Bab 1

142 23 12
                                    

Hidup seorang Nada Sofwa Kusuma atau yang biasa dipanggil Nada bukanlah hidup yang biasa diimpikan oleh kebayakan wanita. Banyak wanita membayangkan hidup bergelimpangan harta, kasih sayang orang terdekat, dan cinta tulus orang terkasihnya. Namun hidup seorang Nada hanyalah sebagai gadis dari keluarga menengah kebawah. Dicintai oleh lelaki suaminya kelak adalah impiannya. Dan bila beruntung hidupnya diberi kecukupan itu merupakan suatu anugrah yang diberikan kepadanya, pikirnya sederhana saja.

Hidupnya berubah sejak ia lulus SMA dan bertamunya keluarga Bramasta di kediaman sederhananya. Ia yang semula berencana menunda keinginan kuliah karena biaya ditawari oleh Nyonya Bramasta, Nirmala Bramasta, untuk tinggal di rumahnya serta biaya kuliah yang akan ditanggung oleh keluarganya. Alasan yang diberikan saat Nada bertanya kenapa ia berbaik hati adalah keinginan memiliki anak perempuan karena ia hanya memiliki satu putra.

Nada yang dibesarkan orang tuanya untuk tak meminta-minta dan balas budi menolak untuk disekolahkan dengan cuma-cuma, oleh karena itu setiap akhir pekan ia akan bekerja di butik Nyonya Nirmala. Disinilah perjalan hidup Nada yang baru akan segera dimulai.

***

Hari ini adalah hari pindahnya Nada ke kediaman Bramasta yang luar biasa besar baginya. Halaman luas nan hijau menyambut Nada saat pertama kali menginjakkan kaki, dilanjutkan ruang tamu yang tak kalah besar dan terkesan mewah membuat Nada terperangah. Ruang tengah, ruang makan, hingga dapur yang ditata dengan apik memberikan kesan bahwa pemilik rumah memiliki rasa seni tinggi. Hingga kamar yang nantinya akan di tempati Nada membuatnya berdecak kagum. Besar kamarnya setengah dari rumah oran tuanya, di dalam kamar sudah terdapat keperluannya lengkap mulai dari pakaian, alat make up, kompoter dan gadget, hingga perpustakaan kecil untuknya belajar. Warna kamar yang dicat pastel dan perabot dengan warna senada seakan menunjukkan bahwa kamar ini ditujukkan untuk seorang putri raja.

"Nada, mulai sekarang kamu tinggal disini ya, jangan sungkan dengan tante. Kalo ada yang diperlukan bilang saja sama tante atau bi Inah dibawah. Sekarang kamu istirahat saja, nanti malam kamu tante kenalkan sama suami dan anak tante. " ujar Nirmala.

"Baik tante." jawab Nada dengan senyum tulusnya.

Nada memutuskan untuk tidur sebentar karena cukup lelah perjalanan selama 3 jam tadi. Setelah bangun dilihatnya jam yang menunjukkan pukul 4 sore, Nada memutuskan untuk bangun, mandi dan membantu bi Inah untuk menyiapkan makam malam. Ia tak mungkin diam saja disaat posisinya hanya menumpang disini, ia cukup tau diri.

"Bibi mau buat apa? Biar saya bantu." tanya Nada.

"Gak usah non, nanti baju non kotor. Non duduk saja, biar saya yang masak." jawab bibi sungkan.

"Gak papa bi, saya sudah biasa bantuan masak ibu dirumah. Jadi biar saya bantu ya. Dan juga bibi gak usak panggil saja nona ah.. gak biasa saya bi. Panggil Nada saja ya bi." Nada tersenyum dan mulai mengiris sayur.

"Bibi gak enak non, kalo cuma panggil nama, kesannya gak sopan."

"Ya sudah bi, terserah bibi saja." Nada tak bisa memaksa.

Berdua dengan bi Inah, Nada membuat masakan untuk makan malam. Tak terasa semau masakan sudah matang dan telah siap di meja makan. Karena merasa haus, Nada mengambil minum di kulkas. Saat berbalik Nada tak menyadari Kean, putri Nirmala, berada dibelakangnya hendak berjalan ke dapur. Alhasil Nada menabrak Kean dan air yang dipegangnya tumpah membasahi wajah dan pakaian Kean.

"Astaga!! Maaf saya benar-benar tak sengaja." Nada panik dan menunduk mebersihkan baju basah Kean.

"Apa-apaan ini! Ish.." bentak Kean.

Sesaat Nada tercekat dengan bentakkan orang asing di depannya. Saat ia mendongak, ia terkagum dengan ketampanan lelaki di depannya itu. Badan tinggi tegap, rambut gelap, alis tebal, rahang tegas, bibir yang tipis menggoda, dan hidung kecil, serta jangan lupakan tatapan mata yang tajam yang mebuat lawan bicaranya menciut namun dapat menyesatkan bagi lawan jenis yang menatapnya.

"Ma...Ma..Maaf..." jawab Nada tergagap karena takut dengan tatapan tajam Kean.




LoveLightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang