Rissa POV
"Bunda sama Daddy kok pelukan?"
Jederr..
Bagaikan seorang om-om yang tertangkap basah Satpol PP sedang berduaan dengan wanita bayaran dalam sebuah hotel ajep-ajep kami langsung melepaskan diri dari pelukan kami masing-masing. Oke.. perumpaannya memang agak berlebihan.
"eh.. nggak Kiran. Tadi Daddy bilang kalau dia baru... baru dapat uang. Daddy baru gajian jadi Bunda peluk daddy untuk memberi selamat." Aku merutuki alasanku yang sangat tidak masuk akal itu. Tak lama terdengar tawa yang ternyata berasal dari Bunda dan Ayah Devan. Ternyata mereka sedang berada dibelakang Kiran. Maluunyaa...
"oh gitu. Kalau gitu Kiran juga mau peluk Daddy." Kiran berlari kearah Devan dan melemparkan dirinya kedalam pelukan Devan. Mereka tertawa riang.
"Riss, bantu bunda dibelakang yuk. Sebentar lagi keluarga besar datang. Kiran biar Devan yang jaga." Aku mengangguk dan segera mengikuti Bunda Devan menuju dapur dimana beberapa makanan ringan dan kue-kue telah tersedia dan tinggal diletakkan di piring-piring kecil.
"ini kue dari tokomu." Kata Bunda. Aku tak terkejut. Karena aku sangat hapal dengan penampilan kue-kue produksi dari tokoku.
"Kenapa Bunda tak bilang ke saya sebelumnya. Saya kan bisa memberi diskon khusus." Bunda tertawa mendengar perkataanku.
"Bukannya saya tidak mau. Tapi saya tahu jika anak saya baru saja bersikap minta digebukin. Jadi saya memutuskan untuk menjadi pembeli biasa saja." Kali ini aku yang tertawa. Padahalkan aku marah pada Devan dan tidak ada pengaruh pada sikapku ke orangtuanya.
Sejam kemudian seluruh keluarga besar Devan telah memenuhi halaman belakang. Para wanita berada di gazebo yang lebih luas. Dan para laki-laki berada di gazebo yang lebih kecil namun lebih dekat dengan halaman sehingga dapat mengawasi para anak-anak kecil yang sedang berlarian di halaman.
"Mba Vania, kenalin dong." Kata seorang wanita seumuran dengan bunda sambil melirik kearahku.
"tentu. Kenalin namanya Rissa. Dia pemilik Altaf Bakery. Dia akan menjadi menantuku yang ketiga." Kata bunda diikuti suara heboh para ibu-ibu dari berbagai umur yang berbeda.
"akhirnyaaa.. " yang merasa paling senang adalah wanita berambut panjang yang sedang berbadan dua diujung sana.
"Hah.. padahal kedua anakmu sudah menikah dan sibungsu sudah ada calonnya. Kenapa Zeno belum mengenalkan pasangannya padaku ya." Wanita yang pertama kali berbicara tadi kembali berbicara dengan nada yang agak sedih.
"Yang sabar Zi.. yang pentingkan Ziara sudah menikah. Wajar kalau laki-laki itu agak tua baru menikah."
Setelah itu Bunda Vania-nama dari bunda Devan- mengenalkan semua yang ada disana satu persatu. Wanita yang sedang hamil tadi bernama Alluka. Dia adalah anak dari teman Bunda dan ayah Devan. Ibu dari Alluka juga berada disana. Bunda Vania juga mengenalkan kakak perempuan Devan yang bernama Ara, dia adalah ibu dari Lenka yang saat ini juga sedang berbadan dua. Disampingnya ada mba Rania yang merupakan istri dari kakak pertama Devan dan ibu dari Ravan. Ternyata bukan hanya aku yang tidak sempurna disini, Mba Rania juga. Dia memiliki badan yang oversize walaupun cantik. Yah.. keluarga ini sepertinya tak pernah memandang kekurangan dari orang lain, benar-benar keluarga sempurna.
"Tunggu. Kok sepertinya aku pernah melihatmu ya Riss." Kata Alluka, aku mengerutkan keningku bingung. Sepertinya aku tak pernah melihatnya.
"aa.. kamu wanita yang dipeluk Devan di atap rumah sakit itu kan. Ketika Kanna..."
Ah.. semua yang ada di sana melihat kearahku. Termasuk Bunda Vania. Apa Devan tak menceritakan pertemuan pertamanya denganku. Ah mungkin Devan tak ingin menceritakan tentang keinginannya mengakhiri hidup saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Listen To My Heart
Roman d'amourMasa lalu adalah hal terkejam bagi mereka. Kehilangan orang yang mereka cintai selama-lamanya membuat separuh jiwa terbang pergi entah kemana. Hingga akhirnya kedua jiwa yang tinggal setengah itu bertemu. Menguatkan satu sama lain, menjadi obat satu...