Author's Note:
Orang yang kamu suka ada di dekatmu selalu, bukankah itu merupakan kebahagiaan yang tak tertahankan?
________________________________________________________________________
Tanpa sadar, hari sudah berganti dari malam menjadi pagi. Saat aku terbangun pada pagi harinya... hal yang pertama aku lihat adalah pemandangan yang sangat tak enak untuk dipandang.
Aku bingung kok bisa menjadi seperti ini. Padahal aku tak melakukan apapun kemarin dan langsung pergi tidur dengan kamar yang rapi. Karena Gin pintar, aku tak curiga padanya sedikitpun.
Gin mengoleskan bulunya ke pinggangku. Saat aku menoleh, aku langsung menemukan beberapa amplop kertas yang dibawa oleh Gin di mulutnya, kalau dilihat-lihat sih, itu mungkin adalah catatan-catatan yang ditujukan kepadaku. Kenapa aku bisa tahu? Itu semua gara-gara semua amplop berhias yang biasanya berwarna-warni, hanya ada yang berwarna putih di hadapanku.
Kamarku bau bir, kaleng bir berserakan, dan saat aku mencari untuk memarahi Kazuki-sensei--satu-satunya orang yang bisa melakukan itu, dia juga sudah tak ada di kamarku. Kemana perginya sensei tak bertanggung jawab itu!?
"... Terimakasih, Gin!"
Untuk sementara, lebih baik aku mengikuti alirannya saja.
Aku mengambil amplop pertama dari mulutnya Gin, dan Gin setia menungguku selesai membaca amplop demi amplop. Sebenarnya, dia juga ikut membaca semenjak dia tahu cara membaca dan mengetik, dan bahasa jepang juga...
"... Aku mulai takut akan kemampuannya yang mungkin bisa melebihi batas rata-rata manusia."
Aku membuka amplop paling atas dan meletakannya di atas kasur. Itu dari Kazuki-sensei. Gin juga mengerti apa yang ditulis di situ, jadi aku tak perlu membacakannya dengan suara.
'--Yah~, maaf~! Kemarin aku menggunakan laptopmu untuk mengecek situs porno yang kau buka, dan aku tak menemukannya sama sekali. Cukup mengecewakan. Tapi aku menemukan beberapa anime yang cukup menarik di folder-mu dan menontonnya sampai pagi, dan juga ditemani bir kaleng tentunya~. Maaf, tolong buangkan semua kalengnya.--'
Aku melihat susunan kata yang panjang dan sangat membuatku sebal, dan membuat mataku dan tanganku gatal. Aku bisa membayangkan wajah sensei itu sedang membuat pose yang membuatku jijik dan meminta tolong kepadaku dengan sangat tak tulus. Apa dia lupa kalau dirinya juga berusaha membongkar privasi-ku? Kenapa dia bisa setenang ini meminta tolong kepadaku, itu masih misterius, dan sangat tak rasional.
Aku melirik ke arah Gin, yang memandangi surat itu dengan mata yang penuh dengan kekesalan.
"Gin, apa yang akan kau katakan jika kau berada di posisiku?" Kataku sambil menyodorkan laptop yang menyala, dan ada program memonya.
Sekitar 30 detik dia mengetik, akhirnya selesai juga kalimatnya. Aku lamgsung membaca apa yang dia ketik.
'--Tentu aku akan marah dan mengatainya dengan kata-kata yang cukup kasar! *****!--' aku melihat apa yang ditulis Gin, dan aku cukup, sangat terkejut.
"Gin, dari mana kau mendapat pengetahuan seperti itu?"
Gin mulai mengetik kembali. Tapi, sepertinya kali ini akan sangat panjang sekali. Itu dilihat dari keseriusannya, karena aku bisa membandingkan wajah seriusku hanpir sama dengan ekspresi yang dia buat sekarang.
Aku menggunakan waktu itu untuk membuka manga lewat smartphone. Aku tahu ini tindak kriminal, tapi aku menggunakan aplikasi yang bahasanya inggris dan hanya untuk membaca manga yang sudah tak dijual lagi. Siapa tahu ada yang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boku-tachi no Jinsei Course [Cancel]
Teen FictionIni akan menceritakan tentang kehidupan di sebuah asrama dan tentang masa lalu yang saling berhubungan. Note: Banyak twist-nya ntar. Kalau suka yang banyak twist-nya, baca ya~! Cover by: @cendanipualam