Author note: Ada penambahan sedikit, ini membuat jalan cerita makin bagus #eh? Biar lebih bagus gitu..
Elvin berdecak, beneran deh kokonya itu. Gak punya rasa kasihan apa. Masa Fredly diturunin sebelum di sekolah? Mana jaraknya masih lumayan lagi, kesian kan. Kenapa juga Fredly masih mau sama kokonya? Cinta memang buta.
Baru dia menyalakan motornya saat sebuah motor berhenti di samping Fredly. Elvin memicingkan matanya, kayaknya dia kenal pengendara motor itu. Terjadi percakapan singkat sebelum Fredly akhirnya menaiki motor orang itu. Elvin cengo, kok mau-maunya sih Fredly sama orang itu? Merasa membuang waktu -Fredly juga udah ada yang anter- Elvin langsung melaju ke sekolah. Nanti dia tanyain orangnya langsung.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Thanks Viro," kata Fredly sambil turun dari motor. Viro -orang yang merebut kesempatan Elvin buat nganterin Fredly- cuma mengangguk. Mereka berdua memang sekelas tapi gak begitu akrab, makanya dia agak kaget juga pas Viro menawarkan diri naik motornya. Setahunya sih, Viro bukan tipe orang yang sepeduli ini sama orang lain.
"Tumben lu gak naik motor," kata Viro memulai percakapan. Cowok tinggi dengan kulit sawo kematangan -alias cokelat hitam- ini memang cerewet. Sekelas selama 3 tahun membuatnya terbiasa.
"Enggak, lagi dipake cici gue." Fredly dengan tenang menjawab, dia memang sudah menyiapkan jawaban bila ditanyai begini.
"Gak dianter Lexccel? Masih pacaran kan lu berdua?"
"Masihlah"
"Oh, tapi gue gak pernah ngeliat dia nganter atau jemput lu"
"Sibuk dia, lu tahu sendiri anak OSIS gimana. Oh iya lu kan OSIS juga.."
"Lu lupa gue OSIS? Parah"
"Gak ada tampang OSIS sih, jadi gue lupa"
"Tampang OSIS? Kayak mata merem mulu? -no offense-"
"Wah, nyindir Bella juga lu"
"Lah, kan lu bilang tampang OSIS?"
"Maksud gue bukan itu.. Ah sudahlah"
Tak terasa -karena mereka mengubah percakapan penting menjadi gaje- mereka sudah sampai di depan kelas. Viro langsung membuka pintu, masuk duluan. Fredly menyusul, dia sadar beberapa mata menatap mereka tapi dia masa bodo. Dia juga sadar Lexccel menatapnya tajam, tapi segara dia alihkan tatapannya. Kenapa juga itu anak? *Ya cemburulah sayanggg.
Sejujurnya, yang tahu soal hubungan Lexccel dan Fredly cuma teman-teman terdekat mereka saja. Dia gak tahu gimana cara Lexccel memberitahu Viro dan Joshua yang kayak kembar beda orang tua. Dia pikir bakal dipandang aneh, tapi keesokan harinya mereka masih biasa aja. Hal yang sama berlaku saat dia -dipaksa Tia yang kelewat peka- mengaku kalau pacaran sama Lexccel. Tia sama Eren biasa aja -excited malah-, mereka emang toleran dan suka hal begituan -tapi Eren gak keliatan aja-. Andrian sendiri agak kaget, tapi dia bilang kalau 'hal itu gak akan membuatnya menjauhi Fredly'. Mengharukan sekali.
Fredly melenggang santai ke tempat duduknya. Di sampingnya, sesosok cowok subur -kalau gak mau disebut gemuk- , Andrian, tampak asyik membolak balik buku -yang bisa dipastikan buku matematika-, sementara di depannya ada seorang cewek yang sama suburnya -alias Tia- sedang menatap layar hape-nya serius. Mereka gak ada yang sadar Fredly datang kayaknya.
"Oh, dateng juga lu," kata Andrian baru sadar ada yang duduk di sampingnya. "Belajar gak?"
"Gue? Belajar?"
"Mustahil!" sambung Tia. Kayak Andrian lupa aja tradisi kelas IPS. Selama ada teamwork yang baik, untuk apa belajar? (cr: semua murid SMA)
"Inget, bagi-bagi!" kata Tia sambil mematikan hape-nya, udah bel soalnya. "Sip sip," jawab Andrian. Tia yang tadi menghadap belakang langsung balik ke posisi semula. Kegaduhan langsung senyap tatkala bu Susan -yang digadang-gadang guru tercantik se-sekolahan- melangkah cepat ke depan kelas.
YOU ARE READING
School, Love and Pain
RomanceSummary: Sudah lelah dengan uke yang lemah lembut dan rapuh? Fredly, tokoh utama dan uke satu ini memulai revolusi uke(?). Cuek, gak peduli bahkan lebih cool dan tampan dari seme sendiri. Apa dia bisa menjadi seme #salah. Apa perjalanan cinta yang k...