THE HEART IS FOR YOU

33 2 0
                                    

Tidak ada banyak yang berubah, Erika dan yang lainnya masih sama. Walau aku merasa Zic sedikit berubah, nada bicaranya semakin tajam dan juga dingin. Dia bahkan tidak pernah melihatku! Hatiku bahkan teriris setiap kali dia mengacuhkan pandangannya.

Aku masih membawa gelang anyaman yang kubuat dihari itu, mengumpulkan keberanian untuk memberikannya namun pada akhirnya aku hanya dapat diam dan menyimpannya.

"hari ini ada tempe lho" kata Erika sambil membuka kotak makannya, kami berlima masih sama makan bekal bersama – sama. Aku melihat kearah Zic yang sedang diam memakan bekalnya, walau halus aku dapat melihat lingkaran dibawah kelopak matanya.

"besok kita pergi memancing yuk?" Tanya Megi lalu memasukkan daging kedalam mulutnya

"aku setuju" kata Giro, Erika dan Zic mengangguk.

"Azu" panggil Megi, aku bangun dari khayalanku

"iya aku aku setuju" kataku,

"ada apa denganmu apa kau sakit?" Tanyanya lagi, Aku menggeleng.

"aku duluan" kata Zic lalu berdiri dan meninggalkan meja.

Saat pelajaran dikelas, aku memperhatikannya yang sedang berusaha keras untuk terjaga. Beberapa kali dia mencubit dirinya sendiri agar dirinya tidak jatuh dan wajahnya tetap aman dari meja. Aku khawatir dengan kondisinya.

Saat bel pelajaran berakhir dia masih tetap diam di bangkunya, sedangkan aku menunggunya diluar, sebagian besar siswa sudah pulang dan kelas sudah sepi. Zic lalu bangun dari kursinya dan berjalan menuju keluar kelas, namun baru tiga langkah dia langsung ambruk. Aku dengan secepat mungkin menghampirinya, menepuk pipinya berkali kali dan menggoyangkan tubuhnya berkali – kali agar kesadaranya masuk. Namun dia tidak sadarkan diri juga. Aku lalu melepas tas gendongku dan menggendongnya menuju ke UKS. Walaupun badannya berat aku berusah sekuat tenagaku, dan aku berhasil membuat tubuhnya berbaring di atas kasur di UKS, setelah itu aku mengambil tas kami. Petugas UKS sudah pergi namun ruangan UKS masih dapat digunakan.

Aku menunggu, waktu dan perasaan ini mencakar – cakar hatiku. Bagaimana kondisi Zic? Apa dia baik baik saja?

Aku mengusap airmata yang mulai meleleh di pipiku, kelopak matanya lalu terbuka, saat menyadarinya senyumku mengembang.

"syukurlah akhirnya kau sadar" kataku, Dia menatapku dengan datar lalu turun dari kasur dan mengambil tasnya, berjalan pergi tidak menghiraukanku.

Aku berjalan mengikutinya dari belakang,

"kita pulang bareng yuk?" kataku,

"aku bawa sepeda" sahutnya

Aku lalu memegang tangannya mencegahnya berjalan lebih jauh lagi.

"apa sih?" katanya

Aku lalu mengambil sesuatu dari dalam tasku, sebuah gelang berwarna hitam dan coklat terlihat simple, gelang yang kubuat dihari festival itu. Dia melihatnya sekilas,

"benda murahan" katanya sambil melepas tanganku dengan kasar dan menepis tanganku sehingga gelang itu terlempar ke jendela dan jatuh diluar.

Dia lalu kembali melanjutkan langkahnya,

"padahal aku membuat gelang itu sendiri, hari itu di festival itu.... Aku membuatnya untukmu, hanya untukmu..." kataku, pipiku basah karena air mata, Zic menghentikan langkahnya.

"ada lagi yang ingin kau katakan?" tanyanya masih dengan nada sarkasme

Aku tidak menjawabnya, Zic kembali melanjutkan langkahnya dan keluar dari gedung sekolah, dan tangisku langsung pecah seketika, aku menangis mengeluarkan air mata ingin berteriak namun terlalu lemah untuk meneriakkan isi hatiku, remuk hancur.

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang