8 - Chiave

336 43 6
                                    

Musim dingin telah tiba. Karena itulah, aku malas untuk bangun dari kasur dan semakin 'mengubur' diriku sendiri di dalam balutan selimut. Setidaknya dalam beberapa menit kemudian aku tidak perlu terburu-buru untuk pergi ke sekolah karena para murid diliburkan.

Aku pun memaksakan diriku untuk mengambil ponsel yang ada di rak di samping kasurku. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Dan lagi-lagi tidak ada notifikasi pesan dari Jin Young.

Sejak kejadian di acara reuni SMP-ku, Jin Young tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Jangankan muncul di depanku, mengirimkan pesan saja tidak. Aku sendiri tidak tau apa yang harus kulakukan atau bagaimana isi pesan yang harus aku kirimkan kepadanya, jadi aku hanya menunggu pesan darinya.

Dengan rasa malas yang masih menguasai sebagian besar kendali otakku, aku bangun dari kasurku dan mendapati sebuah benda berbentuk peti di atas meja belajarku. Aku pun mengambil benda itu dan mengamatinya.

Benda berbentuk peti ini -yah, sebut saja peti- merupakan hadiah dari Jin Young saat aku ulang tahun. Aku tidak tau apa isinya, karena aku tidak bisa membukanya. Peti ini seharusnya dilengkapi sebuah kunci untuk membukanya. Tapi, sejauh dan selama apapun aku mencarinya, aku tidak bisa menemukan benda yang bisa digunakan untuk membuka peti ini.

Peti kecil ini berwarna cokelat dan berbentuk seperti peti harta karun kuno. Tampak tua, tapi aku menyukainya karena benda ini tampak antik. Dan yang cukup menarik perhatianku adalah tulisan 'chiave' yang tertulis di bawah lubang kunci. Aku tidak tau apa arti 'chiave' itu, karena aku tidak menemukannya di kamus bahasa Inggris.

Ponselku bergetar, tanda ada pesan masuk. Dengan segera, aku mengambil ponselku dan mengecek pesan yang baru saja kuterima itu.

"Aish." Aku mendecih kesal.

Kutatap isi pesan beserta nama pengirimnya dengan kesal. Bagus, kau membuat aku kesal di pagi hari.

From: Jo Young Min
Annyeong, Ji Yeon-ah^^ Selamat pagi :)

Aku melempar ponselku secara asal ke atas kasur dan membaringkan tubuhku sambil menatap langit-langit kamar.

Beberapa hari ini -setelah hari di mana acara reuni diadakan- Young Min mengirimiku pesan lewat media sosial. Aku tidak pernah membalas pesan itu dan hanya membacanya. Tapi, Young Min terus saja mengirimiku pesan seolah-olah aku membalas pesannya. Hingga pada akhirnya aku mengirimkan pesan agar ia berhenti menggangguku. Namun, ia mengacuhkan pesanku dan terus menggangguku.

Ngomong-ngomong, sekarang jam 8.

Eh, jam 8? Aku harus memasakkan Ji Sun sarapan atau anak itu akan mengomel dan mengadukanku kepada appa dan eomma.

Yah, di rumah memang hanya ada aku dan adikku yang jahil, Ji Sun. Kedua orangtua kami sedang berlibur di luar kota tanpa mengajak kami dan menitipkan Ji Sun kepadaku. Sebenarnya, hal itu bukan masalah besar. Tapi, sehari setelah orangtuaku pergi, Ji Sun demam karena suhu lingkungan turun drastis. Ia memang tidak kuat dengan suhu yang terlalu rendah. Mungkin karena itu, kedua orangtuaku tidak mengajakku dan Ji Sun untuk berlibur.

Aku pun melangkahkan kakiku ke kamar Ji Sun dan mengetuk pintunya. Setelah Ji Sun mengizinkanku untuk masuk, aku pun membuka pintu kamarnya dan mendapatinya sedang memainkan ponselnya.

"Eonni, kau baru bangun tidur, ya? Aku lapar. Buatkan aku makanan," ucapnya.

Cih, anak ini bergaya seperti raja. Membuatku ingin menjitaknya.

"Aku sudah bangun dari tadi. Kalau mau makan, masak saja sendiri," ucapku kesal.

Ji Sun malah mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku kan tidak bisa memasak, eonni." Ia mengeluarkan jurus aegyo-nya yang sudah tidak mempan lagi kepadaku.

Operational Date [B1A4 - FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang