Bab 2 - Setan?

2.9K 233 0
                                    

Malam ini aku memutuskan untuk bermalas - malasan di apartement ku. Tiba - tiba suara rintik hujan memasuki indra pendengaranku,aku berjalan mendekati arah balkon dan menikmati embun - embun air hujan yang mengenai wajahku. Menyejukkan.

Hujan akan turun ketika awan menjadi terlalu berat dan tidak bisa menahannya. Sama hal nya dengan manusia ,di saat kita tidak bisa lagi menahan beban kehidupan maka air mata lah yang membuatnya tampak lebih baik.

Aku sangat setuju quotes tersebut.
Dering handphone ku membuyarkan lamunan ku, aku pun menekan tombol hijau.

"Hallo?" Tanyaku

"Selamat malam nyonya kazel"

"Ya, mike ada apa?"

"Hari ini semua nya masih stabil"

Seulas senyum terukir di wajahku.

"Baiklah, thanks mike"

Aku langsung mematikan telepon ku dan mike.

××

Sudah pukul 2 dini hari aku masih berada di tempat gemerlap ini tanpa ada niat untuk memegang minuman di depan ku. Di ruangan VIP ini tidak ada akan yang mengganggu ku, aku hanya sibuk berkecamuk dengan pikiran ku. Aku memutuskan untuk keluar dari club ini, di saat aku berjalan kearah pintu keluar tangan ku di cekal seseorang. Aku pun berbalik untuk melihat siapa orang tersebut.

"Selain ngerokok lo juga sering clubbing ya?" Tanyanya.

Orang yang di depan ini berhasil membuatku terkejut setengah mati. Astaga, dia macam setan selalu ada di mana gue ada. Aku memandangnya dengan tatapan datar.

"Dan udah gue jelasin ke elo, jangan ganggu gue lagi. Ini hidup gue jadi lo gak usah ikut campur." ucapku dengan nada penekanan.

"Mulai sekarang gue bakalan selalu hadir di kehidupan lo"

Aku menghembuskan nafasku berat.

"Fix, lo sakit jiwa" ucapku dan pergi meninggalkannya tanpa menghiraukan panggilannya.

××

Sesampai di apartement aku memutuskan untuk tidur. Mata ku pun mulai terpejam.

Di sekitarku di penuhi dengan kegelapan bahkan tidak ada satu orang pun yang menerangi ku. Tapi, di sana ada satu titik cahaya. Aku berjalan mendekat cahaya itu namun semakin ku mendekat semakin menjauh. Semakin cepat aku mengejar semakin menjauh dan mengecil cahaya itu aku pun terduduk lemas. Aku membutuhkan setitik cahaya untuk menerangi kegelapan ini.

Aku terbangun dengan nafas tersengal - sengal. Mimpi kegelapan lagi. Bahkan di dalam mimpi pun kehidupanku sangat gelap. Aku hanya berharap ada yang bisa memberiku cahaya di kehidupanku. Ku lihat jam di handphone ku menunjukan jam 5.40 aku pun bergegas bersiap - siap untuk sekolah.

××

Terik matahari membuatku semakin malas untuk sekolah hari ini. Bahkan aku yang sedang duduk di bawah pohon yang rindang di taman belakanh sekolah pun tidak bisa melindungi dari terik matahari. Aku menyumpal kedua telingaku dengan headset dan mulai lah Austin mahone - All i ever need mengalun, aku mulai memejamkan mataku.

Tiba - tiba benda dingin menempel di pipiku aku pun terkejut dan membuka kan kedua mataku. Dan melepaskan headset yang berada di telingaku.

"Lo pasti haus deh dari tadi lo diem di sini" ucapnya.

Aku hanya memandangnya jengah. Karena aku tidak menjawab pertanyaan ia pun duduk di sebelahku.

Ini orang siapa sih? Setan apa manusia?.

"Nama gue Alkarenzo faiq, lo bisa panggil gue enzo. Dan juga gue manusia" ucapnya sambil terkekeh.

Aku membalikan badanku menghadapnya dengan tatapan terkejut.

"Selow neng matanya, ntar keluar lagi melotot kayak gitu"

"Ish apaan sih, gue gak nanyain nama lo. Dan gue gak peduli siapa lo" ucapku dengan memalingkan wajahku.

"Tapi lo peduli kalo gue selalu di samping lo" ucapnya dengan nada jahil.

"Dasar sinting" gumamku.

"Hah apa?" Tanya nya.

Aku berdiri dan bergegas meninggalkannya. Tetapi orang itu -- bukan, enzo sudah berdiri di depanku. Sial, dia pake lari segala lagi. Aku menghentakan kaki kananku dengan kesal.

"Mau lo apa sih?!" Tanyaku dengan nada jengkel.

"I just want to know about you" ucapnya.

Seulas senyum terukir di wajahku.

"But, i won't you to know about me"

Aku melanjutkan jalanku. Namun tiba - tiba tangan ku di tarik dan aku di dalam pelukan seseorang. Di dalama pelukan seorang enzo.

"Gue tau lo gak baik - baik aja dari awal gue natap mata lo"

Aku terhenyak mendengar perkatannya. Sialan, aku pun mendorong badan nya dan melepaskan pelukan kami.

"How dare you are!" Ucapku dengan jengkel dan pergi meninggalkanya.

××

Aku berjalan memasuki loby apartement ku jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Di saat aku berjalan tiba - tiba tangan ku di cekal seseorang.

Perasaan akhir - akhir ini sering banget ini tangan di pegang orang .

"Hai ketemu lagi" ucapnya dengan nada tak berdosa.

"Lo.. gila ya"

"Iya gila karena mu..." jawabnya dengan memonyongkan bibirnya.

"Buset dah fix lo sakit jiwa" ucapku sambil meninggalkannya.

Sesampainya di depan pintu apartement aku berbalik dan masih menemukan enzo di belakangku dengan cengiran tak berdosanya.

Aku pun menghela nafas ku.

"Please.. jangan kaya gini" ucapku

Cengiran di wajah enzo berganti dengan wajah datarnya.

"Kenapa lo nutupin diri lo dari semua orang?"

Aku menutup kedua mataku dan membukanya lagi dengan helaan nafas.

"Karena mereka --- mmm bukan mereka tapi kalian semua sama. Fake people. Gue terlalu muak buat ladenin itu semua" jawabku dengan wajah datar.

Ku dengar helaan nafas gusar enzo.

"Tapi lo seharusnya tau kalo gak semua orang kayak gitu, dan lo gak tau kalo gue tulus buat menerangi kegelapan hidup lo"

Setelah itu di depan pintu apartement ku hanya kesunyian mengelilingi di antara kami berdua.

××
TYPO BERTEBARAN MAAF YA WKWK
LANGSUNG PUBLISH SOALNYA LAGI GABUT . @#&*';-*-&#&@,

ENJOY MY LOVELY READER♡♡♡♡

LOVE
-CIYO-

Kazel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang