Mereka duduk di depan pusara, papan nisan beratasnamakan 'Georld Makil' air mata gadis itu tumpah seketika, ia meraung sambil memeluki papan nisan itu.
"Kakek ... ini Thea, Thea harap kakek liat Thea, Thea udah besar kek, Thea udah gak sebandel dulu lagi kek, dan minggu kemarin Thea berhasil jadi juara olim sains kek, seperti yang kakek mau, Thea udah jarang nongkrong sama temen-temen, Thea udah jarang buat mami papi marah, Thea udah mulai memperbaiki hubungan Thea ke kak Thela dan bang Thalo, Thea, Thea hampir jadi yang kakek mau, Thea ngelakuin ini semua karena kakek, Thea sayang kakek" Ucap gadis itu disela-sela isakanya.
"Banyak yang gua gatau dari sesosok Thalia"
Gadis itu menyeka air mata menggunakan punggung tanganya,"oh ia, sebentar lagi Thea mau jadi istri kek, istrinya oom Revan, nih kek orangnya, jelek ya kek, gatau kenapa Mami-papi kekeuh banget mau jadiin dia mantunya," Thea terus bercerita tanpa mengalihkan tatapanya dari nisan itu.
Revan menatap Thalia dengan pandangan iba, ia tahu amat sangat, rasanya kehilangan seseorang yang sangat menyayanginya.
"Kek, Thea pengen banget ketemu nenek, Thea mau minta maaf sama nenek, Thea mau peluk nenek, Thea gatau nenek dimana sekarang? papi-mami semua udah coba cari tapi ... hasilnya nihil, nenek kenapa harus ninggalin kita? Thea tau, Thea bandel makanya Thea mau minta maaf ke nenek." Thea menarik nafasnya panjang, menghembuskan kembali dengan gusar, tersenyum miris
Revan mencolek bahu Thalia,"Boleh saya bicara sama kakek kamu?"
Thea mengangguk lemah
"Assalamualaikum kakek, saya Revan, calon suami dari cucu kakek yang paling bandel, saya janji dan akan membuktikan, saya akan ngejaga thea, Janji kek." ucap Revan, tanpa sadar air matanya meleleh dari sudut matanya.
Mereka tenggelam dalam keheningan, sunyi menyelimuti mereka, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Oom Revan emang cinta sama gue? suka aja enggak, gak usah ngarep lah, bukanya ngarep sih, tapi perasaan aneh muncul saat gue deket lo om, itu namanya Cinta kan?"
"Gue gak yangka, gadis kecil kaya lo, memberi efek dasyat buat gue, gue punya rasa, lo yang ga punya Thal, aaa Thalia."
tepukan keras di punggung Thalia cukup menyadarkanya dari lamunanya.
"Udah mendung, pulang yuk!" ajaknya, Revan mengedahkan kepalanya menatap langit cerah yang mulai kelabu.
Ada tatapan tidak rela yang terbesit dimatanya.
"Thal, kakek hanya titipan Tuhan, jadi Tuhan bebas ambil kakek kapan aja, nggak perduli orang-orang sekitar." nasihat Revan
"Tap ... tapi, gue ... gue belum bis---" ucapanya terputus, karena telunjuk Revan sudah meluncur dibibirnya.
"Kamu masih belum bisa terima thal" ucapnya melanjutkan
Thalia mengangguk samar, ia mengedahkan lehernya menatap langit yang mulai kelabu.
Tes
Rinai hujan membasahi pipinya, rintikan gerimis sudah mulai berjatuhan.
"Kek, Thalia pamit ya, assalamualaikum." Pamit Thalia
Kedua insan itu bangkit dari duduknya, Revan menggunakan jaketnya sebagai payung untuk mereka berdua, Drama hujan dan Romantika cinta sekejap tercipta diantara dua insan itu.
sedan hitam milik Revan melaju kencang menerobos hujan.
"Kita mampir makan dulu ya." ucap Revan memecah keheningan
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected love
Teen Fiction"Cinta datang karena terbiasa" pepatah kuno menyebutkan seperti ini, dan itu benar adanya, "Hate be Love" bener banget, pokoknya kalo lo benci seseorang seperlunya aja, karena suatu saat nanti lo bakal cinta sama orang itu, and then love? ya sama aj...