Raejin saat ini tengah berada dirumah sakit jiwa Busan. Dimana ia akan menjadi asisten dokter untuk pertama kalinya. Impiannya terwujud meskipun belom menjadi seorang Dokter. Tapi dia juga akan berkerja sekeras mungkin untuk mencapainya. Permulaan adalah awal yang baik.
"annaeyong" sapa Raejin saat memasuki ruang yg bertuliskan Dr.Zhang.
Pria yg seumuran dengan appanya itu mendongak menatap Raejin yg berdiri didepan pintu.
"nuguya?" tanya pria itu dengan wajah innocentnya *aww mas icing*
"Dokter Zhang? Saya Min Raejin, dann---"
"Oh kau putri dari Siwon-ssi? Omonna! silahkan duduk Raejin-ssi" belom sempat meneruskan dokter zhang menyela dan langsung mengenalinya.
Raejin Nampak memperhatikan dokter Zhang yg saat ini tengah tersenyum kepadanya, dan kau tahu? Senyumannya sungguh manis apalagi lesung pipinya itu. Tapi baginya Seokjin lah yang tetap tampan. *omona cinta sungguh buta*
Dokter Zhang juga tahu kalau saat ini dirinya sedang diperhatikan seorang gadis imut didepannya yg akan menjadi asistennya untuk tiga bulan kedepan. Dan dia juga sudah terbiasa dengan tatapan memuja dari sekian banyak yeoja.
"baiklah kita to the point saja Raejin-ssi" suara dokter Zhang membuyarkan lamunan Raejin.
Dokter Zhang hanya tersenyum.
"Anda bisa mulai besok atau bisa juga sekarang. Tapi mungkin tak banyak waktu, karena juga aku harus segera mengurus malpraktekku di Seoul. Apa anda keberatan Raejin-ssi?"
"anniyo. Saya mengerti kalau Dokter zhang sangat sibuk" diakhiri kekehan pelan.
"sepertinya anda mempunyai kepribadian yg unik Raejin-ssi"
"Kamhasaminda dokter Zhang" ucap Raejin sambil membungkuk sopan.
Raejin dan dokter Zhang sedang mengililingi rumahsakit jiwa Busan. Sesekali mereka bercakap-cakap dan darisitu Raejin bisa mendapat informasi menarik dari percakapannya dengan dokter Zhang. Mereka berdua jadi cepat akrab, pembawaan Raejin nyaman dan juga Dokter Zhang yg tak pernah kehabisan topik agar suasana tidak terlalu canggung.
"Dia wooyoung pria yg mungkin seumuran denganmu, dia memiliki kebiasaan yg aneh seperti menggambar alat kelamin manusia. dokter disini sudah angkat tangan dengannya. Dan aku juga saat ini masih mencoba untuk mendekatinya walau berakhir dengan dia yg mengacuhkanku" jelas DokterZhang saat kami melihat pria ditaman sedang menggambar sesuatu.
"halusinasi disosiasinya terlalu tinggi" gumam Raejin.
Dokter Zhang lalu menoleh pada Raejin. "Yah kau betul. Sepertinya kita akan bekerja sama dengan baik Raejin-ssi"
***
Raejin saat ini tengah mengamati sosok diluar jendela kelasnya, sambil memakai earphone dan mendengarkan lagu favoritnya. Matanya yg cokelat tak lepas dari sosok disana yg sedang duduk bersila membaca buku, kacamata frame bertengger diwajahnya membuat kesan tampan pria itu semakin nampak. Kebiasaan Raejin yang tak pernah lepas dari mengamati sosok Kim Seokjin walaupun itu hanya dari jarak jauh.
Sejenak pipi gadis itu merona memandang Jin tengah serius membaca buku. baginya pria yang terlihat tampan itu saat sedang bersandar tembok sambil membaca buku ketimbang pria yg hanya bisanya membual dan mengutamakan penampilan.
Benar-benar gadis yg unik.
Mungkin jika Seokjin masih bisa membuka sedikit hatinya dan cara pandangnya, bisa jadi dia akan menyukai Raejin atau lebih tepat mencintai. dan akan jadi sepasang kekasih yg most wanted. Tapi apalah takdir membuat Seokjin membuat dunia khayalannya sendiri dengan menciptakan Yaeri dikehidupannya. Yaeri hanya ilusi. Halusinasi. khayalan. Dan itu sebagian bentuk yg dibuat Seokjin atas menderitanya dia, atas kehilangannya dia pada sosok Oh Soo Hyun pacarnya yg mengalami kecelakaan tragis, yg juga dilihat langsung oleh SeokJin.
Saking ketakutannya dia pada kecelakaan itu membuat dia mengurung diri dikamar mandi. Dan sampai saat ini dia pun tak bisa tidur jika tak dikamar mandi. Penderita seperti itu memang sulit untuk disembuhkan pengecualian dari niat si penderita Skrizofrenia tersebut.
"Aku akan membantumu menyembuhkan Skrizofrenia mu Seokjin oppa...."
Next chap four
KAMU SEDANG MEMBACA
The Name of Love (Jin bts Fanfiction)
Novela Juvenilaku selalu memperhatikannya dari jauh, setiap harinya. Apapun yang dia lakukan aku sungguh menyukainya. Dari caranya membaca buku, memandang orang lain dengan tatapan tajamnya dan dari cara dia berbicara. Sampai-sampai aku mulai menaruh hati padanya...