BIOSKOP

24 1 0
                                    


Aku menghabiskan waktuku dirumah ditemani oleh Erika yang selalu membuatku tertawa, kami bahkan perang bantal dikamarku hingga kamarku terlihat seperti kapal pecah.

"huwe hentikan!" kataku saat Erika menerjangku dengan bantal lalu menggelitikku,

"rasakan ini tertawa no jutsu" kata Erika

"yaampun aku capek sekali" kata Erika lalu bangun dan pergi dari kamarku,

"HUWE!!! Cepat kembali dan perbaiki kamarku!" teriakku,

"nanti saja!" teriak Erika dari bawah, aku langsung geram dan pergi keluar kamarku dan tidak menemukan Erika dimana – mana, telepon rumahku lalu berbunyi aku mengangkatnya.

"hallo? Ah Azu terima kasih pesta bantalnya aku sangat menyukainya" kata Erika di dalam telepon. Tunggu dulu jangan bilang kalau dia...

"aku sudah dirumah, thanks tip-nya udah kutaruh di bawah bantal bye bye~" katanya lalu telepon terputus. oh tunggu saja kau Erika! Kau akan membayarnya besok! Aku lalu merapikan kamarku, dan menemukan sebuah tiket dibawah bantal. tiket nonton untuk 2 jam dari sekarang. Aku langsung merapikan kamarku secepatnya lalu masuk ke dalam kamar mandi, dengan tergesah – gesah aku keluar dari kamarku.

"mau pergi kemana?" Tanya adik laki – lakiku, disampingnya ada dua anak lainnya, salah satu dari mereka membawa layangan.

"mau pergi jalan, kamu jaga rumah ya" kataku lalu pergi

Aku berdiri di depan bioskop sambil memegang tiket,

"Yo! Azu sedang apa disini?" Tanya Megi di belakangnya ada Giro yang sedang memegang popcorn dan Zic yang datar.

"hai Azu" kata Giro, sedikit tidak jelas karena mulutnya masih digunakan untuk mengunyah, sedangkan Zic diam saja.

"menonton" jawabku sambil memperlihatkan tiket nontonku,

"wuah ternyata Erika mengajakmu juga?" kata Giro,

"tentu saja mereka sahabat" kata Zic masih dengan intonasi sarkasmenya, namun sepertinya Giro tidak peduli dengan itu,

"kami juga akan menonton film yang sama" kata Megi,

"Hei! Kalian!" teriak Erika sambil melambaikan tangannya dan berlari kesini,

"Erik!" teriakku sambil melambaikan tanganku,

"hah, hah, melelahkan" kata Erika ketika sudah berada didekat kami.

"yang mengajak yang akhirnya terlambat" kata Zic yang dibalas dengan tatap sinis dari Erika,

"sudah yuk kita masuk" kataku agar Erika tidak menyemburkan banyak kata ataupun amarah Karena disindir oleh Zic.

Kami lalu masuk ke dalam gedung, dan duduk di bangku. Filmnya akan mulai beberapa menit lagi.

"hei! Kenapa kalian duduk berdua! Aku mau disamping Azu!" kata Erika ketika kami sudah duduk aku bahkan baru sadar kalau aku duduk di sebelah Zic dan yang lainnya duduk tepat di depan kami. Beberapa orang lalu duduk, Erika ingin keluar dan duduk di sampingku namun Megi menahannya.

"orang – orang sudah duduk dan filmnya akan mulai" katanya, tempat kami duduk memang berada di tengah – tengah bangku penonton. Erika lalu menghela nafas, dan duduk di kursinya lalu mengambil popcorn Giro dan memakannya.

"siapa suruh membeli dan membagi tiketnya secara acak" kata Megi

"ya ya aku mengerti" kata Erika

Film yang kami tonton, bergenre horror. Beberapa penonton berteriak, Erika berteriak sangat kencang sambil menunjuk – nunjuk layar, Megi menggigit jarinya, Giro masih menatap film itu dengan biasa dan makan popcornya sesekali tersedak karena terkejut melihat beberapa adegan, kalau aku takut ya takut tapi nggak sampai teriak. PUK! Aku melihat kesamping, kepala Zic bersandar dibahuku, sepertinya dia tertidur. Yah walaupun sebenarnya tertidur di bioskop itu biasa, tapi ini kan film Horor! Mana mungkin ada penonton yang mengantuk karena menonton film horror! Kecuali dia lelah atau untuk alasan lainnya. Kalau dipikir – pikir, Zic yang sedang tertidur itu terlihat lebih baik dari pada Zic yang bangun dan menatap segala sesuatu dengan sinis. Aku menepuk nepuk dirinya.

"hei bangun" kataku, namun dia masih juga menutup matanya,

"hoi" kataku sambil menepuk pipinya namun dia masih belum sadar juga, aku menamparnya tepat di adegan mengerikan, jadi suara tamparannya tidak terdengar keras karena beberapa penonton yang berteriak, termasuk Erika. Dia bangun dan terkejut, lalu kembali duduk normal.

"a-a-apa yang kau lakukan?" katanya sambil mengelus pipinya

"kau tertidur tadi, kukira kau tidak ingin menikmati filmnya" kataku

Aku dapat melihat pipinya yang merah, entahlah aku tidak tau pipinya merah karena aku tampar atau karena dia malu, kami saling tatap sebentar lalu Zic memalingkan mukanya dan menatap layar. aku sedikit tertawa melihat reaksi malu Zic, harus aku akui dia terlihat lucu kalau malu. Setelah filmnya selesai kami lalu makan di restaurant dekat Bioskop.

"ah... tadi itu menenggangkan" kata Megi

"biasa saja" kata Erika lalu melahap pastanya

"hei bukannya kau tadi teriak teriak bahkan memelukku?" kata Megi membuat Erika tersedak

"nggak kok!" kata Erika lalu meminum air

"jangan – jangan kau naksir lagi denganku" kata Megi setengah menggoda

"nggak! Nggak mungkin aku naksir sama kamu!" kata Erika lalu memukul kepala Megi denganm sendok

"yaampun, gitu aja marah beneran nih kamu suka aku?" kata Megi,

"heh mana ada yang mau dengan kakek – kakek sepertimu?!" kata Erika sambil membuang muka, Giro tertawa kecil lalu menyendok eskrim itu kedalam mulutnya. Aku melihat kearah Zic, cowok itu lalu menoleh dan kembali membuang muka. Kurasa dia masih ingat dengan kejadian tadi. Setelah makan direstaurant kami lalu pulang kerumah masing masing, Kami berlima lalu berpisah di perempatan jalan.

"maaf" kataku, Zic menoleh kearahku sebentar lalu kembali menatap jalan,

"maaf untuk apa?" tanyanya

"maaf untuk menamparmu tadi di bioskop" jawabku

"jangan pikirkan itu" katanya, hening menyelimuti kami. Kami lalu berpisah di persimpangan jalan. Kurasa hari ini tidak buruk juga. Aku tersenyum ketika aku mengingat Erika dan teman – temanku yang lainnya, rasa sakit karena Fire sudah sedikit berkurang.

?


For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang