Emma merasa sedih dia sejenak berpikir, dan berpikir, dia kecewa mengapa ia membuang-buang waktunya selama ini,
mengapa aku harus terus menunggu selama ini, sampai kapanpun aku menunggu aku tak akan pernah bisa dekat apalagi mengenal Darren lebih dalam lagi, menyukai Darren hanya bisa memberatkan hati ini saja, bodoh sekali aku berpikir Darren bisa menyukaiku, hingga detik ini pun kami tak pernah ngobrol, sudahlah, mungkin hanya aku yang ke-geer-an. Bodoh. Aku akan menyerah, aku tak mau suka lagi padanya. aku tak peduli. Batin Emma sambil berjalan menghindari Anne yang bergandengan tangan dengan Darren. Emma berjalan, ia tak sanggup melihat mereka.
"Darren, sepertinya ini akan berhasil." bisik Anne. namun Darren tak menjawab, dia hanya diam dan melepaskan pegangan tangan Anne dan berbalik badan sambil memasukkan tangannya ke saku dan meninggalkan Anne.
"Apakah yg aku lakukan ini benar?" batin Darren.
Emma pulang ke rumah, dia melemparkan tasnya, dan membanting tubuhnya di atas kasur dan mendekap bantal di bibirnya sambil berteriak.
SIIIIIIAAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLLLL...............................
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi hari tiba, Emma bersiap-siap datang lebih pagi, karena James tak bisa mengantarnya ke sekolah karena ada kejuaraan kendo, dan dia terpaksa harus naik kereta. Emma berjalan ke arah stasiun, pagi itu gerimis turun dan angin bertiup kencang.
"Tumben sekali pagi-pagi cuaca saja sudah buruk." sambil merapikan rambutnya yang tertiup angin sambil mendengarkan I-pod nya.
Emma bertemu dengan Elbert dengan Anne dalam perjalanan. Anne menebar senyum dan Emma membalas, mereka saling bercerita satu sama lain tentang hal yg ada di kelas mereka masing-masing. Mungkin kalian belum tahu, Emma tidak satu kelas dengan Anne.
"Emma, kau sekelas dengan Darren kan? Tahun terakhir di SMA kau harus bisa mendekatinya." kata Anne. Emma hanya diam kemudian menjawab.
"Aku menyerah."
Anne tersentak kaget. "KENAPA?"
"menyukainya hanya membuang waktuku saja, hingga detik ini pun kami tak pernah mengobrol atau menunjukkan perasaan satu sama lain, jadi buat apa aku usaha mendekatinya, mustahil."
Anne hanya bisa menghela nafas panjang, dia berdiri di hadapan Emma dan memeluknya,
"Emma kau yakin tidak mau sama Darren?"
emma mengangguk. Lalu Anne bertanya, "Bagaimana jika aku jadian dengan Darren?"
Emma sedikit kaget dan refleks menoleh pada Anne, "Kenapa kau bertnya seperti itu?"
"Tidak... aku hanya bertanya saja.Hehehe..."
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah bersama-sama, sebenarnya Emma memang masih menyukai Darren, namun Emma memutuskan untuk memendam perasaannya saja.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bel masuk berbunyi, Emma dan Elbert masuk ke kelas A, sedangkan Anne masuk ke kelas B, ya mereka memang berbeda kelas,
"Emma istirahat nanti main ke kelasku ya..."
Anne hanya mengangguk sambil tersenyum melihat tingkah laku Anne yg lincah, aaahhh dingin sekali cuaca hari ini, sepertinya akan turun hujan, membuatku mengantuk saja, bati Emma, tiba-tiba ada seseorang yg mengelus kepala Emma.
"selamat pagi Emma."
"pagi Elbert." sahut Emma.
Saat jam pelajaran, Emma berjalan menuju toilet, dan saat ia kembali guru biologi nya menyuruh untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang. Emma sedikit kebingungan karena ia baru saja datang dari toilet dan sedikit tertinggal pelajaran sehingga ia belum mendapatkan kelompok.
"Maaf bu, jumlah nya ganjil, saya tidak mendapatkan teman kelompok. Bolehkah saya bergabung dengan yg lain?"
Tiba-tiba ada yg mengetuk pintu.
"Maaf bu saya terlambat." kata Darren.
"Kebetulan Emma, Darren datang, karena kalian sama-sama belum dapat kelompok lebih baik kalian satu kelompok saja. Cepat kalian ambil mikroskop di ruang penyimpanan lab!" bentak Ibu guru.
"Aku saja yang mengambil," sahut Emma.
"Sudahlah, aku saja." Darren menyentak.
"aku saja" Emma memaksa
"aku saja" Darren lebih memaksa
"aku sajjaaaaa..." Emma lebih memaksa
"sudah biar aku saja." Darren lebih lebih memaksa
"OKE! CUKUP WOI ! kalian berdua ambil bersama SEKARANGGGGG!! Pagi-pagi sudah membuat naik pitam saja."
Emma ketakutan dengan kemarahan guru monster itu, kemudian mereka berdua melakukan tugas praktikum bersama. Mereka membedah sel kulit hewan dan mengamati bersama, tak jarang mereka saling kontak fisik. Hal ini tentu membuat Emma sedikit agak salah tingkah, pipi nya merah bagai tomat, tangannya penuh dengan peluh keringat. Namun Darren tetap fokus pada pekerjaannya, sedangkan Emma sedikit mencuri pandang wajah Darren
Ahhhh tampan sekali lelaki ini, wangi parfumnya tak akan pernah aku lupa, ah beruntungnya aku bisa sekelompok dengannnya, sepertinya kalimat ku kemarin aku tarik kembali, aku suka Darreennnnn ! batin Emma.
Elbert memandangi mereka berdua, timbul sedikit rasa cemburu dalam dirinya,
"Seharusnya kau denganku Emma."
-----------------------------------------------------------------------***-----------------------------------------------------------------
Curahan Penulis :
Hai para pembaca, terimakasih sudah membaca ceritaku hingga part ini, aku senang sekali, terima kasih atas vote dan comment dr kalian, tanpa dukungan kalian mungkin penulis sudah tidak akan berhasrat lagi untuk melanjutkan cerita ini, Oiya ada satu hal yg ingin penulis jelaskan mengenai rating cerita ini, sebenarnya ini adalah cerita reaja, dan penulis yakin sudah merubah ratingnya TAPI KENAPA TETAP RESTRICTED? atau mungkin sedang ada error-kah?? Tetap membaca cerita yg SANGAT JAUH dari rating restricted ini yahhh >..< thanks atas dukungannya.