Enam

166K 7.9K 27
                                    

'Sepertinya sudah cukup' batin Setyo menutup koper nya.

"Tyo, makan malam. Kebawah nak" Tante Widya berdiri di ambang pintu kamar Setyo di lantai 2.

"Iya mah" ucap Setyo menghampiri Tante Widya dan mengikutinya menuruni tangga sampai ke ruang makan.

"Bagaimana sudah siap semua barang bawaanmu?" Tante Widya duduk dan mengambil piring disampingnya.

"Sudah, Mah. Besok tinggal berangkat saja" Setyo duduk berhadapan.

"Rektor mu mengijinkan?" ucap Tante Widya hati-hati.

"Yah walaupun sebelumnya beliau menolak, tetapi Kak Tiar sudah membujuknya. Mereka memang sahabat sedekat nadi sepertinya"

"Kakakmu dan Rendi rektor mu itu memang sudah bersahabat sejak kita tinggal di Jogja. Bahkan kamu belum lahir pun mereka sudah bermain bersama" jelas Tante Widya.

"Di umur kak Tiar, dia bersikeras untuk tidak menikah dahulu" ujar Setyo.

"Setyo, jangan ungkit-ungkit masalah itu. Apalagi kalau ada Tiar. Dia memang ingin membahagiakan keluarga kita dan menyekolahkan kamu hingga kamu jadi dosen seperti sekarang ini"

"Kalau saja Papa tidak meninggalkan Mamah semuanya tidak akan rumit seperti ini dan kak Tiar tidak berjuang sekeras ini" ucap Setyo menatap Tante Widya.

"Bagaimana Diana?" Tante Widya mengalihkan pembicaraan.

"Mah... Jangan sebut nama dia lagi. Setyo sudah tidak ada urusan dengannya"

"Hihi, kamu ini. Belum juga move on kan dari Diana"
Setyo tidak menjawab.

"Ohya, anak didikmu si Veve itu masih bandel ya?" Tante Widya menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Begitulah, dia masih seperti itu. Nihil perubahan" balas Setyo.

***************
"Semuanya sudah ada di mobil?" tanya Setyo pada Faisal sang ketua kelas.

"Sudah pak, siap berangkat"

Bus segera melaju, namun saat Setyo akan duduk di kursi, ada seseorang yang mendudukinya. Siapa lagi kalau bukan pembuat onar Veve.

"Kamu kenapa duduk di kursi saya?"

"Loh ini kan kursi saya Pak"

"Jelas-jelas itu kursi saya. Itu ada namanya"

Veve melirik ke arah name tag di kursi yang didudukinya.
Sadar ia salah kursi, Veve nyengir seperti saat ketahuan mau bolos namun gagal.

"Hehe iye pak"

"Yasudah kamu duduk disitu saja"

"Lah Bapak duduk dimana?"

"Ya dikursi kamu lah"

"Emang kursi kita berdekatan pak?"

"Ketua penanggung jawab dan penanggung jawab harus berdampingan kan"

"Haa??" hanya itu yang dapat keluar dari mulut Veve yang sedang mengunyah coklat Cha-Cha yang ia beli di Alfamart tadi malam.

'Mimpi apa sih gue semalem? Harus duduk berdampingan dengan monster kutub ini? Orangnya enak sih oke aja, boro-boro deh ini orang cuek banget' batin Veve.

My Teacher, My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang