11 - Never Ending

742 52 27
                                    

3 tahun sudah berlalu. Dan sejak itu aku tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Jin Young. Lebih tepatnya, aku mengabaikan semua pesannya dan memilih untuk tidak menjawabnya.

Aku melirik ke arah jam dinding di kamarku, yang menunjukkan jam 7 pagi, dan segera mengikat sebagian rambutku. Setelah itu, aku segera berangkat ke kampusku. Sarapan? Aku sudah makan lebih awal, jadi aku tidak perlu bingung kalau nanti aku akan kelaparan.

Aku pun menaiki bis yang mengantarkanku ke kampusku, Sunkyungkwan.

Bingung? Aku memang masih berada di Korea Selatan, karena aku memang tidak kuliah di China.

Soal itu ... yah, aku memang terpaksa berbohong agar Jin Young bisa menjauh dariku. Itu satu-satunya cara -yang sebenarnya aku hindari- yang bisa kulakukan waktu itu

"Ji Yeon-ah!"

Begitu turun dari bis, aku mendengar seseorang memanggil namaku dan aku pun langsung menghampiri sumber suara, Song Kyu Mi. Ya, Kyu Mi yang tadi memanggilku.

"Aish, jangan keras-keras," bisikku sambil menepuk lengan Kyu Mi dengan agak keras.

"Appo!" Kyu Mi mengaduh, tapi sedetik kemudian ia terkikik pelan.

"Astaga ... berapa kali aku harus bilang? Jangan meneriakkan namaku!" Aku kembali memukul lengan Kyu Mi, namun kali ini lebih pelan.

Kyu Mi terkekeh pelan dan langsung menarikku ke arah kampus.

"Ayo cepat, nona yang-namanya-tidak-mau-diteriakkan! Nanti dosen memarahi kita."

*

Matahari sudah tenggelam sejak tadi dan aku baru saja pulang. Kalau saja dosen itu tidak menyuruhku untuk mengembalikan buku ke perpustakaan, tentu saja kejadian ini tidak akan terjadi.

Kejadiannya bermula tepat sebelum aku melangkahkan kakiku keluar kelas, Hwang-seonsaeng, dosen Seni Rupa Terapan, menyuruhku untuk mengembalikan setumpuk buku pelajaran beliau. Sendiri. Hal itu bukan masalah besar, karena buku yang kubawa tidak terlalu berat. Masalahnya, perpustakaan sudah dikunci dan aku harus berjalan ke sana ke mari untuk mencari sebuah kunci.

"Aish, jinjja!" aku mendengus kesal begitu aku ingat kalau eomma memintaku untuk membelikan bahan-bahan untuk membuat japchae. Aku pun memutar arah ke supermarket terdekat.

Karena langit semakin gelap, supermarket ini pun sepi. Setidaknya hal ini cukup menguntungkanku karena aku bisa segera menemukan bahan-bahan yang aku cari.

Tapi, kenapa aku merasa kalau seseorang mengikutiku? Atau hanya perasaanku saja?

Aku pun memutuskan untuk menoleh untuk mengecek apakah dugaanku benar atau salah. Rupanya ada seorang laki-laki yang tak jauh dariku. Ia sedang memilih-milih sayuran yang berada di mesin pendingin, sama sepertiku. Tapi, rasanya aku tidak asing dengan wajahnya.

"Permisi." Laki-laki itu tampak memandangi wajahku dan seolah-olah berusaha mengingat sesuatu. Ia mengernyitkan dahinya, lalu langsung menunjukku dengan ekspresi kaget. Aku pun memberikan ekspresi yang sama.

"Yoon Ji Yeon?" tanyanya setengah menjerit. Aku pun langsung membekap mulut laki-laki itu.

"Baro-oppa, tolong jangan beri tau siapapun." Aku menempelkan kedua tanganku dan menggosok-gosokkannya, memohon dengan sangat kepada Baro-oppa, laki-laki yang tadi mengikutiku.

Baro-oppa masih tampak kaget dan memandangi penampilanku sekarang. Jika dibandingkan dengan penampilanku saat SMA, penampilanku yang dulu memang terlihat tomboi. Apalagi aku jarang menggunakan rok, kecuali saat di sekolah. Sekarang, aku mengenakan rok dan kacamata. Jelas saja jika Baro-oppa tidak mengenaliku.

Operational Date [B1A4 - FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang