Please, Ann - 1

34.2K 2.5K 385
                                    

Diga, lelaki dengan kacamata berbingkai hitam itu sedang mengetuk-ngetukkan jarinya ke permukaan kotak sterofoam. Sesekali ia melirik ke arah arlojinya yang hampir saja menunjukkan pukul tujuh tiga puluh tepat. Lima belas menit sudah ia duduk di bawah pepohonan yang letaknya di depan gedung Arsitek kampusnya.

Saat melihat seorang gadis yang sedang sibuk menguncir rambutnya dan mengapit buku diktat tebal di bawah dagunya, senyum Diga melebar sumringah. Refleks ia berdiri saat gadis itu semakin dekat.

"Pagi, Ann," sapa Diga seraya tersenyum lebar. Tangannya mengacak-acak rambut Anny yang sudah dikuncir rapi.

"Pagi, Diga," Anny membalas dengan senyuman yang sama seraya mencubit kedua pipi Diga.

Diga mendekat ke arah Anny. Ia sengaja mengendus-endus keras di bahu kekasihnya yang sedang tertutupi jaket. "Kamu belum mandi ya?"

"Ih." Anny memukul bahu Diga. Bibirnya mengerucut kesal. "Aku mandi, tau."

Diga mengulum senyum geli. "Tapi kok masih bau?"

Anny menghentakkan kakinya hingga kunciran rambutnya bergoyang-goyang. "Tau ah. Aku mau ke perpus dulu ngerjain tugas. Sana pergi," usir Anny seraya berjalan menjauh.

Diga terkekeh. Ia menahan pergelangan tangan Anny agar gadisnya tak pergi kemana-mana. "Duduk dulu ah."

Anny menuruti perintah Diga tanpa menolak lagi.

"Kamu boleh ke perpus, tapi makan dulu ya." Diga membuka kotak sterofoamnya kemudian meletakkannya di pangkuan Anny yang sedang tersenyum tipis.

"Karena kamu kuliahnya pagi banget, jadi aku cuma bisa beli bubur."

Anny selalu merasa beruntung memiliki kekasih seperti Diga. Jika ia memiliki jadwal kuliah pengganti jam enam pagi seperti kali ini, Diga akan rela bangun pagi juga untuk menunggunya keluar kelas dan membawakannya sarapan, seperti saat ini.

"Makasih ya." Anny pelan-pelan mulai melahap buburnya.

Di sampingnya, Diga hanya tersenyum tipis.

"Kamu mau ke perpus habis ini?"

Anny hanya bergumam, mengiyakan.

"Mau aku temenin?"

Dahi Anny berkerut heran. "Emang kamu enggak kuliah?"

Diga melirik arlojinya. "Nanti jam sembilan ada."

Anny hanya mengangguk.

"Gimana kuliah tadi?"

Di sampingnya, Anny menghela napas. "Ngeselin abis."

"Kenapa?"

"Masa aku ditugasin buat bikin maket dan cuma dikasih waktu seminggu?"

Anny menjeda untuk meneguk air mineralnya. "Seminggu, Diga. Bayangin. Cuma dikasih waktu seminggu cuma gara-gara Pak Pur mau Pengabdian Masyarakat ke luar kota.

"Enggak tahu deh bakal kayak gimana jam tidurku."

Diga hanya tersenyum tipis seraya merapikan helai-helai rambut Anny yang berantakan karena tertiup angin. "Nanti aku bantuin."

Kedua mata Anny berbinar cerah. "Serius?"

Diga mengangguk tegas. Selalu, apa pun demi Anny, meski Diga tak menguasainya, ia rela untuk meringankan beban Anny.

Anny menutup kotak sterofoamnya yang sudah kosong. "Yaudah yuk, ke perpus." Anny beranjak dari duduknya.

Diga mengikuti seraya memakai tas ranselnya di punggung.

"Eh." Anny teringat sesuatu. "Kamu udah makan?"

Diga tersenyum tipis seraya menggeleng pelan.

"Eh? Kok belum? Aduh buburnya udah kuabisin pula."

Diga menepuk-nepuk puncak kepala Anny dengan lembut. "Aku bisa makan nanti siang, kok."

Anny mengangguk-angguk. "Gitu? Oke deh."

Di belakang punggung Anny yang mulai berjalan, Diga hanya mampu tersenyum miris. "Perutku masih bisa diurus nanti kok. Yang penting tugasmu dulu."

*****


a/n

iya, yang bikin cover si just-anny, judulnya "Please, Ann". dan iyaaa, ini karakternya pake nama dia. dan karakter cowoknya..... hanya kami yang tau bhahahaha. ini bakal pendek kok ceritanya. semoga kalian sukaaa








Please, AnnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang