Bab 3 - pagi

2.4K 227 4
                                    

VOTE SEBELUM MEMBACA. THX MY LOVELY READER HEHE.

××

Sejak kejadian di depan pintu apartement ku itu batang hidung enzo sudah tiga hari tidak terlihat.

'Syukurlah setan berupa manusia itu menghilang'

Namun ada hal yang mengganjal di pikiranku. Kenapa ia begitu peduli kepada orang lain? Apa ia seorang dermawan atau sejenis nya? Ah, bodo amat.

Pagi minggu ini aku habiskan menonton televisi yang tidak ada menarik nya sama sekali jam masih menunjuk kan jam 5.40. Aku masih bangun sepagi ini karena tidak bisa tidur. Hell yaa.

Tiba - tiba bel apartementku berbunyi, aku pun mengernyit bingung siapa yang bertamu pagi - pagi buta?. Aku pun membuka pintu apartementku, aku tercengang melihat orang di depan ku. Di tangannya penuh dengan kantong plastik dari supermarket mungkin berisi makanan atau sejenisnya.

"Pagi kezel" .ucapnya dengan cengiran.

"Gue masuk". lanjutnya langsung memasuki apartementku.

Aku menutup pintu apartementku. Aku masih terlalu lelah untuk meladeni manusia satu ini.

Ku lihat ia duduk di sofa yang ku duduki tadi aku pun berjalan dan berdiri di depannya dengan melipatkan kedua tanganku di depan dada.

"Lo pasti belum makan?."Ucapnya tanpa memindahkan pandangannya dari televisi.

"Pulang gih."

"Gue pulang setelah lo makan. Gue masakin deh buat lo" ucapnya sambil berdiri.

"Suka - suka lo deh capek gue"

Ia pun bergegas ke dapur. Namun aku terlalu lelah untuk melihat apa saja yang di lakukannya, aku pun memutuskan untuk tidur di sofa.

××

Aku terbangun di saat terik matahari menembus jendela kamarku. Wait, bukannya gue tiduran di sofa ya? Kok di tempat tidur sih. Aku pun keluar kamar untuk memastikan enzo masih di sini atau tidak. Di meja makan aku lihat beberapa makanan yang pasti di masak enzo tadi. Aku berjalan ke arah sofa, di sana aku melihat ia sedang tertidur di atas sofa.

"Kenapa lo gak capek - capek sih gangguin gue" gumamku. Lalu aku berjalan ke arah meja makan dan mulai memakan yang di buat oleh nya.

Setelah selesai menaruh piring - piring kotor di tempat pembersih aku pun berjalan ke arah sofa.

'Kenapa lo gak ada capek nya bersikap baik ke gue bahkan gue jutekin elo terus' batinku.

Ku lihat matanya perlahan membuka aku pun pura - pura membuang pandanganku ke arah lain.

"Loh udah bangun ya? Kok gak bangunin gue?" Ucapnya sambil mengucek - ucek matanya.

"Gimana mau bangunin, lo aja enak gitu tidurnya." Ku lihat ia manggut - manggut sambil tersenyum.

"Lo pulang gih" ucapku lagi.

"Gue mau pulang asalkan elo mau ikut gue". Kenapa ucapannya selalu membuatku tercengang seperti orang bego.

Setelah perdebatan cukup lama aku pun sekarang berdiri di depan pintu rumah enzo. Entah, setan dari mana aku mau di ajak kerumah seorang lelaki bahkan ia sangat menyebalkan.

Enzo membuka rumahnya ia menarik tanganku masuk. Di sana, di ruang tamu aku melihat orang tua enzo dan seorang perempuan sedang bersantai. Aku dan enzo pun menghampiri ketiga orang tersebut.

"Enzo dari mana aja? Mamah liat kamu pagi - pagi gaada di kamar" ucap mamah.

Enzo pun nyengir "hehe, maaf ya mamah ku sayang, kenalin dulu dong teman enzo"

Aku menoleh melotot kearah enzo, bingung harus apa.

Seulas senyuman pun terukir wajahku.ok, sudah lama aku tidak pernah benar - benar tersenyum kepada orang lain.

Aku maju berjalan ke arah mamah enzo dan menyalami tangannya.

"Hallo tante, nama aku kazel te. Maaf yaa tante aku gak bawa apa - apa ke sini" ucapku sambil meringis.

Ku lihat senyum mamah enzo mengembang.

Syukurlah, gue kira mamah nya enzo bakalan ngusir gue.

"Gak apa - apa sayang, sini duduk"

Setelah berkenalan dengan papah enzo dan perempuan ku sebut tadi ada lah adik nya enzo dan dia masih kelas 5 SD.

"Orang tua kamu kerja dimana zel?" Tanya mamah enzo.

Aku membeku.

Orang tua?

Bahkan aku tidak pernah mengingat kehadiran mereka.ku lihat wajah tante sara-- mamah enzo terlihat paham apa yang di pikiranku.

"Maafin tante ya salah ngomong" ucap tante sara dengan nada kecewa.

Aku tersenyum kikuk. " hehe , gak papa kok tante. Aku yang minta maaf"

Tiba - tiba adiknya enzo menghampiri ku dan duduk di antara aku dan enzo. " ka kazel, suka sama shawn mendes gak?" Tanya nya dengan tampang polosnya.

Aku tersenyum. "Shawn mendes yang nyanyi aftertaste kan?" Tanyaku.

Adiknya enzo mengangguk antusias. "Kaka suka sama lagu - lagu nya dia, suaranya bagus banget lagi". Ujarku.

Adik enzo tersenyum dengan tuturanku.
"Nama kamu siapa cantik?" Sambungku.

"Nama aku Zimbawe panggil aja awe"

"Wah nama yang bagus awe" ujarku.

Seharian aku dan awe menghabisakan waktu bermain masak - masakan.

Bukan kazel banget.

Aku merasa ini bukan aku, bukan kazel yang keras kepala. Sore itu pun aku berpamitan pulang yang pasti nya di antar oleh enzo. Sesampainya di depan gedung apartementku aku langsung keluar dari mobil enzo dan di susul dengannya.

"Mau gue antar keatas ga?"

"Gausah"jawabku dengan tekenan. Enzo pun hanya mengangguk.

Aku berjalan memasuki apartementku. Badanku menegang melihat seseorang yang berdiri di depan pintu apartementku.

Kazel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang