Six

142 6 0
                                    



Raejin melangkah gontai di lorong rumah sakit, hatinya berkecambuk pikirannya tak bisa berfikir jernih. Kemudian Kakinya berhenti disebuah kamar dimana disana seorang pria tengah diikat sambil meronta-ronta, hatinya kembali sakit. Ingin sekali ia berada disana, namun ia juga takut akan tersakiti lagi.

Oppa.. mianhae~

Beberapa perawat dan dokter Zhang mengantisipasi keadaan Jin. Dugaan dari sebelumnya ternyata salah, ini sudah mendekati lebih parah.


Lou Gehrig : gangguan delusi yang diciptakannya tanpa sadar.


"berikan obat penenang, dan obat lainnya yg berdosis tinggi" ucap Dokter Zhang pada perawat itu.

Dokter Zhang kemudian keluar, dia melihat Raejin berdiri mematung diambang pintu. Dokter Zhang lalu menghampiri gadis itu.

"Istirahatlah.. kau tampak lelah Raejin-ssi"

Raejin menatap Dokter Zhang sejenak, setelah itu mengalihkan pandangannya pada Jin lagi.

"Aku tidak bisa tenang, jika aku tidur.."

"Tak apa.. kau sudah mencoba yang terbaik. Kau tahu kasus episode akan terjadi padanya jika dia dibiarkan berkeliaran Raejin-ssi, dan itu juga akan berdampak buruk baginya karena dia selalu melihat Yaeri sebagai yeojachingunya yg sudah meninggal. Visual hallusinasi yg dia buat-buat seakan nyata dan itu akan menyebabkan dia terus mencelakai dirinya sendiri jika tak segera ditangani"

Raejin diam, ia seakan ingin menangis saat ini juga.

"Aku tahu perasaanmu padanya.." ucap Dokter Zhang yg membuat Raejin menoleh dengan pandangan *lo kok bisa tau? O.o"

"Yah tidak sulit menebak itu, jadi jangan salahkan dirimu okai? Tunggulah... aku yakin jika dia berusaha pasti akan sembuh. Nanti kau juga bisa melihatnya setelah percobaan episodenya." Kata D.Zhang sambil menepuk bahu Raejin.

"Kamsahaminda sunbae "

D.Zhang tersenyum manis sekali memperlihatkan lesung pipinya. *omona bang icing thium leh gak?*

"oh ya satu hal lagi, untuk sementara ini bisakah kau menggantikanku untuk memantau perkembangannya? Besok aku harus ke China mengurus lab praktikumku. Ne ne ne?"ujar D.Zhang dengan aegyonya.

Raejin tersenyum mengangguk. "Ne. arasseo sunbae, kamsahaminda telah mempercayakannya padaku"

"ah tak perlu begitu, kau mempunyai bakat menjadi Dokter kok. Jadi Hwaiting!! Ini kesempatanmu Nona Min"

Setelah itu D.Zhang berlalu dari hadapan Raejin.


***


Jin tengah berdiri menghadap jendela dengan tatapan kosong, wajahnya yang tampan tampak pucat pasi dia lemah tak dapat apa-apa. Itulah yang dirasakan saat ini oleh Kim Seokjin, entah dia selalu bertanya-tanya. Wae wae waeyo?

Dia juga bingung mengapa dia sekarang ada disini, tempat ini membuatnya kecil.

"Annyeonghaseyo SeokJin-ssi, waktunya meminum obat anda" ucap perawat menghampiri Jin yg tengah berdiri membelakanginya.

Jin kemudian berbalik, perawat itu menyodorkan nampan berisi tiga jenis obat dan air putih. Jin mengambilnya lalu menelannya.

Setelah selesai, perawat tersebut beranjak pergi. Saat hendak menuju pintu, Jin memanggil perawat itu.

"Suster, apa aku terlihat seperti orang yg terkena skizofrenia?" tanya Jin.

