6-Ini Cinta

6K 427 19
                                    

Devan POV

"Om Devan, Kiran mau ketaman. Om temenin Kiran ya." Kata Kiran agak berbisik ditelingaku. Sedari tadi aku hanya mengobrol dengan Kiran. Sementara Rissa mengobrol yang entah apa dengan Firly. Mengabaikanku dan Kiran.

Sebenarnya aku merasakan perasaan yang aneh. Ingin rasanya aku pergi dari sana. Namun aku juga ingin bersama Kiran. Akhirnya aku putuskan untuk tetap menemani Kiran dan membiarkan perasaan yang tidak enak itu. Dan sungguh, hal itu sangat menyiksa.

"Ayo. Kiran mau jalan sendiri atau om gendong?"

"Jalan sendiri saja Om. Nanti Om Devan bawakan tiang-tiang ini saja." Katanya sambil menunjuk tiang infus. Aku pun terkekeh.

"Baiklah princess. Izin dulu sama bunda, sayang."

"Bunn.." panggil Kiran. Rissa pun langsung menoleh. "Kiran mau ketaman sama Om Devan. Boleh ya?"

"Eh.. nanti saja tunggu Bunda sayang. Jangan ngerepotin Om Devan."

"Aku nggak repot kok Riss. Kasihan Kiran kalau hanya di kamar terus." Ucapku sambil tersenyum. Padahal dalam hati aku bersorak bahagia karena hal ini bisa menjadi alasan untuk tidak satu ruangan dengan mereka.

"Baiklah kalau gitu. Kiran hati-hati ya. Nanti Bunda menyusul."  Kiran pun teriak kegirangan. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya.

Aku membantu Kiran untuk turun dari tempat tidur. Kami pun keluar dari ruangan dengan tanganku yang menggandeng Kiran serta membawa tiang infus.

akhirnya kami sampai di taman rumah sakit yang terletak ditengah-tengah bangunan rumah sakit. Akupun mendudukkan Kiran disalah satu kursi yang menghadap ke kolam. Sebenarnya ayah memiliki sedikit saham dirumah sakit ini. dan yang mengusulkan untuk membuat taman seindah ini juga ayah. Biarpun kami bukan orang kesehatan, namun kami tahu bukan hanya obat yang dapat membuat kondisi pasien membaik. Dengan adanya taman ini diharapkan psikis pasien bisa merasa bahagia sehingga dapat memicu kesembuhan fisiknya.

"Tamannya bagus ya Om."

"Iya sayang. Bagus. Kiran senang?"

"Banget Om."

Aku pun mengangkat tanganku untuk membelai rambut ikalnya.

"Om, boleh nggak Kiran duduk di pangkuan Om?" Aku kaget mendengar permintaan Kiran. Namun tak urung membuatku tersenyum.

"Kenapa tidak boleh. Sini Om pangku." Aku pun mendudukkan Kiran di pangkuanku. Dia pun bersandar pada dadaku.

"Dari dulu Kiran ingin dipangku sama ayah Kiran." Aku tertegun mendengar perkataan Kiran.

"Waktu ayah datang ke mimpi Kiran, Kiran bilang kayak gitu ke ayah. Dan ayah bilang dia nggak bisa wujudin keinginan Kiran. Tapi ayah bilang kalau Kiran boleh minta hal itu ke Om devan."

"Heh... ayah Kiran bilang gitu?" Tanyaku tak percaya. Ah.
Mungkin saja itu hanya sebuah mimpi. Masa ayah Kiran kenal denganku.

"Iya. Ayah bilang kayak gitu. Oh ya Om. Sebenarnya Kiran punya satu permintaan lagi. Boleh?"

"Apa itu sayang?"

"Kiran mau panggil Om Devan Daddy. Boleh?" Daddy? Kiran ingin memanggilku Daddy. Apa yang harus kulakukan. Walau sebenarnya aku sangat senang Kiran mau memanggilku Daddy tapi bagaimana dengan tanggapan Rissa?

"Om sih boleh saja. Tapi bagaimana dengan bundamu sayang?"

"Bunda pasti boleh kok Om. Bunda itu nggak pernah ngelarang Kiran ngelakuin sesuatu selama sesuatu itu bukan hal yang jahat."

"Okedeh. Kiran boleh manggil om dengan Daddy."

"Makasih dad. kiran sayang daddy." Aku merasakan kehangatan mengalir di dadaku. Untuk pertama kalinya ada seorang anak yang memanggilku daddy. Mungkin hal ini juga yang dirasakan kedua kakakku ketika mereka di panggil ayah dan Bunda oleh masing-masing anak mereka.

Listen To My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang