Chapter 7

1.5K 148 5
                                    

"Ji-Jimin hyung???"

Jimin yang merasa disebut nama nya pun menoleh.

***

Jimin mengarahkan badannya untuk menghadap Taehyung.

"ne, wae Taehyung?" ucap Timin santai. Walau jimin memancarkan wajah yang terlihat santai, namun dalam hati kecilnya ia merasa takut. Ia merasa jantungnya berdegup kencang. Ya memang ini mungkin saat nya untuk mengakui semuanya pada Taehyung yang sebenarnya.

"apa benar kau tadi yang berada di pemakaman keluarga ku?" tanya Taehyung.

"ne,kau benar" wajah Jimin tertunduk saat menjawab.

"ahh.." wajah taehyung mengadah keatas sambil berkacak pinggang. Ingin tertawa, ingin tersenyum, marah tapi ia bingung. Perasaan dan pikirannya bercampur. Matanya ingin sekali mengeluarkan air mata. Ia bingung dengan maksud semua ini.

"aku bisa jelaskan ini semua, bisa kah kita pulang? Kerumahmu?" sahut jimin.

"baiklah, ayo kita pulang" ajak Taehyung.

.

.

Jimin dan Taehyung duduk di sofa ruang tamu rumah Taehyung. Hening sejenak menyelimuti keadaan. Lalu Jimin membuka pembicaraan.

"mianhae" ucap jimin singkat.

"wae?" –Taehyung-

"karena tidak memberitahumu sejak awal"

"baiklah, sekarang ceritakan yang sebenarnya semua padaku"

"hm.. baiklah. Kau ingat saat kecelakaan yang menimpa pada kita saat kita masih kecil? Aku saat itu tengah diambang kematian. Diantara hidup dan mati. Aku masih mendengar suaramu yang memintaku untuk tetap bertahan. Aku berusaha untuk tetap hidup. Dan kita dibawa kerumah sakit. saat aku sadar, itu sudah hari ke-30 aku berada di rumah sakit itu. Dokter yang mengatakannya" jelas jimin

"ah, itu aku sudah tidak berada disana. Lanjutkan ceritamu"

Jimin Pov

"baiklah" ucapku sambil berfikir mengingat kejadian masa lalu.

*flasback*

Aku terbangun dari tidur panjangku.

"ahh.. aku dimana? Mangapa aku memakai oksigen?" gumamku dalam hati. Lalu beberapa saat kemudian seorang suster masuk keruanganku.

"oh kau sudah sadar? Aku akan panggilkan dokter" ucap suster itu. Aku hanya terdiam. Lalu dokter datang dan memeriksa keadaanku. Tidak ada percakapan antara aku dan dokter. Dokter hanya berkata keadaanku baik, 7 hari kemudian aku boleh dipulangkan.

Aku terbaring dikasur rumah sakit. menatap langit langit bangunan rumah sakit. aku memikirkan suatu hal. Saat aku keluar dari rumah sakit ini aku tidak tau aku harus kemana. Dokter yang merawatku berkata kedua orang tuaku meninggal. Sebenarnya aku tidak tau siapa orang tuaku karena aku mengidap amnesia. Bahkan aku tidak tau jika aku mempunyai adik –kembaran-.

Aku memanggil dokter yang merawatku.

"dok, apa ingatanku ini bisa kembali?" tanyaku. Dokter itu hanya mengangguk. Aku menunduk sedih.

"jangan khawatir, kau bisa tinggal di panti asuhan milikku. Aku tau perasaanmu" aku mengarahkan wajahku ke dokter itu. Aku sedikit terkejut karena dokter itu tau apa yang aku khawatirkan. Lalu aku memeluk dokter itu.

"kamsahamnida uisa-nim" lalu dokter itu membalas pelukan ku dan bertanya "berapa umurmu?" kemudian aku menjawab "8 tahun".

"baiklah, setelah keluar dari rumah sakit ini, aku akan mengajakmu ke panti asuhan milikku"

Kemudian aku tinggal di panti asuhan dokter itu selama kurang lebih 8 tahun. Setelah 8 tahun itu aku merasa sudah dewasa dan bisa mengurus diriku sendiri. Dan juga saat itu semua ingatanku kembali. Aku ingat jika aku masih mempunyai 1 anggota keluarga yaitu adik kembaranku. Tepat aku berumur 16(umur korea) tahun, aku memasuki SMA dan 2 tahun kemudian aku lulus karena prestasiku. Saat itu umurku tepat 17 tahun dan juga aku meninggalkan panti asuhan yang telah mengurusku selama kurang lebih 8 tahun. Aku pergi kepemakaman orang tuaku kemudian Aku pergi ke tengah kota seoul untuk mengikuti audisi di sebuah agensi. Karena aku menyadari aku memiliki sebuah bakat yaitu dance. Aku fikir jika aku lolos audisi nanti dan sudah menjadi seorang yang terkenal mungkin aku akan mudah menemukan adikku.

Namun kenyataan tidak seperti yang aku fikirkan, sebelum aku menjadi seorang idol aku sudah dipertemukan dengan adikku di pemakaman orang tua kami –orang tuaku dan taehyung-. Namun ia –taehyung- tidak menyadari keberadaanku. Dan aku juga belum ingin membuka diriku padanya. Karena ia mengira aku sudah meninggal, aku sudah dialam yang berbeda bersama orang tuaku. Sejak saat itu aku selalu mengikutinya. Aku selalu mencari tahu tentang nya. Selalu melihat keadaannya. Aku sedikit bersyukur saat aku mengetahui ia tinggal di sebuah rumah walaupun kecil dan juga ia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja paruh waktu selain itu ia juga mendapat beasiswa di sekolahnya.

Suatu hari aku pulang dari studio latihan. Saat itu sedang badai salju. Aku sedang berjalan menuju kost karena tidak ada bus atau taxi yang lalu lalang. Aku sengaja memilih tempat tinggal di dekat rumah taehyung agar aku bisa selalu memantaunya. Namun sayang, aku sudah tidak kuat dengan badai salju ini dan aku menyadari jika aku sedang berada di depan rumah taehyung. Aku berfikir untuk berteduh sebentar di rumah adikku daripada aku mati beku ditengah badai salju. Dan saat aku mengetuk pintu rumah taehyung untung nya taehyung membukanya dengan cepat. Aku sempat melihat wajahnya dan beberapa saat kemudian, aku sudah terbangun di sebuah kamar yang hangat.

*flashback off*

"bagitulah ceritanya," ujarku. Aku memandang Taehyung masih terdiam. Ia pasti sedang mencerna semua kalimat yang kutumpahkan padanya. "mianhaeyo" sambungku.

"oh begitu ya"

"tapi Taehyung kenapa kau tidak menengokku? apa kau juga mengalami amnesia saat itu?" tanyaku kembali.

"tidak. saat itu aku sempat bertanya pada suster yang merawatku, aku meminta dicarikan pasien yang bernama Park Jimin namun suster itu bilang jika tidak ada namamu disana, jadi saat aku keluar dari rumah sakit aku langsung mencari panti asuhan" jelas Taehyung.

"tapi hyung, kenapa kau mengubah namamu?" tanya Taehyung.

"emm.. aku bingung harus mengatakannya seperti apa. Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman saat tau nama asli ku. dan..." belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Taehyung sudah menyela. "arra, sepertinya aku tau maksudmu, namun apa kau mau mengubah nama mu menjadi kim taemin kembali?" tanyanya

"bukannya hyung tidak mau, namun itu akan sulit, publik mengenalku dengan sebutan park jimin, tapi aku tidak mengubah nama belakangku 'min'" ujarku.

"baiklah, namun apa aku boleh mengundangmu dengan nama mu yang dulu?"

"tentu saja"

Author Pov

Sejenak keheningan menyelimuti mereka. Mereka juga memandang satu sama lain. Lalu mereka saling tersenyum dan memecahkan tangis yang sudah mereka pendam dari beberapa menit yang lalu. Kemudian mereka saling berpelukan.

"gomawo hyung, kau telah kembali"

"ne, hiks.."

Mereka melepaskan pelukan.

"ya! kenapa kau menangis!? kekanakan sekali!" ujar Taehyung.

"ya! lihat dirimu sendiri, kau juga menangis! bodoh!"

Mereka pun tertawa untuk mencairkan suasana. Cukup lama Jimin berada dirumah Taehyung, namun Jimin harus kembali ke dorm.

MY BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang