Suatu pagi di awal bulan Februari 2012, ketika aku hendak berangkat ke kantor, aku didera perasaan sakit luar biasa. Mas Fardhan baru tiba kemarin siang dari Balikpapan. Setiap kali mas Fardhan mengunjungiku di Solo, aku bisa menampilkan topeng 'baik-baik saja', tetapi pagi ini aku tidak sanggup lagi. Semua sudah di ujung batas kekuatanku. Aku tidak sanggup memaksakan diri untuk bangun.
Mas Fardhan berdiri di pintu kamar dan menyuruhku merangkak. Aku tertegun. Aku merasa mendapat kekuatan baru karena rasa malu dan penasaranku atas ucapan Mas Fardhan. Aku tidak mau Mas Fardhan melihat kelemahanku dan rasa sakit yang telah kusembunyikan bertahun-tahun. Sambil memaksakan sebuah senyuman, aku bangkit dan pergi mandi. Air selalu memberiku kekuatan baru. Ketika aku sudah rapi, aku menemui Mas fardhan yang sedang duduk merokok di ruang tamu. Ternyata Mas Fardhan tahu kalau setiap pagi aku harus merangkak bangun dari tempat tidur dan memaksakan diri berangkat kerja.
Kedatangan Mas Fardhan ke Solo kali ini diundang oleh suara yang didengarnya seusai shalat tahajud. Suara itu menyuruhnya pergi melihat keadaanku. Ia melihatku berbaring gelisah menahan sakit dan terpaksa merangkak bangun untuk pergi ke kantor. Tiga hari berturut-turut ia melihat keadaanku selalu sama. Ia penasaran, lalu memutuskan untuk datang ke Solo. Mas Fardhan sedih menatapku, aku tergugu dan tanpa sadar air mataku mengalir.
"Tembok pertahanan diri yang kamu bangun begitu kokoh Sembo. Gila!! Aku mencoba merasakan apa yang kamu rasakan dan aku tidak sanggup. Bagaimana kamu bisa menjalani rasa sakit seperti itu selama bertahun-tahun?? Masya Allah, izinkan aku mencoba untuk meruntuhkannya. Itu bukan kamu yang sebenarnya, Sembo. Kalau kamu mengatakan 'Aku mengenakan topeng,' kamu merasa tidak mengenakan topeng, tapi kamu mengurung jiwamu yang ada dibalik sebuah tembok yang luar biasa kokoh. Kamu seperti robot yang kamu perlukan untuk bertahan menjalani satu hari. Kamu melukai dirimu sendiri. Semua sarafmu bisa rusak. Tolong jangan begini, Sembo. Biarkan aku meruntuhkan tembokmu, jadilah dirimu sendiri."
Menurut mas Fardhan, pelan-pelan aku sedang membunuh diriku sendiri. Entah sampai kapan fisikku bisa bertahan. Aku terdiam dan merenungkan semua ucapan Mas Fardhan. Selama bertahun-tahun, aku telah bertahan dan membiarkan tidak seorang pun tahu kondisiku, termasuk Ardi dan Zaenal. Mas Fardhan mengingatkanku kalau setiap manusia punya daya tahan fisik dan punya batas. Aku sudah hampir di ujung batas kekuatanku. Mas Fardhan bersikeras akan menghancurkan tembok pertahanan yang telah kubangun. Aku tidak bisa selamanya menjadi pengecut yang bersembunyi di balik tembok. Padahal di balik itu, aku rapuh, penakut dan lemah.
Aku mulai merasakan amarah dan emosi mengusai diriku. Mas Fardhan terus berbincang tentang Ardi, Zaenal, Priya dan semua hal yang menyakitkan hatiku sampai akhirnya aku tidak tahan lagi mendengarnya. Aku menjerit marah. Ketika Mas Fardhan mendekatiku, aku mendorong dan menonjok mukanya dengan kencang. Mas Fardhan berusaha memeluk dan menenangkanku yang mulai histeris, tetapi aku terus meronta. Aku menjerit menangis dan histeris. Aku terus meronta sampai kehabisan tenaga dan terkulai dipelukan Mas Fardhan. Mas Fardhan mencium kepalaku, mengusap punggungku dengan lembut, dan membisikkan minta maaf. Matanya berkaca-kaca, ia menjelaskan kalau ia harus membuatku mengeluarkan semua kemarahanku yang selama ini terpendam.
Aku terisak setelah sekian lama aku bisa melepaskan emosi, kemarahan, kepedihan dan kesakitanku. Mas Fardhan sengaja memancing emosiku agar lepas. Mas Fardhan membujukku pergi ke dokter. Kami menemui beberapa dokter, mulai dokter penyakit dalam sampai dokter saraf, tetapi tetap tidak menemukan jawaban yang pasti. Setelah lelah dari dokter yang satu ke dokter yang lain tanpa menemukan kejelasan tentang penyakitku, aku bertemu dengan dokter Asri.
"Saya sudah memeriksa. Data riwayat rekam medis Mas. Saya bingung sebetulnya Mas sakit apa. Memang cytomegalovirus akut bisa menyebabkan banyak hal dan itu harus diperiksa lebih lanjut. Sementara ini, saya lebih condong Mas menderita psikosomatis dan depresi sedang,,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Seorang Bipolar Disorder
Non-FictionBipolar disorder sebenarnya sudah dikenal dan diperhatikan oleh banyak negara maju di dunia. Tiga sampai Lima orang dari setiap seratus orang dewasa didunia dipastikan mengidap bipolar disorder. Rasio penderita antara laki-laki dan perempuan sama ra...