Author's Note:
Prolog ini hanya menceritakan tentang masa lalu yang agak pedih dari seorang lelaki, walau tak sepenuhnya.
________________________________________________________________________
Aku Igashiro Kouta.
Natal, hari ulang tahunku. Aku pergi bersama kedua orang tuaku untuk menikmati malam natal ini. Semua jalan yang kami lihat dari dalam mobil dan lewati, semuanya tertutup salju putih.
"Kouta, apa yang kamu inginkan?"
Suara hangat dari seorang wanita berambut putih yang duduk di kursi depan mencapai telingaku yang ada di kursi tengah. Dia adalah ibuku, Igashiro Irin.
Ibuku ini aslinya dari Prancis, dan keturunan unik berambut putih, yang menurun kepadaku.
"Toko mainan!" jawabku dengan riang dan penuh semangat. Wajarlah bagi anak umur 5 tahun.
"Haha, pemberhentian berikutnya, Toko ma~i~na~n!" kata ayah yang sedang menyetir, mengumumkan layaknya speaker di stasiun kereta.
Igashiro Yuuta, ayahku. Rambutnya hitam layaknya orang jepang asli. Bertemu dengan ibu saat kuliah di sebuah universitas di Tokyo, dan akhirnya menikah.
Dan, katanya ayah sampai ditolak 3 kali oleh ibu, baru diterima. Ibu yang menceritakan ini padaku, dan Nagi-oba-san, adiknya ayah pernah bilang kalau ibuku itu tsundere.
'-oba-san' itu panggilan untuk bibi.
'Tsundere' itu tipe orang yang malu-malu tapi mau.
Sepertinya, ciri rambut putih yang ada di keturunan ibuku, akan menurun bagaimanapun caranya itu.
Saat ayah dan ibu menuruti permintaanku, karena kesenangan, aku langsung melonjak dan meneriakkan 'hore'.
Mereka berdua tersenyum melihat reaksiku. Yah, orang tua yang normal akan tersenyum juka melihat anaknya yang masih berumur 5 tahun senang secara alami.
Dan... saat itu juga... aku menyesali permintaanku yang sangat bodoh itu.
Semuanya menjadi hitam dalam sekejap.
________________________________________________________________________
Saat aku terbangun, semuanya serba putih. Tubuhku terasa berat dan sangat susah untuk digerakkan.
"... di mana...?" tanyaku kebingungan. Aku tak bisa mengingat bagaimana caranya aku bisa berakhir di sini. Sepertinya juga bukan teleportasi atau semacamnya.
"Di rumah sakit." Suara seseorang menjawab pertanyaanku. Aku terkejut mendengar suara itu saat aku mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi.
Aku menoleh ke sebelah kiri, dan aku melihat bibiku, Igakuro Yanagi, merenung di sampingku, membawa anaknya, Igakuro Riku, yang masih berumur sekitar 2 tahun.
"... ayah dan ibu..." aku merasa kalau aku telah melupakan sesuatu yang sangat penting, tapi apakah itu?
Nagi-oba-san terisak dan tertegun. Dengan berat hati, dia mengatakan, "... 3 hari yang lalu... Mereka... telah meninggal..." Nagi-oba-san meneteskan air matanya.
Otomatis, aku juga teringat kembali apa yang terjadi. Semuanya bagaikan mimpi buruk yang aku harap tak pernah terjadi. Pada hari itu, pada malam natal yang seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagiku, bagi keluargaku... mobil yang kami sekeluarga kendarai, mengalami kecelakaan...
"Kemarin, ada gempa kecil yang membuat beberapa kendaraan kehilangan kendalinya, dan terjadi panik." Jelas Nagi-oba-san kepadaku. Aku hampir tak menyadari kalau itu penyebabnya. Sebelumnya, aku hanya menyadari kalau itu adalah mimpi buruk, tapi bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boku-tachi no Jinsei Course [Cancel]
Teen FictionIni akan menceritakan tentang kehidupan di sebuah asrama dan tentang masa lalu yang saling berhubungan. Note: Banyak twist-nya ntar. Kalau suka yang banyak twist-nya, baca ya~! Cover by: @cendanipualam