Perawat itu lalu tersenyum pada Jin. "Kau sudah melakukan yg terbaik Jin-ssi"



Raejin berdiri dimeja repsesionis sambil membolak-balikan lembar-lembar mengenai perkembangan Seokjin, memang beberapa minggu ini terlihat seperti episodenya menurun. Dan yg selebihnya masih butuh pemantauan lebih lanjut.

"Annyeonghaseyo Raejin-ssi"

Gadis berambut cokelat tersebut menoleh kesumber suara. Terlihat disana, seorang namja yg mungkin sebaya dengan oppa nya itu memakai jas ala presdir badannya tak terlalu tinggi wajahnya putih dari orang korea pada umumnya matanya yg tajam memberikannya kesan bijaksana. Wajahnya juga terlihat dingin.

Dia terlihat seperti Seokjin oppa, apa jangan-jangan hyungnya..


Namja didepannya ini tersenyum. Lalu mengulurkan tangannya pada Raejin.

"Kim Junmyun imnida~"

Raejin membungkuk. "Min Raejin imnida" lalu membalas senyumannya.

Junmyun terkejut sesaat menormalkan kembali ekpresinya.

"Bagaimana perkembangannya Raejin-ssi"

"Episodenya.. ah maksutnya kondisinya memang sedikit labil belakangan ini, tapi kami sudah memberikan dosis obatnya untuk menghilangkan episodenya."

Junmyun menghela nafas. Dia ingin sekali bertemu dongsaengnya itu, dia rindu masakan dongsaengnya itu. Impiaannya jadi tak bisa ia wujudkan menjadi Koki ternama karena gangguan yg dideritanya ini.

"Tiga tahun yg lalu dia mempunyai seorang yeojachingu, dia teman semasa kecil Seokjin. Oh Soo Hyun, gadis yang manis. Bisa dibilang ia dambaan para namja. But Sesempurnanya seseorang pasti dia akan memiliki kekurangan. Bukan kah begitu Raejin-ssi?"

Gadis itu hanya tersenyum menanggapi cerita Junmyun.

"Oh Soo Hyun dia dari keluarga yg bisa dibilang sederhana, dia juga pekerja paruh waktu di sebuah restoran dekat kampusnya. eommanya meninggal karena penyakit kanker paru-parunya, appanya yg pengangguran dan sering pulang mabuk itu membuat Soo hyun jadi tulang punggung keluarga. Setiap Jin mengunjungi apartemennya, ia selalu melihat wajah Soo hyun memar. Tapi gadis itu juga selalu mengelak, dan pada akhirnya entah karena apa Soo Hyun bisa mengalami kecelakaan tragis seperti itu. Saat kutanyakan langsung pada Jin dia malah berteriak histeris, dan bilang semua itu salahnya. "

"Apa luka memar yg dialami Soo hyun-ssi itu semacam terbentur benda atau terpukul oleh benda?" tebak Raejin.

Sebenernya Junmyun itu kaget denger pernyataan Raejin, Junmyun tau dari detektif kepercayaannya buat selidikin semua tentang Soo hyun kan. Dan pada saat itu juga detektifnya Junmyun bilang Soo Hyun sering dihajar oleh appanya. Pada awalnya Junmyun menyembunyikan itu dari Jin agar dongsaengnya itu tak kalap. Karna dia tahu bagaimana Jin jika ia tahu soal ini.

Sepanjang hidupnya, ia selalu menghormati yeoja. Termasuk eommanya. Apalagi Soo hyun yg notabenenya yeojachingu yg ia sayangi. Jin akan melakukan apapun agar dapat melindungi orang yg berarti dalam hidupnya.


Kau wanita yg beruntung Soo Hyun-ssi.


Raejin tersenyum miris. Entah kenapa dia sekarang jadi merasa iri, tak seharusnya ia begini. Gadis itu memang mencintai Jin sejak masuk di Universitasnya.


Oppa... bisakah aku mengisi lubang dihatimu yang terdalam? Izinkan aku oppa..






Next chap seven.


The Name of Love (Jin bts Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang