Mawar!
Venus terlonjak dari posisi tidurnya. Lalu duduk sambil menatap jendela, menunjukkan hari sudah senja. Lalu merenung, entah apa yang dipikirkannya.
Mawar… Apa dia sudah menemukan jiwanya? Tanya Venus kosong. Matanya menatap keluar senja dengan tatapan kosong… Dan gelap.
Lalu perlahan Venus menggenggam benda yang melekat ditelinganya. Digenggamnya erat anting berbentuk mawar berwarna hitam ditelinga kirinya. Benda yang selalu mengingatkannya akan… Mawar… Kekasihnya!
Mawar… Ya Mawar! Gadis itulah yang sukses membuatnya hancur dulu. Membuatnya berubah. Membuat jiwanya mati, sehingga dia menjalani hidup seperti seorang pemain teater yang sedang mementaskan sebuah peran… Palsu dan penuh kemunafikan.
Kenapa lo nggak buang saja anting brengsek ditelinga lo itu, ha?! Makinya pada diri sendiri. Dan saat itu pula sebagian dari hatinya menolak. Lo masih sangat mencintainya… Ingat itu, Venus! Lo nggak bakal sanggup ngebuang lambang perasaan lo padanya begitu saja!
Dengan rasa frustasi Venus mengacak rambutnya, berusaha menghilangkan bayangan Mawar dikepalanya… Kenapa gadis itu begitu menakutkan?! Tanyanya lagi. Dan selalu tak terjawab.
Bukan! Ini bukan karena gue nggak bisa ngebuang anting ini! Anting ini hanya sebagai simbol, simbol kebencian gue akan mawar dan rasa cinta! Mawar itu kejam dan jahat. Dibalik keindahannya terdapat duri yang bisa kapan saja ngehancurin lo, ingat itu! Ya! Ini memang lambang kebencian gue! Kilahnya dalam hati keras.
Lo bohong! Lo bohong! Lo BOHONG, VENUS! Lawan sebagian hatinya lagi. Venus kembali menunduk, kenapa hati dan pikirannya tidak selalu sejalan? Apa dia tidak boleh membenci dan melupakan gadis itu?
“Kamu hanya seorang pendusta, Venus!”
Venus tersentak dari tempatnya, lalu menatap arah pintu ruangan seni dengan mata tajam. Disana terdapat sosok mungil dengan pita merah dikepalanya, dan senyum yang… Sangat dibencinya.
“Kamu hanya seorang pendusta, Venus!,” ulang gadis itu lagi, masih dengan senyum tadi.
Venus bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya mendekati… Mawar!!
Seiring langkah Venus mendekati Mawar, sepanjang itu pula sosok Mawar tersenyum. Senyum polos tapi penuh dengan kebohongan. Membuat hati Venus panas dan benci.
“Lo nggak bakal bisa ngebohongin gue lagi, Mawar!” bentak Venus keras. Mata cowok itu berkilat tajam. Lalu dicengkramnya bahu Mawar keras. Tapi, anehnya kenapa gadis itu tak merasa sakit sama sekali? Dan kenapa gadis itu masih tetap bisa… Tersenyum?
“Gue benci senyum lo! Gue BENCI!!” tekan cowok itu nyaring. Matanya merebak, sehingga tampak kabut dikedua mata Venus. Dia ingin menangis!
Ditatapnya sosok Mawar – yang masih tersenyum polos dan membalas tatapan Venus – dengan sedih. Apa hatinya akan selalu dipermainkan begini?
Mawar terdiam. Gadis itu memang tersenyum tapi tatapan mata gadis itu tampak… Sedih. Dan itu yang membuat Venus ingin menangis, ada apa dengan gadis ini? Matanya selalu dapat menariknya kembali seperti orang bodoh.
“Kamu akan selalu kembali sama aku Venus…,” ucap gadis itu untuk pertama kalinya. Lalu dengan lembut gadis itu membelai pipi Venus, seakan cowok itu adalah anak-anak yang akan selalu menurut pada ibunya. Dan anehnya Venus hanya diam, tak dapan menolak sentuhan gadis itu.
“L-lo…”
“Aku pergi Venus… Sampai ketemu lagi,” potong Mawar cepat, secepat gadis itu menghilang dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA CINTA
RomanceDisini kamu akan melihat rasa cinta, cemburu, sakit hati, dan keinginan memiliki yang begitu besar. Dan bagaimana yang namanya 'KARMA' berlaku kepada keempat pasangan yang dipertemukan dengan tidak sengaja dan bahkan mungkin akan mengubah masa depan...