6. Keempat Bintang.

72 6 0
                                    

Jari-jemari Vivi yang menari-nari diatas keyboard laptopnya bergerak lincah kesana kemari, sambil membaca kerangka cerita yang sudah dibuatnya Vivi terus mengetik tanpa istirahat. Deadline tinggal dua hari lagi, jadi Vivi harus mengebut.

"Makan dulu nak" suruh Pakde nya dari luar kamar, mengingat Vivi belum makan sejak kemarin malam.

"Tanggung, pakde!" jawab Vivi masih berapi-api dan melanjutkan mengetik.

"Iya Pakde tau kamu semangat, tapi makan dulu nak, nanti kamu sakit" kata Pakde nya.

Vivi tidak menggubrisnya, ia terus nengetik namun perutnya makin lapar sehingga ujung jarinya bergetar dan tidak bisa dipakai mengetik.
Ia memutuskan untuk menyimpannya di dokumen, lalu keluar kamar untuk makan sebentar.
Kalau dipikir-pikir, sudah lama ia tidak bertemu para temannya yang ia jadikan narasumber di novelnya sekarang, apa yang sedang mereka lakukan?

*****

"Aaargghhh boseennn!!!!" erang Indi sambil menjambak rambutnya sendiri.

Indi menatap ponselnya dengan tatapan bosan, mencoba menghibur diri dengan bergumam tidak jelas tapi malah membuatnya jelas tampak sangat bosan.

"Bang, tahan banget lu gini, nggak bosen?" tanya Indi ke Bambang sambil menjedutkan keningnya ke dinding, membuat adiknya, Azalia tertawa.

Bambang tidak menjawab, ia masih sibuk belajar IT lewat tab nya. Bambang tidak merasa bosan karena ia setiap hari sekolah, sedangkan Indi libur dan terus berada di rumah, tentu saja ia merasa bosan.

"Mau main?" tanya Bambang menawarkan Indi sambil menunjuk kotak pianika nya.

Indi menaikkan sebelah alisnya dan tertawa, lalu mengacungkan jempol.

"Leh ugha" katanya.

Bambang dan Indi mengambil kotak pianika dan mengeluarkan pianikanya dari dalam kotak, lalu memasukan senjata-senjata yang mereka sembunyikan di suatu tempat, Indi mengambil bahan-bahan lain ke dalam ransel.
Setelah semua bahan terkumpul, mereka menaiki tangga dan naik ke atap kosan, area tempat jemuran.
Mereka mengeluarkan barang-barang itu dan merakit jebakan jenis baru.
Seperti biasa, Bambang akan mencobanya sendiri setelah selesai merakit. Ia memakai topeng anonymous dan jaket berkupluk cokelat, lalu Indi merekamnya. Gerakan-gerakan Bambang sangat lincah saat menghindari jebakan buatannya sendiri, setelah selesai, Indi tepuk tangan.

"Gue punya ide" kata Bambang akhirnya. "Kenapa nggak di upload ke youtube?"

"Emang bakal apa?" tanya Indi penasaran.

"Ngartis lah, lo mau famous kan?" jawab Bambang sambil melepas topengnya.

Indi tersenyum dan setuju, ia segera membuat akun youtube.

*****

Gunawan berjalan ke masjid untuk sholat maghrib, melewati para mantan teman-temannya para anak stelan yang sedang nongkrong di gang. Dicibir dan dihina sudah biasa bagi Gunawan, ia mungkin berhasil berubah namun masa lalu tidak bisa dirubah atau dilupakan.
Setibanya di masjid, ia masuk ke dalam dan duduk di shaf nya karena sudah berwudhu dari rumah.

"Nak Gunawan?" tanya seorang bapak-bapak di sebelahnya.

Gunawan otomatis menengok, melihat bapak-bapak yang memanggilnya itu. Bapak itu tersenyum dan menjabat tangannya.

"Pak polisi yang waktu itu?" tanya Gunawan menebak.

"Masih ingat ya?" katanya tersenyum.

"Kok bapak disini?" tanya Gunawan bingung.

"Disini memang tempat saya bertugas, karena itu dulu saat saya menjemput keponakan saya saya mudah menemukan rumah temanmu itu" kata Pak Polisi menjelaskan. "Oh iya, gimana keadaan Bambang dan...."

Tangan Tangan KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang