4. Dimulai Dari Vivi

69 5 0
                                    

"Aarrgghhh!!!" Seruku kesal.

Mataku lelah terlalu lama memandangi laptop, kulihat ujung jari-jariku mulai menebal karena terlalu sering mengetik. Pegal, lelah, ngantuk, lapar, tapi aku tidak memedulikan semua itu demi karya keduaku. Editorku sudah menagihnya sejak lama tapi aku tetap santai, kini aku harus mengebut demi debut kedua.
Aku menyimpan ketikan novelku di dokumen dan mematikan laptop, memutuskan untuk istirahat sejenak jadi aku membanting tubuhku ke kasur.
Ponselku bergetar, baru saja ingin istirahat sebentar tapi editorku sudah menelepon lagi!!!

"Halo bos" kataku sambil menguap.

"Gimana novelnya?"tanyanya seperti biasa.

"Dikit lagi" jawabku singkat dengan mata tertutup.

"Udah hampir dua bulan vi" jawabnya sambil menghela napas. "Saya mau beri kamu waktu istirahat, kedengarannya dari tadi kamu lelah"

"Banget!!!!" seruku kesal. "Hah? Liburan bos? Tapi ini bentar lagi rampung"

"Saya tau, tapi kamu masih pelajar, jadi saya kasih keringanan. Dan saya mau kamu cari pengalaman untuk novel selanjutnya, supaya novelmu lebih menarik" kata editorku bijak.

"Tapi bos..."

"Dua bulan buat istirahat, setelah itu saya telfon lagi dan deadline diundur jadi Desember. Dan satu lagi, jangan panggil saya bos"

"Iya Pak Ofan" jawabku singkat.

Editorku menutup telefon, membuatku agak kesal dan sedikit lega. Kesalnya adalah aku sudah ngebut novel demi debut kedua tapi malah diberi istirahat, dan leganya ternyata editorku itu bisa mengerti kalau aku masih anak sekolah.
Aku berbaring di kasur beberapa saat dan memandangi foto keluargaku di dinding kamarku, aku tidak menyukainya, tapi entah kenapa setiap aku ingin melepas foto itu ada rasa enggan.
Tahu kenapa? Aku tidak menyukai mereka karena mereka overprotektif, dan ibuku bukan ibu kandung, ayahku orang yang keras sehingga aku mengalami KDRT. Meninggalkan bekas sabetan dan beberapa bekas hanger yang utuh. Karena itu aku jadi minder dan mengenakan baju panjang kemana-mana.
Kini aku berada di rumah saudaraku, aku diusir karena sebuah alasan pribadi dan aku bersyukur karena diusir, aku menjadi bebas berkarya dan nenikmati masa muda lebih dan lebih.
Kira-kira, apa yang harus kulakukan untuk menentukan cerita untuk novelku yang berikutnya? Apakah aku harus mencoba genre lain selain genre thrill atau fantasi yang selama ini kubuat?
Tidak ada salahnya bermalas malasan sebentar, jadi aku membuka ponsel dan mengaktifkan data, lalu mengunjungi grup chat ku. Grup ini sudah seperti keluarga sendiri bagiku, walaupun kenal lewat dunia maya, aku merasa nyaman dengan mereka semua.
Seorang member bernama Jo yang sudah sering mengobrol denganku hari ini berbicara lagi denganku.

"Vi, lagi apa? Ada waktu nggak?" katanya di dalam chat Line.

Jujur saja, aku kurang menyukai Jo karena dia mesum dan suka berbicara semaunya, dan umurnya sudah sembilan belas tahun, mengingat dia sudah bekerja membuatku agak aneh berbicara dengannya.

"Lagi tiduran, mbb abis nugas" jawabku pendek.

"Meet yuk" tawarnya.

"Gak ah, takut" jawabku lagi.

"Nggak bakal ngapa-ngapain Vi, serius deh, ayo laah meet" paksa Jo.

"Gue bokek" jawabku tanpa tertarik.

"Gue udah gajian" kata Jo.

Aku tidak menyukai Jo, dia pernah membagikan akun resmi penjual obat aborsi di grup dan dia adalah admin akun resmi berbau mesum. Aku juga takut dengannya, jadi aku mencari alasan.
Hampir setengah jam Jo memaksa dan aku mengarang alasan, Jo mungkin mulai kesal dan mulai memakai cara keji.

Tangan Tangan KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang