Bab 4 - Back

2K 194 1
                                    

× Kazel

Aku mencoba menetralkan nafasku yang sudah terengah - engah melihat orang di depanku.

"Kazel" ucapnya dengan suara rendah.

Aku berjalan ke arahnya dan menatapnya datar.

"Mau apa lo kesini? Di sini gaada yang bisa lo rebut lagi."

"Zel gue ini sodara lo walaupun kita sodara tiri"ucapnya.

Jedar. Bagaikan di sambar petir hati kazel terasa sangat sakit. Kenyataan yang tidak ingin di dengarnya dari mulut orang di depannya ini dari dulu.

"Lo bukan sodara gue. Gue gak punya sodara brengsek kaya lo" ucapku sambil membuka pintu apartementku.

Tanganku di tarik dan otomatis menghadap ke arahnya."Kazel, lo harus nerima semua kenyataan. Ini udah jalan takdir lo dan gue. Bukan, maksud gue kita semua. Kita semua udah menyesal dengan keberengsekan kita."

"Persetan Jesica Fandra, gak ada pernah ada 'kita' . Gue gak pernah nyesel. Lo semua yang brengsek, semua terjadi karena kehadiran lo dan cewek penggoda itu."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri ku, aku meringis dan menatap nya garang. Aku melihat wajah nya memerah menahan amarah.

"Lo bisa ngehina gue, tapi jangan pernah hina mama gue!" Ucap nya dengan nada tinggi.

Aku menghentakan tangannya yang mencekal tanganku. "Karena lo berdua berhak di hina,bitch"

"Dan gue gak kaya lo, suka pakai cara kotor buat dapetin harta orang lain" sambungku sambil memasuki apartementku.

Aku langsung berjalan ke arah kamar mandiku dan mengambil benda yang selalu membuatku tenang sejenak.

Cuter.

Aku mulai menyayat tangan kiri ku, darah mulai mengalir di tangan ku. Entah sampai mana aku menjalankan tangan kananku untuk melukai tangan kiriku, semuanya mulai meredup.

Aku berharap semuanya setelah ini berakhir.

×××××××

Enzo pov

Sialan, kazel gak ngangkat telpon.

Aku berlari kearah bagasi dan memasuki mobilku, di dalam perjalanan aku merasa ada yang tidak beres. Aku melihat jam dan menunjukan jam 9.10 malam.

"Lo kemana zel"gumamku.

Aku memasuki loby apartementnya dan langsung menaiki lift dan berlari ke arah kamar apartementnya. Sudah berpuluh - puluh kali aku memencet bel apartementnya namun nihil tidak ada jawaban sama sekali.

Aku pun meminta keamanan untuk membukanya, dan setelah berhasil di buka. Dengan tergesa - gesa aku menelusuri setiap apartementnya.

"KAZEL, LO DIMANA!" teriakku.

Seakan di tusuk sebilah pisau, pemandangan di depanku berhasil membuat lututku lemas.

"ZEL,LO-- LO KENAPA" ucapku sambil mengangkat tubuhnya ke tempat tidur.

Namun, tidak ada jawaban darinya. Aku pun menelpon ambulance, aku melihat sekujur tangannya yang di penuhi dengan sayatan.

Banyak yang lo sembunyiin dari gue zel.

Ambulance pun datang dan langsung membawa kazel ke rumah sakit. Dokter masih menangani kazel, tiba - tiba pintu ruangannya terbuka.

"Dengan wali nona kazel?" Tanya dokter tersebut.

"Maaf dok, saya tidak tau dengan wali nya, yang saya tau kazel tinggal sendirian di apartement." Ucapku.

"Baiklah, karena tidak ada walinya. Mungkin kamu bisa saya percaya, ikut saya keruangan saya ya."

Aku mengangguk dan mengikuti ke ruangan dokter tersebut. Setelah masuk aku di persilahkan masuk.

"Bagaimana keadaan kazel dok?" Tanyaku dengan tidak sabar.

"Tidak ada terluka di organ vitalnya, namun jika sedikit lagi dia masih mengiris - iris tangannya mungkin ia tidak akan bisa selamat"

Aku membuang nafasku gusar.

"Saya sangat mengharapkan nyonya kazel terus di awasi, karena setres salah satu alasan memicu nyonya kazel melakukan cuter " sambung dokter di depanku.

Aku hanya mengangguk lemah dan keluar dari ruangan dokter tersebut. Dengan pikiran yang bercabang - cabang aku berjalan ke kamar rawat kazel.

Di sana aku melihatnya masih dengan mata tertutup, aku duduk di sebelahnya.

Pasti banyak banget beban yang lo pikul zel.

"Mah.. mah.. jangan tinggalin kazel" racau nya.

Aku mendengar kazel mengigau memanggil mamahnya. Tiba - tiba dengan nafas terengah - engah kazel membuka kedua matanya.

Otomatis aku berdiri dan menggenggam tangannya. "Zel, ada yang sakit ga?"

Yang hanya di jawab gelengan oleh kazel.

"Lo kenapa sampe cuter?" Tanyaku.

Kazel menatapku dengan pandangan datar.

"Karena dia muncul di depan gue"

Kazel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang