PERTANDINGAN BASKET

24 1 0
                                    


Hari yang ditunggu pun tiba, Aku membenarkan tali sepatuku. Lima menit lagi kami akan bertanding. Tadi pagi aku mendapatkan pengawalan khusus dari Erika.

"kalau sudah selesai langsung ke lapangan ya!" kata Vanka sambil berjalan mendekati pintu.

"Ah ya " kataku sambil berdiri, dan tanpa sengaja aku menjatuhkan tas milikku.

Aku menemukan surat lagi, aku melihat kesamping.

Aku akan mendukungmu di tribun jadi semangat!

Aku tersenyum, entah mengapa aku membayangkan Fire yang sedang duduk di tribun sambil meneriaki namaku. Aku memasukkan kertas itu kembali ke dalam kelas dan berjalan pergi ke lapangan. Di lapangan aku dapat mendengar suara teriakan penonton, walau penontonnya banyak aku masih bisa mendengar teriakan Erika yang khas. Aku melihat kearah tribun, Erika melambaikan tangannya sambil berteriak, disampingnya ada teman – teman yang lain , Giro duduk sambil memakan popcornnya, Megi mengangkat spanduk dengan antusias sedangkan Zic mengangkat spanduk itu dengan tatapan dingin dan datarnya, tiada antusias sama sekali.

Kami akan melawan sekolah kecamatan sebelah, Aku sendiri dag dig dug. Kukira penontonnya sedikit seperti porsenijar waktu SMP. Vanka memegang tanganku seolah memberikan dukungan. Aku menarik nafas panjang, Aku lalu melihat kearah tribun lagi, Fire berteriak memberi dukungan sambil mengangkat bendera bersama dengan anggota basket putra lainnya. Kurasakan ada energi yang membuatku mulai bersemangat.

Pertandingan pertama berjalan baik, tim kami dapat melampaui tim lain. Seperti biasa aku hanya duduk di bangku cadangan, aku tidak duduk sendirian. Ada Vera yang juga duduk karena posisinya sebagai cadangan. Walau dia seorang cadangan dia berteriak seperti seorang supporter. Di tengah pertandingan lawan mulai mengejar angka. Mika memegang bola dan berlari, salah seorang tim lawan langsung berlari mengejar Mika. Lawan yang lain langsung menghadang Mika. Entah apa yang terjadi, mungkin terlalu kaget, akhirnya Mika terjatuh. Sepertinya pergelangan kakinya terklir, petugas PMR segera datang dan membopong Mika ke ruang medis. Pelatih melihat kearah kami berdua.

"Vera kamu maju" katanya, Vera langsung masuk menggantikan Mika, pertandingan kembali berjalan, lawan berhasil melampaui skor kami. Sedangkan tim kami mulai kewalahan karena Mika tidak ada, otomatis kekuatan tim jadi agak berkurang. Vanka berlari berusaha untuk menerobos lawan, lalu melempar bola kearah Vera. Cewek itu langsung mundur beberapa langkah karena lawan mulai mengahadangnya. Vera langsung menembak di daerah tiga angka. Namun sayanganya Bola tersebut tidak masuk ke dalam ring. Sekarang bola berada di tangan Dea, cewek itu berlari kearah ring lawan, disamping kanan dan kirinya ada Vanka dan juga Shien. Salah seorang lawan berhasil mengejar Dea, dan merebut bolanya. Shien langsung mengahadanganya, cewek keturunan indo-cina itu berusaha untuk terus merebut bola, namun sayangnya lawan melakukan tipuan sehingga dapat menerobos Shien. Dea segera mengejar lawan, Vera menghadang lawan namun lawan langsung memberikan pass kepada temannya yang waktu itu tidak di jaga oleh siapapun. Lawan langsung menembak di daerah three point dan masuk! Sekarang selisih antara tim kami dan lawan tinggal dua. Vanka melihat kearahku sebentar lalu mengisyaratkan aku untuk turun. Aku menatap si pelatih, Dea juga menatap si pelatih. Dia lalu mendekati kami,

"Azu cepat masuk!" katanya, Aku melirik waktu. Hanya tersisa 30 detik.

aku lalu mengangguk dan masuk kedalam lapangan. Pertandingan kembali di mulai. Lawan memegang bola, Vanka langsung maju untuk menghadang, lawan melakukan beberapa tipuan namun Vanka bisa merebut bola tersebut, Vanka berlari ke daerah lawan. Aku mengikutinya dari samping. Lawan lalu menghadang Vanka, cewek itu lalu mengoper bola kearah Shien yang saat itu sedang tidak dijaga. Shien langsung berlari mendekati ring, lawan mulai datang menghadangnya. Dia melempar bola tersebut kearahku. Aku langsung merentangkan tanganku keatas mengambil bola, disaat yang bersamaan lawan mulai berlari kearahku. Kami lalu bertabrakan, aku terjatuh lawanku juga terjatuh, dia lalu dengan cepat berdiri dan mengambil bola. Aku juga berdiri dan mengejarnya, Aku melihat kearah kearah jam, tinggal 12 detik. Aku berlari dengan cepat lalu merebut bola itu, Aku lalu berbelok arah, berlari menuju ke ring lawan, saat menyadari bahwa lawan berlari kearahku aku langsung mengoper bola itu kearah Vanka. Cewek itu langsung berlari, lalu melempar bola itu karena melihat ada lawan yang akan menghadangnya. Shien menangkap bola itu, lawan langsung menghadangnya, Shien langsung melempar bola tanpa arah dan ditangkap oleh Dea. Dan Dea langsung mengoper bola itu kearahku yang waktu itu berada di daerah three point. Setelah mendapat bola aku langsung melempar bola itu kearah ring. Aku melihat kearah jam, tinggal 5 detik lagi. Kurasa semuanya bergerak dalam slow motion. Masuk! Bola itu masuk! Lalu waktu pun berakhir, kami menang dengan point 56 : 55, semua anggota langsung berpelukan, Shien langsung memelukku. Aku tersenyum bahagia lalu melihat kearah tribun. Fire menatapku sambil tersenyum dan memberikan jempolnya. Rasa bahagiaku tidak dapat kukatakan dengan kata – kata, aku melihat kearah teman – teman yang lain, Erika meneriaki namaku, Megi makin bersemangat mengangkat spanduk dan berteriak teriak, Giro tetap dengan wajah polosnya, Zic tersenyum kearahku. Tunggu dulu?! Tersenyum? Tersenyum kearahku? Maksudku Zic yang selalu sarkasme tersenyum? Kearahku? Aku langsung melihat kearah lain. Entahlah aku tidak tau, pokoknya senyumannya aneh, yah baru pertama aku melihatnya tersenyum, ternyata kalau dia tersenyum dia terlihat lebih hangat dari biasanya.

"Yei! Kita berhasil ! berhasil!" teriak Vanka lalu memelukku,

"aku senang sekali..." kata Shien

"Ayo kita tos!" kata Mika, kami semua mendekatinya dan membentuk lingkaran. Kami semua lalu tos bersama – sama.

Kami semua lalu pergi ke ruangan ganti, aku mengambil tas milikku, sebuah kertas terjatuh aku pun mengambilnya.

selamat untuk yang tadi, kamu benar – benar hebat

untuk sesaat pipiku bersemu merah, si pangeran merpati itu menulis surat untukku. Aku melihat kearah kanan dan kiri, beruntunglah tidak ada yang mengetahui kalau aku sedang membuka surat ini.

"Azu!" teriak Erika ketika aku sudah selesai mengganti bajuku,

"Erik! Aw!" Erika langsung memelukku dengan erat,

"selamat ya! kamu hebat sekali tadi" kata Megi sambil menyalamiku, Erika berhenti memelukku.

"pertandingan yang hebat" kata Zic dengan nada datarnya, Giro memberikan jempol kepadaku.

"ada acara makan makannya nggak?" Tanya Giro, semuanya memandang kearahku.

"makan – makan? boleh juga" kata Vanka yang tiba – tiba ada disana

"kita bisa berpesta untuk merayakan ini bukan?" kata Fire, "dan tembakan tiga angkamu itu sangat luar biasa Azu" pujinya, pipiku memanas.

"benar, sekali!" kata Erika "nanti sore datanglah kerumahku, kita akan adakan acara manggang!" katanya

"boleh juga, aku akan membeli dagingnya" kata Megi

"merepotkan" kata Zic

"aku akan membeli bumbunya" kata Fire

"oke kalau begitu, nnati jam 5 sore dirumahku ingat!" kata Erika

"siap bos" kata Vanka, kami lalu tertawa bersama.

Aku, Erika dan Vanka bersiap siap di rumah Erika, kami mengatur bangku menyiapkan beberapa peralatan. Setelah pulang dari pertandingan tadi, aku diseret oleh Erika ke rumahnya, untungnya Vanka datang membantu, jadi kerjaanku dan Erika sedikit lebih ringan.

"apa kita undang saja semua anggota basket?" Tanya Erika

"Ide yang bagus! Aku akan menelepon mereka" jawab Vanka,

"Azu beritahu yang lain untuk menambah persediaan" kata Erika, Aku mengangguk dan menelepon Megi

"hallo? Ada apa?" Tanya Fire, jantungku berdetak kencang lagi, padahal sekarang aku tidak berada di lapangan basket. Dan kenapa Fire yang membawa handphonenya Megi?

"um... tolong membeli dagingnya lebih banyak, anggota basket juga akan ikut" kataku

"oh? Ya ya, Megi! Beli lagi lebih banyak!" suara teriakan Fire dapat kudengar walaupun mungkin sekarang dia menjauhkan handphonennya.

"baiklah, kami akan membelinya lebih banyak, Bye" lalu sambungan telepon terputus, Erika melihat kearahku dan aku hanya mengagguk. Aku kembali pada aktifitasku untuk membersihkan piring – piring yang ada, handphone milik Erika lalu berbunyi

"Azu tolong jawab panggilannya!" teriak Erika yang sedang sibuk membersihkan panggangan bersama dengan Vanka. Aku lalu mengangkat panggilannya.

"Hallo?"

"kemana Erika Azu? K ekenapa kamu yang me memegang hand- sudahlah, tanyakan pada Erika kami harus membeli apa jika kecap merek itu tidak ada?" Tanya Zic

Aku lalu berteriak menanyakan Erika.

"katanya apa saja boleh yang penting enak" jawabku telepon lalu terputus.

Fire dan Megi datang dengan dagingnya, lalu Zic dan Giro datang dengan barang – barang yang lain, dan anggota basket putra dan putri juga ikut datang. Kami semua tertawa dan menikmati acara ini. Arul dan Rio memanggang steak, Erika dan Vera karaoke, aku senang Erika mempunyai teman yang bisa dia ajak untuk bernyanyi kalau tidak aku sudah diseret untuk ikut dengannya. Mika terlihat memarahi Giro yang mencoba untuk memakan beberapa Steak yang baru jadi. Aku cukup penasaran berapa sih kapasitas perutnya? Vanka lalu duduk di sampingku.

"pasti enak banget kalau kita bisa seperti ini setiap saat" kata Vanka

"iya benar," ucapku.

?f


For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang