Dahiku berdarah, kepalaku pusing, aku terbaring di ruang kesehatan dengan dahi yang berdarah dan mencucurkan darahnya banyak sekali ternyata, Elbert yang kebingungan dengan darah di dahiku berusaha menenangkanku dan mencari cara untuk menanganinya. Dia seperti kalang kabut seperti monyet kebingungan.
"Tenang Elbert, aku tak apa-apa kok."
"Tak apa-apa bagaimana? kau berdarah banyak sekali, mana Anne kenapa dia tak menyusul kesini juga ? Ah selamat pagi dokter."
"Selamat pagi, dahimu kenapa?"
Dokter bertanya-tanya padaku dan mulai membersihkan dahiku dengan kapas dan dibasuhnya dengan air. Sedikit perih rasanya.
"Hmmmm..... sepertinya dahimu ada bagian yang sedikit robek, mau tidak mau aku harus menjahitnya. Bagaimana? Kau setuju?"
APPAAAA????!!! DIJAHIT??? Sejujurnya aku takut. Tapi demi kesehatan diriku itu tak masalah, yang penting aku tidak akan mati kehabisan darah di ruang kesehatan akibat kepalaku membentur stur mobil, rasanya tidak lucu saja jika aku akan mati karena hal seperti itu.
"Oke sudah selesai aku perban, kau harus kontrol dan datang menemuiku disini selama 1 minggu kedepan ya untuk mengganti perbannya. Apa kau mengerti ?Sekarang kau istirahat saja disini. Hei lelaki monyet, sudah bel, sebaiknya kau masuk ke kelasmu."
Hahaha dokter menyebut Elbert lelaki monyet? Lucu sekali rasanya, ternyata bukan hanya aku yang berpikir dia itu bocah yang terlalu lincah seperti monyet. Lalu Anne datang ke ruang kesehatan sambil membawakan tasku.
"Emma kau tidak apa-apa kan ????"
"Aku sudah baik-baik saja, aku akan beristirahat sebentar disini, sebaiknya kau masuk kelas saja, bel sudah berbunyi. Kau satu kelas dengan Elbert kan? Cepat susul dia, dia baru saja pergi ke kelasnya."
Hah tenang sekali aku.......... tak usah ikut pelajaran hari pertama sekolah. Tapi ngomong-ngomong kenapa Darren tak ke ruang kesehatan ya? Sepertinya dia tadi kesakitan sambil memegang tangannya. Dia jatuh dari sepeda kan,pasti rasanya sakit sekali. Ahh Darren maafkan aku yah........... semoga kau tidak semakin bencai terhadapku. Aku khawatir sekali denganmu. Aku memejamkan mata dan mencoba untuk tertidur supaya pusing dikepalaku ini cepat hilang. Saat aku tertidur dan setengah sadar, sepertinya ada langkah kaki mendekat, Entah itu siapa, aku merasa berat sekali untuk membuka mata. Dia menyentuh keningku yang diperban, jari jemarinya menyentuh kulitku, sangat lembut. Tak lama aku segera membuka mata.
"Emma.....kau sudah sembuh ?" sahut Elbert.
Aku sedikit kaget. Hah? kenapa dia???
"Eh engg ituuu kau disini dari tadi?" tanyaku bingung.
"He? tidak. aku baru saja datang, karena aku akan mengambil mikroskop di lab oleh sebab itu aku mampir sebentar disni untuk melihat keadaanmu. Anne khawatir denganmu dia tak kuat melihat kau dijahit maka tadi dia tidak menjengukmu."
"Ohh sampaikan pada Anne aku akan ke kelas sebentar lagi."
Bukan Elbert yang menyentuhku tadi, lalu siapa? Aku sedikit menjadi bingung, lalu ku ambil tasku yang berwarna coklat dan kupakai sepatuku dan berdiri menuju ke kelas. ah rasanya agak sedikit pusing, aku keluar dari ruang kesehatan menuju ke kelas.
Aduhhh kenapa ini ? Kepalaku rasanya seperti berputar, kepalaku pusing sekali. Aku memaksakan diri menaiki tangga dan sepertinya tanganku bergetar dan rasanya badanku ingin jatuh.............. ah aku pasrah saja.
"Eitsss..........." ada seseorang yang menangkapku.
ELBERT ??!!
"hampir saja kau jatuh, kalau kau terjatuh nanti bisa repot, lebih baik kau aku gendong saja. bagaimana ?"
"eh tidak udah Elbert, aku hanya butuh duduk sebentar."
"Sudahlah tidak apa-apa, aku akan menggendongmu, ayo kemari."
kepalaku seakan tak ingin diajak kompromi, dan aku pasrah saja, kebetulan Elbert datang untuk membantuku.
Sepasang mata memperhatikan ke arah kami, entah itu siapa, tatapannya tajam dan spertinya itu tatapan kebencian.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------