Saat ini Nada sedang berada di butik yang telah dipilihkan oleh calon mama mertuanya. Nada hanya berdua dengan mamanya, Nirmala. Setelah acara lamaran, Kean langsung kembali ke Surabaya karena alasan pekerjaan. Padahal Kean memang sengaja pergi lebih cepat menghindari segala urusan pernikahan ini, ia tidak peduli apapun dengan pernikahan ini, batin Nada.
“Nada, cobain kebaya ini sayang. Pasti cantik untuk kamu sayang.” Ucapan Nirmala menghentikan lamunan Nada.
Untuk sejenak Nada mengagumi keindahan kebaya yang disodorkan oleh mamanya.
“Kebayanya cantik ma, tapi apa tidak terlalu berlebihan? Kean kan inginnya pernikahan yang sederhana saja?” ujar Nada sambil tersenyum agar tidak menyinggung perasaan mamanya.“Pernikahan kan cuma sekali seumur hidu sayang, nggak papa-papa kalo kita pilih yang terbaik kan?”
“Iya ma, tapi Nada juga setuju dengan Kean untuk konsep yang sederhana saja. Kita cari Kebaya yang lebih simple saja ya ma?” pinta Nada, dalam hati ia bertanya apakah pernikahan yang akan ia jalani dengan Kean akan langgeng sampai akhir hayatnya. Hatinya teriris membayangkan bagaiman ia akan menjalani pernikahannya kelak.
“Ya sudah terserah kamu saja nak.. Kamu kan yang akan menikah.” Senyum mama Nirmala menghangatkan hati Nada yang sedang teriris.
Setelah proses pilih-memilih desain kebaya yang ternyata memerlukan banyak waktu untuk menyesuaikan keinginan keduanya dan proses pengukuran oleh pegawai butik. Sekarang Nada bisa bernafas lega, karena ia dapat kembali lagi ke kantor untuk mengerjakan setumpuk tugas yang belum selesai. Tadi ia memang meminta ijin pada atasannya saat makan siang. Setidaknya Nada lebih memilih berkutat dengan pekerjaannya daripada segala urusan mengurusi pernikahannya yang tinggal bulan setengah.
Bukan tanpa alasan ia enggan mengurusi segala hal tentang pernikahannya, karena ia tahu sebagus apapun pernikahannya kelak Kean takkan peduli. Karena Kean pernah mengatakan untuk tak usah repot-repot mengurusi pesta perkawinan mereka, ia tak akan tersentuh dengan hal itu. Jadi setiap kali Nada membantu mama mengurusi persiapan pernikahannya ia akan merasa sakit hati tiap kali mengingat ucapan Kean padanya.
Seperti pada minggu kemarin, Nada menelepon Kean untuk bertanya gedung mana yang dipilih oleh Kean. Kean hanya mengatakan ikut dengan pilihan Nada. Dan pada saat Nada bertanya daftar tamu yang ingin diundang oleh Kean, jawaban yang diberikan Kean sangat menyakiti hatinya.“Gue nggak akan ngundang siapa-siapa, apalagi temen gue. Siapapun tamu yang lo undang, gue nggak akan peduli. Gue sibuk, jangan hubungin gue kalo nggak ada hal penting.” Dan setelah mengatakan hal yang menyakitkan, Kean langsung mematikan sambungan telponnya.
Merasakan perasaan sakit hati yang teramat sangat, Nada menyadari bahwa perasaan sukanya pada Kean yang dulu coba dibunuhnya telah kembali. Bahkan rasa itu semakin parah dibarengi rasa sayang dan rasa cinta untuknya. Nada tak mengerti kapan rasa sayang dan cintanya bisa tumbuh bahkan semakin besar. Yang akan menjadi doa Nada mulai sekarang adalah Kean mau melihat dan membalas persaannya. Apakah doa Nada terlalu muluk untuknya?
***
Hari pernikahan seharusnya merupakan hari paling membahagiakan bagi kedua mempelai. Tapi hal itu tidak berlaku pada pernikahan yang terjadi hari ini. Tadi pagi setelah Kean mengucapkan ijab kabul di depan ayah Nada dan penghulu yang berarti statusnya telah berubah menjadi istri orang. Sejak akad nikah yang dilanjutkan dengan acara resepsi Kean tetap menunjukkan wajah datarnya. Nada tak dapat mengartikan perasaan yang ada dalam sorot mata Kean. Yang Nada tahu tak ada perasaan bahagia dalam mata indah itu.
Suasana dalam ruangan resepsi kini telah berangsur sei. Hanya ada beberapa keluarga dekat dari kedua belah mempelai. Tamu undangan hanya dari kerabat dua belah pihak, Kean yang menginkan hal tersebut. Memang Kean tak mengundang siapa-siapa begitu pula Nada tak mengundang banyak teman, hanya teman dekatnya saja. Sedangkan Kean kalo bisa memilih lebih ingin menyembunyikan pernikahan yang baru saja terjadi, ia ingin menganggap tidak ada hal istimewa yang terjadi hari ini.
Ayah dan ibu Nada hari ini terlihat begitu bahagia melihat putri sulung mereka telah menikah. Melihat binar bahagia dari kedua orangtuanya, Nada merasakan semangat untuk meluluhkan hati Kean. Ia tak ingin orangtuanya mengetahui bahwa pernikahan ini tak membawa kebahagiaan, maka seharian ini Nada mengusahakan tersenyum tulus pada setiap orang yang memberikan ucapan selamat.
Berbeda dengan Nada, sosok yang berdiri di sebelahnya hanya menunjukkan wajah dinginnya. Bahkan Nada sudah bersaha mencairkan suasana tetapi tetap tak dihiraukan olehnya. Nada hanya tersenyum kecut saat menerima penolakan Kean tadi.
“Sayang selamat ya.. Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Kamu harus berbakti dengan Kean, ingat itu sayang.” Ibu Nada memberikan wejangan dengan wajah bahagia.
“Kamu sekarang sudah mempunyai tanggung jawab sebagai istri nak, jangan kecewakan suamimu ya..” giliran ayah Nada yang memberi wejangan.
“Ayah nitip anak ayah padamu ya Kean. Ajari dia jika masih banyak kekurangannya. Ayah percayakan anak ayah padamu.” Ucap ayah Nada pada Kean. Kean hanya berusaha memberikan seulas senyum pada orangtua Nada. Hanya seulas senyum untuk menghormati orangtua Nada. Sementara Nada meringis dalam hati mendengar permintaan ayahnya pada suaminya ini.
“Iya yah.” Kean hanya menjawab sekenanya. Kemudian menerima pelukan dari ayah Nada.
“Kean mulai sekarang jangan kerjaan yang hanya kau pikirkan. Sekarang kamu sudah punya istri. Mama ingin cepat punya cucu Kean.” Mama Kean mengedipkan matanya pada pasangan baru itu.
Nada yang berada di depannya hanya tersenyum malu mendengar godaan dari mamanya.“Kamu punya tanggungjawab besar Kean menjadi kepala keluarga, jangan kamu membuat malu papa yang telah membesarkanmu.” Papa tersenyum ramah pada Kean dan Nada, yang dibalas anggukan dari Nada dan Kean.
***
Nada masih betah berada dalam kamar mandi Kean. Ia takut keluar, bingung apa yang akan dilakukan dengan suaminya di malam pertama ini. Akankah ia melayani suaminya? Atau malah diacuhkan oleh suaminya?
Nada sudah tahu jawabannya, tetapi ia tetap enggan keluar kamar mandi. Pasti awkward bagi Nada saat diacuhkan suami sendiri di malam pertamanya. Gedoran kasar di pintu kamar mandi menghentikan lamunan Nada. Mau tak mau ia harus keluar, karena pemilik kamar ini belum mandi.
“Lama sekali. Berapa lamapun waktu yang kau habiskan tak akan merubahmu menjadi menarik.” ketus Kean. Nada hanya tersenyum kecut mendengarnya.
Kini ia bingung, apa yang harus dilakukan. Menunggu Kean selesai mandi atau bagaimana. Baiklah aku akan menunggu Kean sambil duduk di ranjang saja, batin Nada. Tak lebih dari 15 menit Kean keluar dari kamar mandi. Nada yang melihatnya menelan ludah dengah susah payah. Laki-laki di depannya benar-benar tampan, dengan air yang masih menetes dari rambutnya memberikan kesan hot dan sexy. Menyadari bahwa dirinya diperhatikan, Kean melirik Nada dengan pandangan mencibir. Nada yang sadar ketahuan cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Kean melangkah kakinya ke ranjang mengambil bantal dan guling, kemudian berbalik arah. Nada yang bingung bertanya pada Kean.
“Kamu mau kemana?”
“Gue mau tidur di sofa. Jangan harap lo tidur bareng gue.” Jawab Kean ketus.
Belum sempat Kean sampai sofa dalam kamarnya, Nada sudah mencegah, “Jangan, sofa itu terlalu kecil untukmu. Biar aku aja yang tidur disana. Lagian ini kamar kamu, kamu yang harus tidur di ranjang.” Nada berdiri membawa bantalnya.
“ Baguslah kalo lo sadar.” Kean kembali menuju kasur ukuran king sizenya, yang walaupun digunakan berdua masih sisa karena ukurannya yang besar.
Nada hanya diam dan menata tempat tidurnya. Setelah selesai Nada membaringkan diri di sofa. Sofa tersebut cukup mengakomodasi Nada karena ukuran tubuh Nada yang memang kecil. Nada tidak diberi selimut oleh Kean. Bisa saja Nada minta pada Kean, tetapi setelah dilihat Kean sudah nyaman dengan posisi tidurnya, Nada sungkan unttuk meminta. Barlah malam ini ia akan kedinginan sedikit, tak apa. Kean memang menyukai suhu kamar yang dingin, jadi ia merendahkan suhu AC-nya.
Pikiran Nada menerawang, ia berpikir apakah ada istri lain yang merasakan malam pertama tidur terpisah padahal masih dalam satu kamar. Kalau hanya ia yang merasakan, berarti malang sekali nasib yang dialaminya, batinnya. Ia tak ingin menangisi nasibnya. Nada menoleh ke arah Kean yang sudah tentram dalam tidurnya, begitu tampan dan tak ada tampang garang yang selalu ditujukan pada Nada.
“Selamat malam suamiku.” lirih Nada dan ia pun mengikuti Kean ke alam mimpi.
07 Januari 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
LoveLight
Randommencoba menulis. tak tahu apakah ada yang bersedia membaca. hanya karya biasa saja. :))) cover by : bellezmr