6. Aira (II)

483 25 1
                                    

"Sudah pulang tamunya?" tanya Adit ketika Aira masuk ke ruangannya.

"Sudah."

"Ayo Ra, kita makan. Aku bawa chicken teriyaki dari restoran Chick'n, favorit kamu." Adit membuka tas kertas yang dibawanya, menyiapkan makan siang mereka. Aira hanya bisa diam memperhatikan gerak - gerik Adit.

" Makasih ya Dit, udah bawain aku makan siang."

Mereka makan sambil mengobrol kesana - kemari. Mulai dari cerita Adit tentang kehidupannya di German, sampai pekerjaannya yang melanjutkan bisnis orang tuanya. Aira juga sedikit bercerita tentang awal mula bisnisnya.

"Ngomong - ngomong, gimana dengan cewek German? Cantik - cantik, ya?"

"Cantik. Tapi gak ada yang menarik perhatian aku kaya kamu."

*****

Selesai mandi, Aira merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Handphone-nya berdering. Nomor baru yang tak ada di kontaknya.

"Halo"

'Halo. Aira? Ini Ryan.'

"Ryan?"

'Iya, Ryan yang beberapa hari lalu ke butik.'

"Ooh. Ada apa, Mas?"

'Sebenarnya saya gak enak bilangnya, takut pacar kamu marah.'

"Pacar yang mana? Aku gak ada pacar kok, jadi santai aja. Hehe"

'Besok kamu ada waktu luang gak? Saya mau minta temani beli kado untuk Stevy. Maaf ya sebelumnya, tapi saya tidak punya saudara perempuan yang bisa saya mintai tolong. Dan kebetulan mama saya sedang ke luar negeri.'

"Besok, ya? Boleh, jam berapa?"

'Jam 4 sore?'

"Oke"

'Boleh kamu sms alamat rumah kamu? Nanti saya jemput.'

"Oke, nanti kukirim alamatnya."

'Sebelumnya, thank you ya.'

"You're welcome."

*****

"Maaf ya Ra kalau ngerepotin kamu. Saya benar - benar gak punya orang lain lagi yang bisa dimintai tolong. Saya gak punya saudara perempuan. Ada sepupu, tapi kebanyakan masih kecil, yang udah besar kuliah di luar kota. Dan mama, seperti yang saya bilang, lagi ke luar negeri."

"Gak apa - apa. Aku senang kok bisa bantu."

Saat ini Aira dan Ryan sedang duduk di dalam mobil, dalam perjalanan ke Daisy Jewelry. Salah satu toko perhiasan ternama di kota ini. 

Setelah berdiskusi dengan Aira, Ryan memutuskan untuk memberikan cincin untuk hadiah ulang tahun Stevy yang ke-26. 

Yah, sebetulnya bukan diskusi, karena dari tadi Aira yang memberi saran dan Ryan yang memutuskan ya atau tidak. Dan Ryan sangat setuju ketika Aira menyarankannya untuk memberi Stevy perhiasan.

Dan disinilah mereka sekarang. Memilih cincin yang mana yang kira - kira cocok dengan Stevy.

"Selamat sote Mba, Mas. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang pelayan toko menghampiri Aira dan Ryan.

"Saya cari cincin untuk hadiah ulang tahun pacar saya."

"Wah, romantis sekali. Untuk materialnya, Mba-nya mau yang mana, emas kuning, emas putih atau platina?" Sekarang mba pelayan toko bertanya kepada Aira. Dia salah paham, dikiranya Aira adalah pacar Ryan yang akan diberi cincin.

"Bukan untuk saya, Mba. Saya temannya. Saya justru mau bantu dia pilih hadiahnya. Ryan, mau yang mana?" Aira salah tingkah.

"Emas putih aja, Mba."

Pelayan toko membimbing Ryan dan Aira ke sudut toko. Disana terdapat sebuah etalase besar yang berisi berbagai perhiasan dari emas putih.

"Di sebelah sini." Pelayan toko kembali menunjukkan koleksi cincin emas putih milik Daisy Jewelry.

Ryan dan Aira mulai melihat - lihat cincin mana yang menarik.Setelah beberapa kali mencoba cincin, akhirnya mereka memutuskan untuk membeli sebuah cincin dengan detail bunga penuh taburan kristal di atasnya. Ya, Ryan meminta Aira untuk mencobanya. Karena menurutnya, badan mereka hampir sama, pasti berlaku juga dengan jari mereka, Aira dan Stevy.

Selesai membeli cincin, Ryan mengajak Aira makan di sebuah restoran yang letaknya dekat dengan toko perhiasan. Menurut Ryan, makanan di restoran tersebut enak dan harganya sesuai dengan kepuasan yang mereka dapat. Dan setelah makan disana, Airapun setuju dengan pendapat Ryan.

Ryan menghentikan mobil sport warna putih miliknya di depan rumah Aira.

"Makasih banyak untuk hari ini ya, Ra."

"Iya, sama - sama. Makasih juga untuk traktirannya."

"Sama - sama. Aku pamit dulu, ya. Salam untuk keluarga kamu. Maaf aku gak mampir."

Aira segera masuk ke rumah ketika mobil Ryan berlalu dari hadapannya. Kedua orang tua dan adik cantiknya sedang asyik menonton tv.

"Cie yang baru pulang nge-date." Tentu saja ucapan itu berasal dari adik semata wayangnya.




The Wedding OrganizerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang