DIBAWAH HUJAN

26 1 0
                                    


Aku membuka mataku dan menemukan diriku yang bersandar pada salah satu bangku taman, bau minyak kayu putih memasuki lubang pernafasanku. Di sampingku ada seorang cowok yang sedang duduk. Rintik air mulai berjatuhan dari langit, bangku ini berada di bawah kanopi kecil, jadi kami berdua tidak kehujanan.

"bagus, rekor hebat. Pingsan selama 5 menit" kata Zic "sebenarnya kau beneran pingsan atau Cuma mau mencari perhatian?" katanya Sarkasme seperti biasa, namun aku hanya diam tidak membalas kata – kata sarkasmenya. Entahlah, aku masih merasakan sakit itu, bekas luka yang ditorehkan melalui kata – kata.

"Aku menyukai Vanka"

Sadarlah dia menyukai Vanka bukan menyukaimu, dia mungkin menyukaimu namun hanya sebatas teman dan kamu harus ingat batasan. Hujan turun semakin deras.

"terima kasih" kataku kepada Zic, cowok itu menoleh sebentar kearahku lalu kemabli melihat rintik hujan yang terjatuh. Orang – orang berlarian menuju ke tempat yang teduh, aku dapat merasakan dinginnyas udara dan tentunya dinginnya hatiku yang semula hangat.

"nada suaramu aneh apa kau sakit?" tanyanya, masih menatap rintik hujan,

"tidak" jawabku, Aku merasakan airmata yang terus mendesak untuk keluar. Huh, ini menyebalkan, menyebalkan bahwa selama ini aku menyimpan rasa sayang yang sangat sia – sia dan tidak berguna. Aku berdiri lalu berjalan menerobos hujan, Airmataku mulai mengalir, wajah dan tubuhku basah. Air mataku bercampur dengan Air hujan, menyisakan rasa dingin di pipiku.

"kau akan sakit kau tau itu kan?" kata Zic lalu memayungiku.

"kenapa kau begitu peduli?" kataku,

"aku tidak tau, apa kau habis menangis?" Tanya Zic

"..."

"sudah kuduga, kau memang cengeng" kata Zic

"iya memang aku memang cengeng" kataku, Zic lalu memegang tanganku dan berlari, otomatis aku juga ikut berlari. Kami menerobos hujan sambil berlari, jalan yang becek atau semacamnya tdak kami perdulikan. Sepatunya dan sandalku kotor terkena lumpur.

"apa yang terjadi? Bukankah kau ingin menangis?" katanya, kami berlari di jalanan yang sepi.

"keluarkan saja apa yang ingin kau keluarkan" katanya, Ari mata kembali membanjiri wajahku, sesekali aku mengusapnya menggunakan tanganku. Kami terus berlari, Aku lalu berteriak, airmata masih terus turun dan kakiku masih terus berlari. Zic sendiri masih memegang payung dan menarik tanganku. Aku merasa lega sedikit demi sedikit, Aku lalu tersenyum, air mata tidak lagi keluar.

"apa sudah baikkan?" Tanya Zic

"lumayan" jawabku, Zic lalu berhenti berlari lalu menginjak lumpur disampingku dengan keras sehingga mengotori sebagian dari bajuku,

"mau membalasnya?" tanyanya,

"tentu saja" kataku sambil merebut payungnya sehingga dia kehujanan. Aku berlari menghindari Zic yang berusaha untuk mengambil kembali payungnya. Kami berlari di derasnya hujan yang turun. Kami tertawa dan menikmati hujan yang jatuh.

"Ah... hangatnya" kataku lalu meminum coklat panas, sekarang kami duduk di teras sebuah toko kecil.

"hujannya masih belum berhenti" kata Zic, dia lalu tersenyum lalu meminum coklat miliknya.

"ya kita tunggu hujannya berhenti atau jalan menerobos hujan" kataku, ngomong gomong soal payungnya, benda itu sudah rusak karena terjatuh dan terlindasa truk di tengah jalan, aku dan Zic tidak sengaja melemparnya saat kami berebut benda itu.

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang