I Can't

8 0 0
                                    

Azella bisa dikatakan sedang menunggu.

Jika kata menunggu dalam kamus seorang Azella mengandung artian membalas berbagai jenis chat dari teman-temannya, membuka LINE, Instagram, Ask.fm, Path, Twitter, untuk merespond pertanyaan ataupun follow requests sebanyak yang ia bisa.

Jangan salah. Meskipun telah dinobatkan sebagai spesies-paling-toa di kampus, atau Jack lebih sering mengganti kata 'toa' dengan 'menakutkan'. Azella tetaplah Azella, si remaja perempuan yang tidak tahu malu dan menyita perhatian semua orang. Tidak heran jika akun jejaring sosial yang dimilikinya penuh dengan pesan-pesan mulai dari yang manis, hingga yang pahit. Azella sendiri tidak ambil pusing. Ia hanya menanggapi pesan-pesan manis berupa pujian dari anak-anak kampus yang bahkan ia sendiri tidak mengenalnya, sementara pesan yang 'aneh-aneh' ia abaikan. Haters gonna hate, pikirnya.

Jika di sinetron, biasanya si cowok yang mau pergi jauh namun tidak kunjung melihat kedatangan si cewek untuk sekedar mengucapkan salam perpisahan, si cowok akan menunggu hingga detik-detik terakhir penerbangannya. Sementara si cewek berusaha mati-matian untuk sampai di bandara tepat waktu, dan di detik-detik terakhir mereka bertemu.

Namun ini justru terbalik. Di sinilah Aze, duduk manis di dalam sebuah kafe di bandara, ditemani secangkir kopi dan handphone yang sangat setia di sisinya, menunggu kedatangan Darren dan Ayra.

'Sebenarnya yang mau pergi siapa, sih?' Aze tertawa kecil akan pemikirannya barusan. Memang, sih, dia yang salah karena datang terlalu pagi, tapi kan- ah, sudahlah. Bahkan di dalam dirinya pun ia tahu, ini semua hanya karena ia yang terlalu excited untuk bertemu Darren. Terutama semenjak kejadian semalam. Aze sendiri hampir tidak bisa tidur hanya karena memikirkannya.

"Ngelamun aja," ucap seseorang seraya mencolek bahunya. Siapa lagi jika bukan Ayra.

"God. Akhirnya lo dateng juga," ucap Azella seraya mengusap wajahnya.

"Kata 'lo' nya buat gue, atau yang di sana?"Ayra menunjuk Darren yang sedang sibuk mengatur koper di ruang tunggu.

"Terserah lo aja, Ay," Azella berdiri dan berjalan ke ruang tunggu di mana Darren, Tante Vera, dan Om Richard duduk.

"Ih ngambek, gue ditinggal pula," Ayra menyeret kopernya menyusul Azella.

"Pagi Om, Tan," sapa Azella kepada kedua orangtua Ayra.

Richard tersenyum ramah. Sementara Vera berseru heboh.

"Eh, Azell! Udah lama Tante nggak liat kamu. Gimana kabarnya? Mama sama Papa baik kan? Kata Ayra kamu udah lama nunggu di sini? Duh, maaf ya jadi ngerepotin," cerocos Vera setelah sempat bercipika-cipiki dengan Ayra.

"Mom nanya satu-satu dong, kasian tuh Azella mukanya bingung gitu," Darren terkekeh.

Ucapan Darren tanpa sadar membuat pipi Azella bersemu.

"Aku baik kok Tan, Mama sama Papa juga. Nggak ngerepotin kok, Tan. Tadi emang salah aku datengnya terlalu pagi-"

"Karena terlalu excited buat ketemu Darren," potong Ayra.

"Ayra!" Azella memelototinya dengan pipi yang memerah.

"Eh? Kok pipinya sama-sama merah sih? Ekhem, jodoh tuh jodoh," goda Ayra. Sial, rutuk Azella dalam hati.

Entah apa yang merasuki Ayra saat ini hingga ia menjadi sangat jail dan super menyebalkan, terutama bagi dua orang yang sekarang sama-sama memalingkan wajahnya karena salah tingkah.

"Mom, Dad, bukannya tadi udah janji beliin Ayra cemilan di bandara? Tuh, ada minimarket. Beli yuk," ucap Ayra seraya menunjuk ke arah minimarket tak jauh dari mereka dan menarik-narik tangan kedua orangtuanya menjauh. Double sial.

When Friendship Becomes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang