LIMA

501 42 12
                                    

Sebelum berangkat menuju desa selanjutnya, mereka makan malam bersama Dominus. Selama makan malam Dominus memberitahu lebih banyak tentang buku itu. Buku itu ditemukan saat pencarian pohon kehidupan Tripolly. Awalnya tak ada yang mengerti apa maksud buku itu. Setelah beberapa malam dipelajari oleh seorang pustakawan Tripolly, disimpulkanlah buku itu adalah satu dari dua buku yang terdapat dalam legenda.

Buku takdir, buku kebahagiaan, buku petunjuk atau buku Naga, begitulah kedua buku ini disebut dalam legenda. Buku yang pertama akan mengantarkan mereka pada yang kedua. Tapi buku ini hanya bisa digunakan untuk dua jenis makhluk. Pertama makhluk yang terpilih. Dan yang kedua, keturunan Sang Penjaga.

Dominus yakin jika mereka adalah orang yang terpilih sehingga dia memberikan buku itu pada mereka. Buku yang hanya memberi tahu petunjuknya pada mereka yang pantas mendapatkannya.

Ketika Hugo bertanya mengenai keganjilan yang mereka temui disepanjang jalan, Dominus mulai menceritakan semua hal. Semua hal yang desa mereka sembunyikan dari dunia luar.

“Takdirku adalah menjadi seorang Dominus. Walaupun aku tak menyukai hal itu, aku tak pernah ingin diberi jabatan seperti ini. Tidak seperti di Harfland, disini jabatan Dominus diturunkan dari ayah ke anak lelakinya. Ya, dulu ayahku juga Dominus. Dominus yang sangat bijak, tidak seperti aku” dia memberi jeda beberapa saat sebelum akhirnya melanjutkan kembali, “Aku salah saat mengambil sebuah keputusan penting. Harusnya aku tidak menyepakati perjanjian dengan kerajaan iblis itu. Di dekat desa ini ada sebuah kerajaan, kau tahu? Ya, pasti kalian semua tahu. Tapi yang kalian tidak tahu adalah kerajaan itu sepenuhnya licik. Dari Raja hingga prajuritnya, mereka semua keturunan iblis. Kukira dengan menyepakati perjanjian dengan mereka desa kami akan aman dan damai. Tapi sebaliknya, desa kami selalu dipenuhi ketakutan. Yang kalian lihat dijalan adalah bekas serangan dari mereka minggu lalu, sekarang mereka sudah pergi. Mungkin mereka akan tiba minggu depan”

“Memangnya apa kesepakatan yang kau buat dengan mereka?” tanya Abel.

“Aku tidak bisa mengatakannya. Kesepakatan itu hanya antara desa kami dan kerajaan mereka, jika hal ini diketahui orang lain.... akan berdampak buruk pada desa kami. Maafkan aku” ujarnya

“Tak apa, lalu kenapa anda tidak meminta bantuan pada Harfland?”

“Kami sudah mencoba meminta bantuan ke desa lain. Tapi, utusan kami dibunuh diperjalanan oleh mereka. Kami tidak bisa berhubungan dengan dunia lain”

“Artinya, kami beruntung bisa masuk ke Tripolly dengan selamat” kata Abel.

Dominus terbatuk cukup lama sebelum akhirnya menjawab, “Ya, kalian sangat beruntung”

“Lima tahun yang lalu aku pernah ke Tripolly, saat itu keadaan disini baik-baik saja” ujar Hugo. Selena tidak ikut dalam percakapan ini karena dia tidak tahu apa-apa, dia hanya sibuk mendengarkan dan makan.

“Karena saat itu kami belum melakukan kesepakatan apapun dengan mereka. Seharusnya aku tidak melakukan kesepakatan apapun” raut wajahnya berubah sedih saat mengatakannya. Hugo dan Abel jadi tidak nyaman karenanya.

Setelah selesai memakan hidangan yang diberikan Dominus, mereka segera berangkat. Dominus memberi mereka sedikit perbekalan sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju desa selanjutnya. Linoa.

Linoa, tempat asal Abel. Dataran gersang di selatan. Dataran itu memang gersang, tapi penduduk yang tinggal disana tidak pernah kesulitan untuk mendapatkan air. Kenapa? Karena pohon kehidupan yang mereka miliki. Linoa memiliki sebuah air terjun buatan. Air yang mengalir dari air terjun itu berasal dari pohon kehidupan yang disimpan tepat dipuncaknya. Penduduk Linoa memang sangat beruntung.

Perjalanan menuju Linoa membutuhkan waktu yang lebih lama dari perjalanan ke Tripolly. Mereka harus melewati hutan besar yang sangat luas kemudian hutan kecil dan padang gersang.

The Closure Gate (DISCONTINUE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang