A Hope that Becomes A Reality

12 4 6
                                    

Aku selalu berharap suatu saat nanti hubungan pertemananku dengan Rafa kembali terjalin dengan baik. "Rafa... maafin aku. Aku masih memendam rasa ini. Dari dulu hingga sekarang. "Gumamku dalam hati, memecahkan keheningan suasana di kamarku.

Aku selalu berdoa agar aku dan Rafa bisa saling sapa menyapa lagi.
Sesungguhnya aku gak nyaman bersikap diam kalo ketemu dia( gak nyapa, gak saling melempar senyum.). Rasanya semua canda tawa, senyum, sapaan tekikis oleh waktu.

Ingin rasanya aku menghapus semua rasa yang ada buatnya. Aku ingin menghapus rasa ini. Akan tetapi, semakin ku berusaha menghilangkannya, rasa ini semakin melekat di hatiku.

Sungguh, sungguh sangat sulit mengapusnya.

"Ya sudahlah, semua usaha telah aku lakukan untuk menghapus rasa ini. Semoga aja semua bisa membaik, aku dan Rafa bisa saling bertegur sapa, saling melempar senyum satu sama lain, bisa ketawa bareng, jalan bareng, dan semua membaik. Amin" kalimat ini selalu terlontar dari hatiku.

***************

Di keheningan malam yang sepi dan sunyi. Rembulan ditemani taburan bintang. Membuat ku iri, mereka tidak kesepian. Aku, malam ini aku merasa sangat kesepian. Entah mengapa aku rindu dengan Rafa.

Mama, Papa dan adikku Rai pergi. Aku di suruh jaga rumah.-_-

"Ya Allah, semoga malam ini aku bisa bertemu Rafa, kita bisa saling sapa. Amin."
"Iihh... ko Mama&Papa belum pulang sih. Aduh aku BT nih. Huh .. hp aku lagi servis lagi. Ya ampun sedih banget deh." Kata berbicara sendiri.

"Mau nonton tv tapi mager. Huh malam - malam gini gak ada drama korea apa? Aduh laper nih." Aku mencari mie instan. Ya ampun mie instannya habis lagi. "Huh..!!" Aku bergegas ke supermarket kecil di seberang jalan. Tidak jauh sih.

Ketka aku sampai di pertigaan jalan untuk menuju ke supermarket tersebut, aku berpapasan dengan Rafa. Ia sedang menunggu pesanan makanan nya.

Aku menatap ke arahnya. Ia juga melihat ke arah ku. Kami bertatapan mata cukup lama. Ingin rasanya ku menyapa Rafa, tetapi sulit. Aku hanya tersenyum. Untuk pertama kalina aku memberikan senyuman dari hati, dengan penuh ungkapan dengan sangat tulus.

"Ziraaaaa" sapa Rafa
"Raafaaaa " jawabku secara refleks.

Kita bersamaan menyapa dengan memanggil nama. Kita berdua salin melempar senyuman. Dan saling menatap mata.

********
Kejadian tadi membuatku terhipnotis hingga aku lupa untuk membeli apa aku ke supermarket ini.

Rasanya aku ingin terbang, bak roket yang akan melincur ke udara. Hahaha...
"Aku senang sekali."
"Terima kasih ya Allah"
"Akhirnya doa - doaku selama ini terkabul."
Ucapku dengan senangnya.

Iya, aku baru ingat, aku kesini kan mau beli mie instan. Aku mengambil mie, keripik dan susu.

****

Sesampainya di rumah aku memasak dan menyantap mie itu seorang diri. Mama dan Papa tak kunjung pulang.

Tak henti - henti hentinya aku tersenyum. Aku senang sekali. Semua terasa indah.

Detak jantungku selalu berdebar kencang tak karuan ketika aku mengingat kejadian tadi.

Sesampainya Mama dan Papa di rumah, aku menyalaminya. Aku senyum dengan mereka dan bersikap lebih gembira dari biasanya. Hingga Papa dan Mama heran melihat ku.
Hehehe..

Jangan lupa vote ya.. terima kasih.

17.12.2015

JUST SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang