2 tahun berlalu sejak kejadian menstruasi yang memalukan sekaligus pertama kali aku berjumpa dengan Darren. Sejujurnya aku sangat malu akan kejadian itu yang membuatku sedikit tertekan dalam menjalani hidup sehari-hari di sekolah. Kini aku menjalani tahun ke tiga, saat -saat terberat dalam hidup untuk melanjutkan ke universitas favorit, hari-hari yang penuh tekanan, dan rasa malu dan gejolak cinta yang aku rasakan untuk Darren.
Mungkin kalian sedikit heran mengapa aku bisa menyukainya. Karena jika ditanya apakah aku menyukainya atau tidak, aku tak akan pernah bisa menjawab dengan pasti sebab dan mengapa aku bisa begitu menyukai Darren. Sejujurnya, selama aku satu kelas (di kelas satu) dengannya 2 tahun yang lalu, kami tak pernah mengobrol, dia begitu dingin saat aku dekati. Sedingin tiang besi yang diterpa angin musim hujan.Aku lebih memilih menyerah saja,dan aku mulai berjaga jarak dengannya. Aku tak pernah menampakkan mukaku, saat ada Darren aku lebih memilih menghindar.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oke, kembali ke kondisiku yang sekarang duduk di kelas 3 SMA, hari ini tahun ajaran baru, aku kelas 3.James mengetuk pintu kamarku dan mengajakku untuk sarapan bersama dengan kedua orangtua ku dan nenekku.
"Emma.. sarapan, ini sudah kakak panggangkan roti selai kiwi kesukaanmu." kata James dengan senyum manis dan lesunh pipit di pipi sebelah kirinya. Ah, kakakku James memang yang terbaik.
"Terimakasih ka, mana mama, papa? nenek kemana?" tanyaku pelan.
"Si papa tadi berangkat pagi bersama mama. Nenek ke pasar dengan bibi"
"Kok pagi sekali mereka sudah berangkat?" tanyaku.
"Bawel lo, namanya juga orang kantoran yang sibuk. Huh." jawab James dengan nada yang sedikit kesal namun sambil dengan nada yang sedikit tertawa geli. James memang sempat mengeluh dengan kedua orangtua ku yang jadwalnya cukup padat, maklum, mereka berdua memang orang super sibuk yang selalu dipenuhi gairah untuk berkerja. James mungkin kehilangan sedikit rasa kasih sayang, itu sebabnya dia agak sedikit lebih mengkhawatirkan keadaanku.
"sudahkah kau sarapannya? mari kita berangkat. Kebetulan aku ada latihan kendo pagi di kampus."
"Kak, hari ini aku yang nyetir ya. Boleh ya? Please..........." pintaku dengan mata berkedip.
"Hmmmmmmm iya boleh deh. Awas kau harus hati-hati."
Hmmmmm aku mulai menyalakan mesin mobil dan mengeluarkan mobil dari halaman parkirku dengan sangat hati-hati. Karena aku pernah mengendarai mobil saat pertama kali belajar aku menabrak seekor kucing yang sedang hamil, saat aku menabraknya , kucing tersebut langsung mati dan mengeluarkan banyak darah. Aku jadi agak sedikit phobia dengan kucing.
Aku mulai menginjak pedal gas, mengendarai layaknya profesional di jalan raya, kini aku sudah mulai lancar dalam mengendarakan mobil. Aku berhenti di depan komplek rumah Anne dan melihat Anne sedang berdiri menunggu bis. Aku dengan sengaja memberhentikan mobilku dan kakakku James menurunkan kaca mobilnya dan menyuruh Anne masuk.
"Emma, kamu yang menyetir mobil??"
"hehhehe............" sahutku dengan senyuman yang sedikit bermaksud ingin sombong. hehe
Kami mengobrol dan tertawa sejenak dengan James.Kami tertawa bersama, membicarakan tentang kawanku Anne yang selalu berdandan agak sedikit berlebihan. Bayangkan saja, hari ini dia mengikat kepang rambutnya, lalu dibuat cepol ikatannya, belum lagi ditambah dengan lipgloss warna super pink yang menyala, dan dengan bando pita yang diikat di kepalanya. Serta rok SMA pendek diatas lutut dengan kaos kaki diatas lutut dan sepatu flat shoes. ARRGGGHHHHH risih sekali aku melihatnya.
"Anne, kau kenapa jadi menor begitu sih?" tanyaku.
"Hari ini adalah hari tahun ajaran pertama, aku ingin membuat image yang baru dengan gaya yang girly dan childish. bagaimana menurutmu ?"
Hmmmm aneh, sepertinya dia sedikit agak berbeda penampilan hari ini, biasanya dia tak menambahkan aksesoris apapun di badannya, mengingat gaya Anne yang agak sedikit klasik karena dia juga pemain biola di suatu orchestra muda di kotaku. Hal itu agak sedikit membuatku berpikir ditambah dengan ketakutanku tahun ajaran baru, aku takut satu kelas dengan Darren.
"Emma awassss.........................................................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" James dengan nada keras.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seketika aku menghindar dari tabrakan trotoar dekat sekolahku. aku membanting setirku ke arah kiri dan ....... "EMMAAA AWASSSSSSS !!!!!!" teriak Anne dan kakakku. Aku menginjak rem dengan keras dan CKIIIIITTTTTTTTTTTTTTT.................BRUAAAKKKKK................
"AWWWWWWW................................." teriak sesorang mengerang kesakitan.
Awwww.... aku memejamkan mataku dan menundukkan kepalaku tak kuasa untuk melihat. Lantas dengan sigap aku turun dari mobil dan langsung melihat seseorang yang aku tak sengaja tabrak, yang jelas aku sekilas melihatnya sedang naik sepeda, tas punggung dan jaket warna hitam. Dan ternyata saat aku melihatnya, dia adalah Darren.
"Yaaampun Darren maaf ya ............."
Darren hanya diam dan memegangi tangannya yang sepertinya luka lebam dan kelihatan sakit sekali, James turun dan Anne turun, aku segera membantu Darren bangun dan mengangkat sepeda fixie miliknya. Darren hanya melihatku dan diam seribu bahasa.
"Darren maaf banget ya, kita ke ruang UKS ya."
Darren hanya melihatku dan diam seperti orang bingung. Aku sendiri bingung terhadapnya sekaligus tak kuat menahan pancaran sinar kuat yang keluar dari matanya. Suasana di halaman depan parkir sekolah menjadi sedikit agak ramai namun sepi karena saat itu pukul setengah 7. Tiba tiba tangan Darren mengarah padaku dan jari jemarinya menyentuh keningku, aku agak sedikit malu dan sedikit salah tingkah, aku merasa wajahku seperti dibakar di oven bersuhu 100 derajat, nafas dan degup jantung yang cepat. Dan Darren sambil menunjukkan jari nya di depan mataku sambil berkata...............
"Kau berdarah." dengan ekspresi muka yang datar.
Hah??? berdarah. ah mati sekali aku ini, batinku.
Lalu James dan Anne datang menghampiri kami berdua, James langsung berkata pada Anne untuk membawaku ke ruang kesehatan dan dia berkata bahwa ia sangat buru-buru untuk ke kampusnya. Aku yang sedang dalam keadaan shock dengan darah di dahi ku mulai lemas dan Anne berusaha menggotongku, namun sepertinya ia cukup lemah untuk melakukan itu. Tiba-tiba aku melihat Elbert yang berlari dengan cepat menggendongku tanpa berkata apapun. Elbert sangat baik dan dia membawaku ke ruang kesehatan.
Sebenarnya aku ingin turun namun Elbert mencengkram tanganku dengan kuat sekali ditambah dengan kepala ku yang sedikit agak pusing akibat benturan kepalaku yang sepertinya terbentur stir mobil dengan kuat. Ditambah lagi rasa tidak enakku pada Anne yang sejak melihat Elbert meggendongku dia hanya diam seribu bahasa.
"Darren, sebaiknya kau juga ke ruang kesehatan saja." kata Anne pada Darren.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------