That Old Joke

30 1 0
                                    

Aze's POV

"Byee Aze!"

"Bye Xyl! Hati-hati di jalan yaa, perasaan gue gak enak nih", seruku dengan wajah yang serius yang dibuat-buat.

"Sialan lo!" teriaknya sebelum mobilnya benar-benar hilang dari pandanganku.

Menutup pintu rumah, aku berjalan menuju kamarku.
Aku membuka laptopku dan memandangi layarnya. Hm, enaknya ngapain ya?

Setelah otakku berpikir keras mencari jawaban atas pertanyaan batinku yang sangat tidak berbobot tadi, akhirnya aku memutuskan untuk mendengarkan lagu.

Kalian pasti berpikir aku akan menyetel lagu-lagu beraliran Pop atau semacamnya. Aku memang menyukai musik Pop, tapi jangan salah, aku juga menyukai Rock, bahkan Hard Rock. Jadilah sekarang kamarku dipenuhi dengan suara menghentak-hentak yang memekakan telinga namun dapat membangkitkan semangat menurutku.

Saat sedang asyik menggelar konser Rock di kamarku, getaran di saku celanaku menghentikan kegiatan 'bersenang-senang' ku. Oh, ada pesan masuk.

From: Ayra

Guess what?! Gue boleh ikut audisi! So, rencana kita gimana?

Aku berteriak histeris setelah membaca pesan dari sahabatku yang paling waras itu.

"AAAAAAA!!!! OH MY GOD!!! SHE DID IT!! WHOAAA," teriakku histeris.

"Aduh Aze!!! Kuping gue sakit setan!!" teriak Abigail, kakakku.

"Oops.. sorry Bi. Lagian lo ngapain disini sih?! Ini kan kamar gue! Lo punya kamar juga kan? Sana sana balik ke kamar lo!" usirku. Huh, merusak suasana saja.

"Heh, dasar adek durhaka! Main ngusir ngusir gue aja! Makanya kalo orang lagi ngomong tuh dengerin! Tadi kan gue udah bilang, AC di kamar gue lagi di benerin, makanya gue ke kamar lo!" jelasnya kesal.

'Emang tadi dia bilang gitu ya? Kok gue gak denger sih?' batinku bertanya-tanya.
"Kapan lo bilang gitu?" tanyaku.

"Haduh Aze, untung lo adek gue.Tadi pas gue masuk sini, gue langsung bilang kayak gitu ke lo yang lagi asik dengerin lagu sialan berisik banget. Terus lo nya diem aja, yaudah gue anggap itu sebagai jawaban 'iya'," jelas Abigail panjang.

"Lah itu mah lo yang salah!"

"Lah kok jadi gue?!"

"Kalo gue diem aja, berarti gue gak denger dongo!"

"Ya terus gue harus teriakin lo sampe nengok, hah?! Lo mau suara gue abis?! Lagian lo juga tadi ngapain sih nyetel lagu hard rock pake volume keras kayak orang kesetanan? Lo pengen membunuh diri lo sendiri secara perlahan, hah?! Nih ya, kalo lo mau bunuh diri, gak gini caranya. Lo tinggal bilang aja ke gue, nanti gue bakalan dengan senang hati nyiapin tali buat lo gantung diri," cerocos Abigail.

"What the?! Ngawur banget ya omongan lo. Siapa juga yang mau bunuh diri? Yang ada gue yang bakalan gantung lo di pohon toge kalo lo ngawur lagi ngomongnya," balasku.

"Oh! Terimakasih tawarannya, tapi kira-kira lo harus nunggu berapa abad ya sampe pohon toge nya cukup tinggi buat ngegantung gue?"

"Cih, liat aja. Nanti gue bikin spesies pohon toge baru yang tinggi, spesial buat ngegantung lo."

"Udahlah terserah lo. Males gue ngomong sama adek durhaka dan gak punya otak plus nyebelin dan bawel ini. Mending gue ke kamar Aiden. Byee cerewet!"

When Friendship Becomes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang