EMPAT

532 38 8
                                    

Saat ini mereka sedang berada di hutan besar. Kebalikan dari hutan kecil yang pohonnya ramping dan daunnya yang jarang, hutan besar memiliki pohon-pohon tua yang besar dan daunnya rimbun. Mereka harus melewati hutan besar ini jika ingin ke Tripolly. Harfland, Tripolly, Linoa dan Aquarine adalah desa yang memiliki pohon kehidupan. Harfland sudah tahu cepat atau lambat ‘Raja’ itu akan mengambil pohon kehidupan mereka. Tapi desa lain yang memiliki pohon kehidupan tidak. Jadi sudah seharusnya mereka diberitahu. Semoga mereka tepat waktu menyampaikan kabar ini.

Dataran hijau di timur. Tripolly. Tempat itu menjadi tujuan pertama mereka. Tempat terdekat dari Harfland. Hanya perlu dua hari untuk sampai disana. Satu hutan besar dan satu hutan kecil. Sejauh ini tidak ada yang menghalangi mereka. Belum.

Baru satu hari mereka meninggalkan Harfland, tapi rupanya Selena sudah rindu masakan Nyonya Anevay. Dia adalah pemilik kedai di Harfland. Selena sering dikirimi makanan, yang berarti Hugo juga mendapatkan makanan itu. Semua orang di Harfland menyayangi Selena karena dia istimewa. Bayi yang lahir saat gerhana matahari selalu istimewa.

Perjalanan ke Tripolly sangat menyenangkan bagi Abel dan Selena. Mereka belum pernah ke Tripolly. Menurut kabar yang beredar Tripolly sangat berbeda dengan Harfland. Jika Harfland adalah daerah yang berbukit-bukit, Tripolly adalah daerah yang datar. Jika Harfland memiliki banyak menara pengawas, Tripolly hanya memiliki sedikit menara pengawas. Jika di Harfland ada banyak makhluk lain selain manusia, di Tripolly hanya ada manusia dan elf.

Hugo sudah pernah ke Tripolly. Untuk mengerjakan sebuah tugas yang diberikan Tiarna. Saat sampai disana dia mendapat tatapan penasaran orang-orang disana, khususnya anak-anak. Ada seorang anak yang memberanikan diri mendekat lalu bertanya, “Permisi, apakah tuan Centaur emas? Bukankah anda seharusnya sudah punah? Dalam buku sejarahku anda seharusnya sudah punah”. Pertanyaan yang sedikit menyinggung, tapi Hugo sudah diperingatkan Tiarna soal ini. Jadi dia menjawab, “Nak, ini dunia nyata, bukan buku sejarah. Lain waktu aku akan mengajarimu sejarah yang sesungguhnya”.

Saat mereka sudah dekat Tripolly, matahari masih tergantung dilangit. Ya, mereka tiba lebih awal. Menguntungkan? Tidak terlalu. Dengan segera mereka menuju ke pusat desa. Tempat dimana pemimpin tertinggi Tripolly tinggal. Disini mereka memanggilnya Dominus. Dipinggir jalan banyak rumah-rumah penduduk, tapi tak ada satu orang pun yang terlihat. Mungkin mereka malas keluar. Atau mungkin sedang bekerja. Tapi tunggu, ini adalah bulan ke delapan! Mereka pasti sedang menghadiri suatu perayaan. Dimana ada perayaan disana ada makanan enak, setidaknya itu menurut pikiran Selena.

Tapi seandainya memang ada perayaan, hiasan khas perayaan tidak ada di sepanjang jalan. Ada hal lain yang sangat mengganggu, beberapa atap rumah penduduk rusak, ada bekas rumput terbakar dan begitu juga dipohonnya.

“Selena! Apa kau ingin makan enak?” tanya Abel.

“Tentu saja, siapa yang tak suka makanan enak? Tapi apa itu makanan untuk manusia?” tanya Selena sambil melirik ke arah Hugo.

“Apa kau mencoba menyindirku, anak kecil?” jawab Hugo.

Sebelum menjawabnya, Selena berlari menjauhi Hugo. “Tentu saja tidak...kecuali...kau adalah seekor kuda yang memakan rumput..hahaha” kata Selena sambil terus berlari.

Hugo dan Abel tahu kalau Selena hanya bercanda, tapi dia tetap harus diberi sedikit pelajaran. “Apa kau menantang kami? Baiklah, kita berlomba sampai ke pusat desa! Lurus saja, ikuti jalan ini” Tantang Hugo, setelah mengatakannya dia dan Abel berlari menyusul Selena.

Kau memang tidak bisa menang dalam lomba lari, jika lawannya Centaur-yang sekuat kuda. Meskipun Selena kalah -Abel yang kedua dan Hugo tentu saja yang pertama- mereka sampai di pusat desa lebih cepat. Tidak seperti perkiraan Abel dan Hugo sebelumnya, tidak ada perayaan. Yang berarti tidak ada makanan. Dan seperti dijalan tadi, disini juga banyak bekas rumput dan pohon terbakar.

Karena tidak ada perayaan, mereka langsung menuju ke tempat tinggal Dominus. Didepan pintu gerbang hanya ada beberapa penjaga.

“Ada yang bisa kami bantu?” Tanya salah satu penjaga tempat itu.

“Kami ingin menemui Dominus, bolehkah?” Ujar Abel.

“Apa alasan kami untuk memperbolehkan kalian masuk?”

“Kami datang dari Harfland atas perintah Tiarna, dia berpesan agar kami menyampaikan langsung surat ini pada Dominus”

“Apa kalian bisa dipercaya?”

“Tentu saja bisa”

“Tunjukan pada kami mengapa kalian bisa dipercaya!”

“Penggal kepala kami jika kami berbohong pada kalian atau mencelakakan Dominus” ujar Hugo, yang sudah kesal dengan perizinan ini.

“Baiklah, kami percaya pada kalian. Jangan menghancurkan kepercayaan kami, karena kalian tidak akan mendapatkannya lagi. Silahkan masuk, kalian akan diantar oleh dua penjaga menuju tempat Dominus” katanya.

“Hugo, apa mereka akan memenggal kepala kita?” Tanya Selena, setengah berbisik.

“Tidak jika kau bersikap baik”

Dua penjaga itu mengantarkan mereka ke ruangan Dominus. Tempat ini lebih tepat jika disebut istana. Bagaimanapun tempat ini sangat besar dan mewah.  Akhirnya mereka sampai di ruangan Dominus.

“Selamat datang saudara dan saudariku dari utara" ujar Dominus dengan lembut. Kemudian mempersilahkan mereka duduk.

“Terimakasih” ujar Hugo, yang diiringi oleh Selena dan Abel.

“Suatu kehormatan mendapat kunjungan dari Harfland. Apa ada yang ingin kau sampaikan padaku?” tanyanya.

“Tentu saja. Pemimpin kami..”

“Ada apa dengan Tiarna?”

“Bukan, ini bukan soal Tiarna. Tiarna ingin kami menyampaikan suratnya pada anda. Ini suratnya” ujar Hugo, menyerahkan suratnya.

Dominus membaca surat itu dengan teliti. Ada perubahan diwajahnya saat selesai membacanya. Raut wajahnya tampak cemas.

“Aku tahu kami bersalah. Aku dan leluhurku. Kami bersalah telah menutupi kebenaran ini” ujar Dominus.

“Apa maksud anda?” Tanya Abel.

“Kami bersalah menutupi kebenaran ini. Apa kau tahu, pohon kehidupan kami telah lama hilang. Pohon itu telah dicuri dari kami seratus tahun yang lalu. Pohon itu dicuri untuk membangkitkan Naga itu juga. Seluruh alam semesta masih berpihak pada kami sehingga nasib buruk tidak menerpa dunia kita” Dominus menarik napas sebelum kembali melanjutkan, “Namun leluhur kami tahu hal itu akan kembali terulang, kami terus mencari pohon kehidupan kami hingga saat ini. Nasib baik belum menghampiri kami, kami tidak pernah menemukan pohon itu. Aku yakin pohon itu masih disimpan oleh orang yang mencurinya, diturunkan kepada anak dari anak-anaknya untuk membangkitkan Naga itu”

Hugo hampir mengangis mendengar hal itu. Jika dua desa lainnnya juga telah kehilangan pohon kehidupannya, bisa dipastikan mimpi Hugo akan menjadi kenyataan.

“Apa ada petunjuk dimana pohon kehidupan itu disembunyikan?”

“Tidak ada, kalian hanya bisa memperingatkan desa lainnya tentang hal ini. Apa kalian tahu tentang buku itu” Tanyanya, Hugo tahu apa yang ia maksud buku itu.

“Ya, aku tahu. Buku itu ada dalam legenda semua bangsa. Buku yang akan menunjukan sebuah harapan, buku yang akan menunjukan cara membuka gerbang kebahagiaan bagi seluruh bangsa, buku yang akan menghapuskan kegelapan di dunia kami. Hanya itu yang aku tahu” ujar Hugo.

Setelah Hugo selesai bicara, Dominus bangkit dari tempat duduknya. Dia menghampiri rak buku yang terletak di sebelah kanannya. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya.

“Ini, ini adalah satu dari dua buku itu. Buku ini akan mengantarkan kalian pada buku yang satunya lagi. Mungkin buku ini kecil dan tampak tak berguna, tapi hanya ini harapan kita” ujarnya.

“Bagaimana cara menggunakannya?” tanya Selena.

“Ada beberapa petunjuk yang memang sudah ada disini, kalian hanya perlu mengikutinya. Petunjuk lainnya akan muncul saat dibutuhkan. Hati-hati dalam menggunakan benda ini, keburukan hati akan menyebabkan kesalahan besar."

The Closure Gate (DISCONTINUE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang