Satu

474K 13.7K 221
                                    

Veve mengetuk-ngetukkan bolpoin yang baru saja ia gunakkan untuk mencatat pelajaran Biologi di meja.
Citra, sahabat Veve sejak dari kecil daritadi melirik kelakuan sahabatnya ini.

"Lo kenapa sih?" ucap Citra sudah tidak tahan.

"Memangnya kenapa sih?" jawab Veve sewot.

"Lo bisa diem gak, itu tangan lo gak bisa berhenti apa? Berisik tau. Mau sampe kapan lo begini? Yang lain udah pada ke kantin"

"Gua bingung, alasan apalagi untuk bolos dari kelas Pak Sutiarso" terawang Veve.

"Yaelah, lo sekali-kali ikut kelas Matematika dong. Biar otak lo itu pinter berhitung!" jelas Citra.

"Boro-boro ikut kelas, ga bakalan ngerti apa yang guru jelaskan"

"Lo sebegitu benci banget sama Matematika ya?" ucap Citra dengan pandangan interogasi.

"Sudahlah, gua mau bolos. Lagipula ini kan kelas terakhir sebelum kita pulang. Gua mau bolos lagi ajalah. Kalo Pak Sutiarso nanyain gua, bilang aja kalo gua di Uks" Veve berdiri dan mengambil tasnya bersiap untuk bolos.

"Masa alesannya dari kemaren itu terus? Pak Sutiarso curiga lah" tangan Citra menghentikan aktivitas Veve yang akan beranjak pergi.

"Bodo lah. Semua penduduk sekolah juga tau kalo gua gak suka dan ga bakalan suka sama Matematika. Dan mereka juga tau kan kalo gua sering bolos. Weks" ujar Veve menjulurkan lidahnya.

"Terserah lo deh" pasrah Citra.

Krrinnngg!!!

"Mati gua, bel nya udah bunyi. Gua pergi dulu deh. Nanti gua telfon lo kalo udah sampe rumah. Okey bebih?" ucap Veve berlalu dan mengecup jidat jenongnya Citra.

"Iye-iye sono pergi"

Saat Veve akan memanjat tembok belakang sekolah SMA Bhakti, terdengar bunyi orang berlarian. Veve melihat kebelakang darimana asal suara tersebut berasal.

'Duh itu kan Pak Sutiarso. Harus buru-buru nih' batin Veve.

Saat Veve sampai di atas tembok dan ingin segera turun, Pak Sutiarso berteriak dengan suara cempreng nya yang khas, "Veve, jangan bolos lagi!"

"Biarin saya bolos pak, saya ada keperluan penting" teriak Veve namun saat ingin turun ia terpeleset batu yang licin dan pantatnya mendarat tepat di jalan bebatuan.

"Aduh, sial banget gue hari ini" ucapnya sambil berdiri.

'Dasar anak itu' batin Pak Sutiarso menggelengkan kepala.

***************
"Kenapa kamu sayang? Cemberut mulu daritadi?" ucap Tante Widya.

"Enggak papa Mah, cuman lagi mikirin sesuatu yang gak penting" jawab Setyo.

"Mikirin apa hayo? Kamu harus senang dong, kamu lulus dengan nilai terbaik dan kamu langsung jadi dosen di Universitas swasta terbaik juga di usia kamu yang masih muda ini. Kakak kamu saja cuman jadi guru di sebuah SMA" Tante Widya mengelus lembut tangan anaknya itu.

"Hmm, iya Mah" senyum Setyo.

"Besok hari pertama mu mengajar jadi dosen kan? Kamu harus segera istirahat biar besok maksimal" tatap Tante Widya penuh arti.

"Iya Mah, makasih ya" Setyo mengecup lembut rambut Tante Widya.

***************
"Dorr!!" teriak Veve pada adiknya yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Apaan. Gua kagak kaget" ucap Fergi adik Veve.

"Tumben lo udah pulang?" Veve duduk disamping adiknya.

"Udah, guru-guru pada rapat pleno keknya" Fergi menjawab asal.

"Wih bahasa lo" toyor Veve dan mengambil remot dari tangan Fergi.

"Acara apaan ini? Cerdas cermat se-SMA. Gak mutu ah!"

"Eh jangan ganti. Ah lo gak asik! Dasar demit" Fergi pun pergi dan menuju kamarnya.

Veve dan Fergi memang kakak-adik yang selalu bertengkar, namun dibalik semua itu mereka tidak kalah kompaknya, dalam hal kapasitas otak mereka sangat berbeda. Fergi yang merupakan juara umum di SMA, tapi Veve lebih dikenal dengan ke-gokilannya.

My Teacher, My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang