Ya Tuhan, rasa apa ini?? Rasa yang perlahan menyusup di antara kesadaranku dan menyesakkan dadaku. Aku merasa tercabik-cabik ketika harus memasuki ruangan chek-in Bandara Sepinggan. Aku menatap Mas Fardhan dari balik kaca dengan air mata yang tanpa kusadari menetes membasahi pipiku yang makin tirus karena telah banyak kehilangan berta badan.
Sorot mata Mas Fardhan penuh luka. Ada kepedihan di sana dan air mata yang mengaburkan matanya yang kelam. Sesuatu seperti tercabut dariku ketika Mas Fardhan memelukku. Aku tidak ingin melepaskan pelukannya. Aku ingin selamanya berlabuh di dada bidangnya. Aku ingin menyandarkan segela keletihanku dan berlindung dalam rasa aman yang selalu ada bersamanya. Ya Tuhan, ada apa di antara kami?? Kenapa takdir begitu kelam mempermainkan hati kami?? Aku ingin begitu berlari ke arahnya dan bukan kembali ke Solo.
Sambil duduk di dalam pesawat, aku menatap senja yang mulai turun dari balik jendela. Aku menyaksikan keindahan langit biru yang berubah menjadi ungu lembayung dan keemasan. Keindahan yang memilukan hati dan tidak pernah kubayangkan saat pertama kali menginjakkan kaki di Balikpapan. Begitu berat rasanya meninggalkan kota ini, seolah seluruh hatiku tertinggal di sana dan menjadi milik seseorang laki-laki yang telah menjadi milik orang lain, mimpi buruk yang berulang dari Zaenal.
********
Freny dan Nuril telah menungguku di Bandara, aku nyaris tidak bisa menggerakkan kakiku turun. Aku ingin kembali ke Balikpapan. Aku menatap kedua sahabatku itu dengan rasa asing. Ya Tuhan, benarkah mereka sahabatku?? Aku seperti tidak mengenal mereka. Solo seperti asing bagiku. Freny dan Nuril bergantian memelukku dengan gembira, tetapi hatiku kosong. Aku tidak bisa mengingat jalan menuju rumahku, bahkan tidak bisa mengingat rumahku sendiri.
Ketika Dendy, sepupuku memelukku sambil tertawa bahagia, aku merasa hampa. Aku berusaha bersikap biasa seolah mereka bukan orang asing bagiku, tetapi hatiku makin tercabik-cabik. Aku membagikan oleh-pleh yang kubawa, bercerita dengan riang, tetapi hatiku sakit. Aku seperti tengah memerankan sebuah tokoh pementasan sandiwara. Aku berpura-pura menjadi diriku yang tidak kukenali.
Aku bertahan dengan sandiwaraku sampai keesokan malam, aku merasa semakin rapuh dan terkadang berubah menjadi anak-anak, berbicara seperti anak-anak, bukan seorang dewasa berumur 35 tahun. Aku merasa sakit. Aku pun menangis. Aku ingin mengingat, tetapi aku tidak bisa. Aku takut pada semua hal termasuk kamarku sendiri. Aku terjatuh nyaris pingsan. Rasa sakit dan sesak yang begitu hebat menghantam dadaku.
Malam itu kondisiku kembali drop. Aku tidak bisa bernapas. Mas Fardhan berkali-kali menelepon Freny dan Dendy untuk meminta tolong agar membawa Sembo ke rumah Nuril. Aku mengurung diri di kamar Nuril. Aku tidak mau bertemu siapa pun dari mereka. Nuril membawaku ke rumah ibunya di Solo agar aku bisa lebih tenang di tengah-tengah orang baru, tetapi itu pun tidak membantuku. Aku hanya ingin bertemu Mas Fardhan. Dalam pelukan Nuril, aku menceritakan semua yang kurasakan tentang mas Fardhan.
Nuril memintaku agar tidak menghakimi cintaku kepada Mas Fardhan. Cinta itu datang karena Tuhan. Nuril mengingatkanku pada kondisi keluarga Mas Fardhan dan bagaimana menderitanya keluarga Mas Fardhan. Nuril pernah tinggal bersama mereka selama satu bulan. Nuril mengatakan kalau mungkin aku adalah jawaban dari doa-doa Mas Fardhan selama ini. Mas Fardhan membutuhkan cinta yang tulus dalam hidupnya.
Sejak bertemu Habib dan mendalami agama serta dunia pengobatan, ia terus berharap bisa menjadi imam yang terbaik bagi keluarganya. Mbak Indah tetap tidak bisa dibawa ke dunia yang lebih baik. Tujuh tahun Nuril melihat mas Fardhan berjuang, mas Fardhan sudah bercerita kepada Nuril kalau ia mencintaiku. Aku bersikeras tidak mau terjebak dalam sutuasi yang sama seperti dengan Zaenal. Nuril mengatakankalau aku tidak tahu rahasia Tuhan. Ia memintaku untuk tidak membinih cintaku dan membiarkan cinta itu berkembang sebagaimana seharusnya. Sekarang yang terpenting bagiku adalah menyatukan jiwa kembali agar aku bisa kembali ke kantor dan bisa menjalani hidup seperti biasanya. Aku juga harus mengembalikan ingatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Seorang Bipolar Disorder
SachbücherBipolar disorder sebenarnya sudah dikenal dan diperhatikan oleh banyak negara maju di dunia. Tiga sampai Lima orang dari setiap seratus orang dewasa didunia dipastikan mengidap bipolar disorder. Rasio penderita antara laki-laki dan perempuan sama ra...