Epilog

8.9K 470 19
                                    

Dengan perlahan aku membuka mataku yang masih terasa berat. Dan yang pertama kali kulihat adalah pemandangan yang telah tiga tahun ini selalu pertama kali kulihat saat aku membuka mata. Tangannya berada di perutku, memelukku erat seakan-akan aku mau kabur saja.

Secara seksama kuperhatikan wajah Devan yang masih saja tampan. Wajarlah, dia kan masih muda. Namun ada sedikit yang berubah dari dirinya. Perutnya yang dulu sixpack sekarang berubah menjadi onepack. Tidak buncit memang, hanya saja kotak-kotak yang dulu menghiasinya sekarang telah tidak ada.

Aku tidak menyukainya? Justru sebaliknya. Aku sangat senang. Aku bangga terhadap diriku sendiri karena itu artinya Devan sangat menikmati masakanku. Yah.. devan memang sangat lahap memakan makanan yang aku masak sendiri. Sama seperti Kiran. Apalagi dia mulai jarang ke gym, yah hasilnya perutnya menjadi onepack begitu.

"Bun.. Bunda.." suara ketukkan dipintu mengalihkan perhatianku. Aku melihat diriku yang telah memakai pakaian lengkap sedangkan Devan juga telah memakai celana kain kebanggaannya ketika tidur.

Aku berdiri dari tempat tidur dan membuka pintu. Disana telah ada Kiran dan kedua anakku yang masih berusia 2 tahun dikiri dan kanannya. Alisha dan Avaro, kedua anak kembarku yang berbeda jenis kelamin. Yah.. benar, aku melahirkan anak kembar sepasang. Alisha Corinna Reinhart adalah sang kakak yang 7 menit lahir lebih cepat dari adiknya Avaro Tristan Reinhart.

Segera saja aku mengambil kedua anak kembarku dan menggendongnya dikiri dan kanan. Walaupun lumayan berat.

"Adiknya rewel ya sayang?" tanyaku pada Kiran.

"Nggak kok Bun. Cuma kayaknya mereka haus. Kiran belum tahu cara buat susu yang benar."

"Yaudah ayo kita kedapur. Sekalian sarapan. Tapi kiran bangunkan Daddy dulu ya."

Aku berjalan kearah tangga yang dengan menggendong kedua buah hatiku. Tak lupa membuka pagar yang dibuat khusus agar sikembar tak bisa menjangkau tangga.

Setelah menikah aku dan Devan memutuskan untuk menjual rumah yang kutempati dan menyewakan rumah yang Devan tempati. Sebenarnya rumah Devan yang juga merupakan mantan rumahku cukup besar. Namun setelah pembicaraan panjang kami memutuskan untuk pindah rumah.

Devan sebenarnya tidak mempermasalahkan biarpun rumah itu adalah rumahku dulu dengan Mas Farhan. Namun aku sedikit bersikeras untuk pindah saja. Aku tak mau ada perdebatan dikemudian hari karena masalah itu

Aku mendudukkan si kembar dibangku mereka masing-masing. Setelah itu aku memulai untuk membuatkan susu mereka. Saat sedang asik memasak Kiran turun dengan wajah suram.

"Kenapa sayang?"

"Daddy bun. Susah banget dibanguninnya." Aku tertawa kecil mendengar gerutuan Kiran.

Devan memang susah dibangunin. Hanya aku yang tahu trik khusus untuk membangunkannya. tetapi hanya aku yang boleh melakukannya.

Akhirnya Kiran sibuk berceloteh dengan si kembar yang telah bisa mengucapkan beberapa kosa kata. Namun memang lebih lantih si Alisha dibanding Avaro. Tak lama Devan turun dengan pakaiannya yang sudah rapi dan juga rambutnya yang sudah basah. Bertepatan juga dengan selesainya nasi goreng yang kubuat.

Aku menuangkan nasi goreng kepiring Devan, Kiran dan piringku sendiri. Sementara kedua anak kembarku memang hanya meminum susu jika pagi begini. Mereka baru akan makan makanan mereka sekitar jam 9 nanti. Karena umur mereka yang sudah 2 tahun aku mulai menjarangkan memberi mereka ASI. Paling hanya ketika malam hari. Paling tidak dalam 2 bulan kedepan mereka telah berhenti total menkonsumsi ASI-ku.

"Jadi kan hari ini?" Tanya Devan yang membuat aku menoleh padanya. Aku langsung mengangguk setelah teringat percakapan aku dan dia tadi malam.

***

Listen To My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang