Lima

191K 8.6K 116
                                    

"Bagaimana kabarmu? Bagaimana hari-harimu menjadi guru? Lebih mudah daripada menjadi dosen kan?" suara Tiar terdengar diseberang telpon.

"Tidak ada yang mudah, sama saja. Perbedaan kecilnya hanya saat mengajar di SMA seperti mengajar anak TK. Terlebih lagi terhadap anak yang bernama Veve. Entah dia itu sejenis manusia apa" jawab Setyo sembari berjalan membawa teh hangat nya menuju halaman belakang rumahnya.

"Hahah aku sudah berpesan padamu sebelumnya. Dia memang anak yang perlu perhatian dan pengawasan khusus. Bagaimana ceritamu dengannya?"

Pertanyaan Tiar kakaknya membuat Setyo sendiri menjadi malu untuk menceritakannya.

*flashback*
Hari kedua, Setyo melangkah menuju kelas XII IPA 1. Langkah nya terhenti saat melihat Veve sedang berdiri di ambang pintu dengan tas tergeletak di bahunya.

"Mau kemana kamu?" tegur Setyo.
"Eh pak Tyo, gak kemana-mana pak cuman mau kebelakang saja" cengir Veve.

"Kalau mau kebelakang kenapa harus bawa tas segala?"

"Kan saya sedang periode pak. Kan saya harus bawa ganti. Kenapa? Bapak gak percaya? Kalau mau bukti ayo" tantang Veve.

"Kamu periode setiap minggu ya?"

"Ih bapak kok tau tanggal-tanggal periode saya? Bapak ngikutin perkembangan saya ya? Hayo ngaku"
Suara tawa terdengar dari dalam kelas.

'Ampun dah' batin Setyo.

Hari ke lima, saat Setyo sedang menerangkan pembahasan, Veve terlelap di alam mimpi. Setyo mendatangi meja Veve dan memperhatikannya, Veve mengigau tentang tukang sayur bahkan jasa sedot wc.

"Veve..." ucap Setyo.
"Hm... Lo siapa? Tukang sedot WC ya?" ngigau Veve.

"Iya"

"Mah, ada tukang sedot wc. Masa baru kemaren udah mampet lagi"
Terlihat semua murid cowok dan cewek saling menahan tawa.

"Begitulah ceritanya" Setyo mengakhiri penjelasannya.

"Hahah... Ada-ada saja kelakuan anak itu"

"Lalu, bagaimana?" tanya Setyo.

"Untuk meluruskan otaknya kembali agar terbiasa dengan matematika. Mungkin perlu pendekatan lebih personal" jawab Tiar paham perrtanyaan Tyo.

"You gotta be kidding me" Setyo tertawa renyah menanggapi jawaban kakaknya.

"Kau perlu mencoba nya"

"Tidak. Biarlah ia begitu. Aku tidak ingin ambil pusing" Setyo mengakhiri pembicaraanya dengan Tiar.

***************
"Heeh! Kalo dengerin musik jangan keras-keras setan!!!" teriak Fergi dari depan pintu kamar Veve.

"Bodo! Yang penting gua happy!" jawab Veve balas teriak.

"Tapi jangan dangdut juga selera lo ah!" ucap Fergi berlalu ke dapur.
"Bodo!" balas Veve.

Masih berjingkrak-jingkrak didalam kamarnya, Veve mendengarkan lagu Sik Asik nya Ayu Ting-Ting.
Veve memang gemar mendengarkan lagu dangdut. Sebelumnya ia seorang cewek macam gothic. Dengan musik metal khas, ia selalu menyetel musiknya keras-keras sampai Papa dan Mamah nya tidak kuat lagi.

Akhirnya Veve beralih ke aliran musik dangdut karena setiap pagi di hari minggu ia selalu mengantar Mamah nya kepasar tradisional dimana dangdut adalah santapan pagi para penjual. Awalnya dia selalu memprotes adanya musik dangdut, tapi pada akhirnya dia jatuh cinta juga. Fergi selalu menganggap selera musik Veve absurd, se-absurd Veve.

***************
"Upacara selesai, barisan diistirahatkan.." ucap protokol.

"Mohon perhatian, ada pengumuman sebentar. Sekolahan kita akan mengadakan Field Trip ke Bali. Jadi siapa saja yang bersedia mengikuti nya, dimohon segera mendaftarkan diri ke bagian administrasi sekolah. Dan Field Trip kali ini hanya boleh dilaksanakan kelas XII saja"

Terdengar suara kekecewaan dari seluruh siswa kelas X maupun kelas XI.

"Field Trip kali ini berlangsung selama 3 hari. Namun kita akan tinggal di Bali selama seminggu jadi gunakan waktu 4 hari free kalian dengan hal yang bermanfaat. Terimakasih"

"Eh lo mau ikut kan?" tanya Citra menyenggol bahu Veve.

"Pastinya dong. Jarang-jarang kan kita ikut ke Bali hehe" cengir Veve.

Setelah semua murid bubar, mereka kembali ke dalam kelas masing-masing.

"Ve kenapa lo sekarang jadi ikut terus pelajaran matematika sih?" tanya Putri.

"Gue kapok deh, disuruh muter lapangan gitu"

"Ye baru juga muter lapangan, biasanya kan lo gak punya rasa kapok"

"Gundulmu!" Veve mentoyor kepala Putri.

"Selamat pagi semua" suara Setyo menghentikan aktivitas para murid.

"Menindaklanjuti pengumuman yang tadi, saya ingin merencanakan penstrukturan kegiatan berlangsungnya Field Trip. Silahkan sediakan satu kertas, tulis satu nama yang kalian anggap dapat bertanggung jawab atas kalian semua" ucap panjang lebar Setyo.
Semua anak pun melaksanakan apa yang diperintah. 3 menit berlalu.

Semua kertas sudah dikumpulkan.
"Silahkan sekretaris kelas maju menuliskan hasil voting"

"Pak jangan saya dong, tulisan saya jelek" aku Veve.

"Kamu sekretaris kelas?"

"Iya pak"

"Kalau kamu sekretaris kelas, kamu harus bisa bertanggung jawab. Sekarang ayo ke depan"

"Pak beneran tulisan saya jelek. Bapak maksa deh"

"Terus kamu mau nya apa?"

"Saya gak mau nulis kedepan"

"Menulis kedepan atau lari putar lapangan 10x ?"

Skakmat. Veve sudah bergidik ngeri mendengar hukuman lari putar lapangan. Apalagi 10x, 2 kali lipat dari hukuman yang kemarin.

"Iyaa deh iya. Bapak bawel deh". Citra dan Putri hanya cekikikan melihat tingkah Veve. Mereka pun sudah tahu tulisan Veve seperti cekeran ayam dan Veve terpilih jadi sekretaris karena saat itu Veve sedang mencontek pr fisika milik Citra. Pak Tiar melihat tulisan Citra, sedangkan Pak Tiar menganggap bahwa itu tulisan Veve.

"Silahkan Ketua Kelas membacakan kedepan, hasil votingnya"

"Veve"

"Apa sih sal? Gua lagi mau nyatet nih, konsentrasi biar tulisan cekeran ayam gua kagak kelihatan"

"Gue kagak manggil lo, nih nama lo ada disini?"

"Hah? Apaa? Siapa tuh yang nulis?" Veve shock.

"Sudahlah tulis aja"

"Hiish awas ya yang nulis"

Setelah selesai, nama Veve tertulis sempurna di papan tulis dengan perolehan hasil suara sebanyak 20.

"Jadi sepakat ya Veve menjadi penanggung jawab" ucap Setyo.

Didepan kelas Veve bersengut layaknya sapi yang sudah tidak BAB selama seminggu.

"Loh Pak? Ketua penanggung jawab bukannya Wali Kelas ya?" celetuk salah satu siswa.

"Begitulah, tapi saya ada jadwal kuliah"

"Yes, beneran bapak gak ikut kan? Yes yes" Veve kegirangan.

"Yah Pak Setyo gak ikut. Jadi sedih nih" ucap Indah.

"Yah pak.. Ikut dong" seru siswi cewek.

"Ikut dong pak, kalo yang cewek-cewek gak ikut gak bakalan seru nih" ucao Deva, cowok ter-mesum se SMA Bhakti.

Walaupun sudah berkali-kali Setyo berada di Bali bahkan mempunyai villa disana, ia tetap terpaksa harus ikut karena didesak oleh semua murid-muridnya.

"Yasudah, saya ikut"

Teriakan kemenangan siswi cewe pun terdengar.

"Yah si monster kutub ikutan ah" besengut Veve.

My Teacher, My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang