enak jika Florent mengetahui bahwa aku membawa keranjang berat dari depan gerbang hingga kelas.
"Bu Ara datang," Berry, ketua kelas ku berteriak. Semua teman teman ku terlihat kerepotan unuk menyusun meja dan makanan dalam piring. Untung saja dari tadi kelompok kami sudah menyusunnya, jadi tinggal merapihkannya saja.
Tidak lama kemudian, bu Ara masuk ke kelas, berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya, menyicipi satu persatu masakan yang telah di buat. Tibalah bu Ara di meja kelompok kami.
"Kami membuat masakan dari negara Perancis," Florent mulai berbicara.
"Appetizer kami bruschetta," ucap ku, bu Ara menyicipi bruschetta yang kami buat.
"Main course yang kami buat adalah spaghetti," lanjut Cakra, bu Ara melanjutkan percobaannya.
"Dan ya dessert kami adalah panna cotta,"
"Not bad," kami tersenyum dengan ucapan bu Ara.
Setelah bu Ara selesai menilai masakan yang telah di buat, bu Ara menyebutkan kelompok dengan nilai terbaik di kelas ku.
"Kelompok dengan nilai tertinggi adalah kelompok Benny, yang terdiri dari Benny, Naya, Sarah dan Roy."
Teman teman bertepuk tangan untuk kelompok Benny.
"Tapi kalian semua lah yang terbaik," ucap bu Ara lagi.
Setelah itu bu Ara pergi meninggalkan kelas.
"Tidak apa, kita udah membuat yang terbaik," ucap Cakra.
Nail merangkul Cakra sambil menganggukan kepalanya.
"Akhirnya akur," ucap ku dibarengi gelak tawa dari ku da Florent.
"Kita emang akur," ucap Nail dan Cakra berbarengan.
Dan kami berempat pun tertawa. Tugas kami telah selesai. Mungkin kami tidak akan sekelompok lagi. Walaupun sekelompok, tidak akan berempat seperti ini lagi.
-W-
23 Desember 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting
Teen FictionMenunggu. Aku akan menunggu mu. Menunggu sampai kamu benar benar seperti dulu. Sampai kamu mau melihat ku. Aku memang bodoh. Aku bodoh karena menunggu yang tidak pasti. Tapi bukankah cinta harus diperjuangkan? Tapi mengapa harus aku yang berjuang? s...