Liar pt. 2

183 51 16
                                    

"Kamu sangat sunyi," bisik Axel. "Seperti angin sore ini."

Anak perempuan itu tersenyum, "itu pujian?"

Axel terkejut. Dia menampar pipinya sendiri. Terasa sakit, sehingga menyadarkannya bahwa ini bukanlah mimpi. Namun, tadi itu seperti jiwanya sudah melayang.

Axel memerhatikan anak perempuan itu. Rambutnya panjang dan berantakan karena tertiup angin, dia memakai baju terusan berwarna putih yang kotor oleh tanah, dengan kucing hitam di pangkuannya dan buku bersampul coklat di sampingnya.

"Ada apa?" Tanya anak perempuan itu.

Axel menggeleng ragu, "ku-kucingnya."

Anak perempuan itu terkikik, "aku belum memutuskan namanya."

Axel mengangguk.

"Kemarilah," ujarnya seraya menepuk tanah di sampingnya.

Axel mendekati anak perempuan itu, menatap matanya dalam-dalam. Namun, kosong. Axel tak menemukan apapun di dalamnya. Sepi sekali. Menenangkannya.

"Siapa namamu?"

Axel kembali terkejut, "ah ... Axel."

"Namaku Charlotte," katanya. "Salam kenal!"

Charlotte menjulurkan tangannya ke depan Axel.

Axel menatapnya sebentar, kemudian menyambut jabatan tangan Charlotte. Axel merasa berbeda, tangan Charlotte sangat dingin, membuat dada Axel berdegup kencang. Perasaan yang aneh ketika kulit mereka bersentuhan merasuk ke dalam tubuh Axel dengan cepat.

Axel menurunkan tangannya yang bergetar seraya menatap Charlotte dalam-dalam. Mata Charlotte sangat gelap baginya.

"Gak pulang? Udah sore," kata Axel.

Charlotte memukul kakinya, "aku gak bisa pulang, aku gak punya kaki."

Axel melihat kaki Charlotte. Dan ya, kakinya hanya sampai lutut saja.

Axel menutup mulutnya. Dia menatap Charlotte namun anak itu hanya tetsenyum lembut padanya. Dia menjulurkan tangannya ke pipi Axel. Namun Axel malah terkejut dan mundur.

"Maaf, kamu kaget ya?" Katanya. "Sensasi yang kamu rasakan adalah kesedihan dan ketakutan."

Axel menggelengkan kepalanya.

"Itu nyata kok," lanjut Charlotte, membuat dada Axel berdegup hingga terasa sakit.

Axel menutup matanya rapat-rapat. Semua ini terasa tak masuk akal baginya. Sensasi apa? Dia tak mengerti.

Perlahan, Axel membuka matanya. Charlotte masih ada di hadapannya. Tersenyum lebar seolah tak terjadi apa-apa.

Axel menghela napas untuk menenangkan dirinya. Tapi, apa yang membuatnya begitu ketakutan?

"Aku akan mengantarmu pulang," kata Axel. "Tenang, biar aku gendong."

"Um? Merepotkan gak?" Tanya Charlotte. "Aku berat loh."

"Ka-kamu," kata Axel gugup, kemudian berdeham. "Oke, kamu itu mungil, aku yakin bisa menggendongmu."

"Itu pujian? Oke."

Axel menaruh melepasnya dan menaruhnya di depan dadanya kemudian membalikkan tubuhnya. Dia merasakan tangan mungil Charlotte melingkar di lehernya. Axel memegangi kaki Charlotte dan menggendongnya. Seperti dugaannya, Charlotte memang ringan. Dia merasakan rambut Charlotte jatuh ke pundaknya.

"Gimana caranya kamu bisa kesini?" Tanya Axel.

"Rumahku gak jauh dari sini, jadi gak masalah kalau aku menyeret tubuhku dengan tangan," balas Charlotte ringan.

Lie-LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang