Jadilah milikku....

1.8K 35 7
                                    

Thory datang lagii....lagi dapet feel dikit....nulis gini mesti sensitif dan baper supaya feelnya dapet tapi masalahnya Author ini punya penyakit moody stadium 3 susah ketolong
Skiiiiip!!!!

Cekidot!!!!

------------------------------------------------------

Wussshhhh!!!!

Angin dingin itu menyentak kesadaran, dunia abu-abu tanpa cahaya membuat pemilik mata itu tercekat. Matanya nyalang menelusuri jarak, sejauh mata memandang hanya abu-abu kosong.

"Aaaah.....too........"

Dia berlari tapi semakin jauh berlari kegelapan itu membuatnya kembali ke tempat itu. Gadis itu kelelahan meringkuk menyerah semua ketakutannya seakan datang mengerubungi.

"Amare...."

Suara bariton itu menyentaknya. Suara tegas sekaligus putus asa. Suara itu awalnya jauh, ia terdiam menenangkan suaranya sendiri, mencari-cari sumber suara seperti laron yang menemukan cahaya. Suara itu tidak asing dan begitu ia rindukan. Tapi siapa, lidahnya kelu untuk menyebutkan nama itu.

"Amare... Bangunlah..."

Degggg!!!!!!

Cahaya itu menyilaukan tapi tertutup sosok tegap yang menghalangi cahaya itu. Mulutnya kering, tak ada satu suarapun yang keluar.

"Amare... "

Sosok dengan suara bariton itu nyata. Pierre ada di hadapannya memeluk tubuhnya yang lemah. Tangan besar dan kuat itu mengusap wajahnya yang basah dengan kelembutan permen kapas yang manis. Ia mendesah lega bahwa tadi hanya mimpi. Hanya mimpi buruk yang sangat menakutinya.

Pria itu mengangsurkan segelas air putih ke depan bibirnya membantu gadis itu meminumnya perlahan. Wajah pria itu sungguh membuatnya merasa semakin sedih. Raut wajahnya memang dingin dan menakutkan tapi sirat kemarahan dan penyesalan dari matanya itu yang tak mampu tersembunyi.

Tangannya yang gemetaran berusaha keras meraih wajah aristrokat itu menyentuh kerut-kerut di dahi dan sekitar matanya. Mata pria itu terpejam dan wajahnya merileks saat sentuhan lembut itu menyusuri dahi, alis kelopak, bulu mata, garis hidung, tulang pipi dan rahangnya. Seakan sang dewa membiarkan waktu disekitar mereka terhenti sejenak.

"Kau baik-baik saja..." ucap Jade khawatir meski suaranya masih bergetar.

"Demi semua kegelapan, dari mana kekhawatiran konyolmu itu berasal, lihat saja dirimu nona..." desis Pierre kesal

Jade tersenyum geli melihat perubahan raut wajah pria itu. Raut wajah yang seperti ini jauh lebih baik daripada tadi, ini sungguh melegakannya. Pierre meraih tubuh Jade pelan hati-hati ke dalam pelukannya. Tubuh gadis itu seakan bisa retak kapan saja kalau dia salah menyentuhnya.

Jade menyampirkan tangannya di dada Pierre seraya menghirup dalam-dalam aroma dark chocolate yang menguar dari tubuh Pierre. Ia akan mengingat aroma ini baik-baik, satu lagi memori yang akan ia simpan baik-baik. Keberuntungannya.

Pierre hati-hati merubah posisinya menjadi memangku Jade. Membuat Jade duduk mengangkanginya. Getaran itu begitu kentara, terasa memabukkan sekaligus menenangkan. Sensasi ini membuat Pierre merasa pening namun, pening yang menyenangkan.

"Apa yang kau mimpikan amare dalam tidurmu sehingga kau begitu ketakutan?"

"Umhhh..." gumam Jade menggelengkan kepalanya dalam dekapan Pierre

"Amare...katakan sesuatu!" tegas Pierre seraya menengadahkan ke wajahnya Jade ke hadapan wajahnya.

Jade bisa merasakan nafas teratur Pierre, menatap bibirnya yang merah dan membentuk garis lurus tanda bahwa dirinya tak ingin dibantah. Kedua mata merah-biru itu masih membuatnya terkagum-kagum. Secara keseluruhan menatap wajah Pierre dari jarak sedekat ini membuat pikirannya menjadi kosong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jade PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang