Please, Ann - 5

11.8K 1.7K 500
                                    

A/n

Hai. Hadiah taum baru nih, sekalian. Update pas jdar jdernya kembang api. Aku lagi di jalan, btw. Habis liburan seminggu. Dan ini masih di jalan mau pulang. Ngantuk dan kondisi mata beler. Selamat tahun baru bagi yang merayakan ya xD

Ah ya, ini agak kontras sama mood tahun baru yang jdar jder euforianya. Harapannya sih angst. Gatau deh berhasil apa enggak hehe

******

Diga merasa nyawanya melayang-layang saat mendapat kabar bahwa keadaan mamanya semakin buruk hingga terpaksa dipindah ke ruang ICU. Rasanya ia tak lagi bisa bernapas dengan benar saat melihat Indira sedang dipeluk Radit di ruang tunggu. Diga tak lagi kuat melangkah saat menyadari adiknya sedang menangis sementara kedua mata Radit sedang terpejam rapat sembari berulang kali mengusap lengan keponakannya.

Radit adalah satu-satunya adik dari mama Diga yang paling dekat dengannya dan Indira. Semenjak papa meninggal, Radit seolah menjadi pengganti papa untuk mereka berdua. Dengan adanya Radit, Diga merasa bersyukur karena setidaknya ia masih memiliki seseorang yang bisa menjadi tumpuan untuknya dan Indira—seperti saat ini. Saat di mana Diga tak lagi mampu menopang Indira seorang diri karena ia juga merasakan kesedihan yang semakin terasa karena keadaan mama yang memburuk.

Diga duduk di sebelah Radit dengan perlahan sembari merebahkan kepalanya pada bahu Radit. Lelaki itu sempat terkejut sebelum menyadari bahunya yang tiba-tiba terasa berat.

"Mama kenapa, Om?" tanya Diga tanpa menyembunyikan suaranya yang bergetar.

Radit hanya menggeleng-geleng pelan. Saat membuka kedua matanya, Diga bisa melihat dengan jelas seberapa merahnya kedua mata Radit. Tenggorokan Diga terasa sakit. Kedua matanya terasa panas saat menyadari Radit terlihat menyimpan kesedihan yang sama dengannya. Mereka seperti merasakan satu hal yang sama. Radit yang takut kehilangan kakaknya sedang berusaha menguatkan kedua keponakannya yang bertumpu padanya.

"Om belum tau keadaan mamamu gimana, Dig. Mending kamu berdoa aja."

Mending kamu berdoa aja.

Satu kalimat itu terus bergema di dalam pikiran Diga. Rasanya ada mendung yang menggantung di atas kepalanya. Diga hanya mampu memandang kosong ke arah Indira yang sekarang jatuh tertidur di dalam pelukan Radit. Adiknya itu sepertinya terlalu lelah menangis. Sembari menahan tangisnya, Diga menyelipkan helai-helai rambut yang menempel pada wajah Indira yang basah.

Radit dan Diga bersisian dalam diam. Keduanya merapal doa yang berharap bisa terkabul saat itu juga.

Membutuhkan satu hal untuk menguatkannya, Diga merogoh ponsel yang berada di dalam saku jaket. Jemarinya mengetuk-ketuk cepat di atas layar.

Mama sakit, Ann.

Aku mau cerita tapi enggak pernah ada kesempatan

Maaf bikin kamu salah paham

Rara enggak ada apa-apa sama aku

Mama sekarang di ICU, Ann

Aku takut

Please, AnnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang