Chapter 4 : Babak 1 penyelesaian

167 13 0
                                    

Lexccel dan Tia masih termangu saat Fredly bersiap keluar, Viro udah nungguin di depan pintu. Fredly pamitan -dengan gaya cool yang biasa- lalu menyusul Viro yang mulai berakrab-ria dengan Fredly. Sebenarnya mereka cuma ngobrol sedikit sih, tapi bagi Viro itu suatu kemajuan.

Terus Lexccel bakal diam aja? Yang benar aja!

Grep.

Langkah Fredly terhenti, Viro sendiri juga refleks berhenti. Sebenarnya dia gak perlu nengok buat tahu siapa yang menahan langkahnya, tapi namanya juga refleks.

Yang memegang tangan Fredly dalam rangka menghentikan langkahnya untuk pulang adalah Lexccel. Pacarnya, kekasihnya, atau apalah nama yang lain itu menatapnya tajam. Fredly menyernyit. Dia tahu Lexccel marah, tapi marah kenapa? Rasanya aneh cuma karena..

"Kamu pulang bareng aku, Ly!" Sebuah perintah, dan nada itu tidak disukai Fredly.

"Kenapa? Katanya kamu mau di sini dulu, aku capek, mau pulang"
"Aku bisa nganterin kamu! Kenapa harus dia yang nganter?"
"Lexccel, aku cuma mau sampai ke rumahku sekarang"
"Jangan alihin pembicaraan! Kamu marah karena Christa kan?"
"Aku emang gak suka sama dia, tapi kenapa kamu gak jauhin dia?"
"Ly, dia cuma temen.."
"Aku tahu, tapi maaf pikiranku kacau. Lebih baik kita gak ketemu dulu"

Fredly emang lagi kacau -menurutnya-. Kenapa dia gampang marah gini? Harusnya dia tahu Lexccel labil. Dan harusnya dia ingat Lexccel gampang kepancing amarahnya. Harusnya juga, dia langsung pergi daripada menyuguhkan tontonan ala sinetron kepada Tia yang menyeret Viro sambil menyeret cowok -setelah menendangnya- itu layaknya karung goni.

Lexccel mengeratkan pegangannya, tatapannya benar-benar menusuk. Fredly yang kalut menghentakkan tangannya, dia benar-benar kacau.

"Tia, gue sama Fredly pulang!" Lexccel agak menyeret Fredly -yang masih berusaha melepaskan diri-, Viro yang udah dikunciin Tia mulai bertingkah anarkis dengan menggedor-gedor pintu, Tia -setelah membalas salam Lexccel sambil agak nyegir- meneriaki Viro dengan galak. "Berisik!"

~

Lexccel menyeret Fredly sampai depan mobilnya, seketika Fredly menghentakkan tangannya. Lexccel melepasnya, kaget sebenarnya.

"Aku bisa jalan sendiri." Fredly masuk ke mobil Lexccel, walau begitu tatapan tajam Lexccel gak menghilang. Bahkan selama perjalanan ke apartemen Lexccel -Fredly sudah sadar kalau Lexccel pasti membawanya ke apartemennya- mereka diam. Jam 5 sore memang jam macet karena orang kerja baru pulang, tapi Lexccel benar-benar memperlihatkan skill mengemudinya. Perjalanan yang bisa ditempuh selama 1 jam bisa dipersingkat menjadi 40 menit. Kadang Fredly heran, kenapa Lexccel gak jadi pembalap?

Lihat, betapa kacau pikiran seorang Fredly saat ini.

Lexccel memarkir mobilnya di parkiran yang sudah dihafalnya, dia membuka dan menghempas pintu mobilnya. Fredly mengikuti Lexccel dengan diam. Mungkin ada yang menyangka Fredly akan tunduk pada Lexccel, tapi bahkan saat Lexccel menyeretnya -lagi- ke lift Fredly masih memberontak.

Emang walau tampang Lexccel termasuk manis alias tampang uke, secara fisiknya yang sering olahraga lebih kuat atau di atas dibanding Fredly yang lebih suka berkutat dengan komputer. Jadi bisa dipastikan Fredly gak akan bisa melepaskan diri dari Lexccel. Mengetahui fakta -yang agak menyakitkan- itu Fredly berusaha mencari cara supaya bisa lepas. Apa saat lift baru dibuka dia langsung kabur?

Gagal. Lexccel benar-benar mencengkram pergelangan tangannya sampai tiba di apartemennya. Fredly terlalu kalut untuk kabur dalam 2 detik saat Lexccel membuka pintu apartemen. Lihat betapa kekuatan otaknya melumpuh akibat suatu rasa tak masuk akal bernama cemburu.

Tapi harga dirinya sebagai cowok -yang walaupun uke- tetap tidak mengizinkannya menyerah.

Jadi, saat Lexccel mendorongnya ke kamarnya, Fredly menatapnya penuh permusuhan. Lexccel sendiri menatapnya marah, mengunci tatapan Fredly. Fredly diam saat Lexccel berjalan ke arahnya, seakan gak punya kuasa bergerak. Dia masih diam saat Lexccel memeluknya dan menciumnya. Ciuman yang penuh penuntutan Lexccel yang dibalas pasrah dan penuh pertanyaan Fredly. Semakin lama Lexccel makin menuntut, memperdalam ciuman mereka dengan menekan kepala Fredly. Bohong kalau Fredly tidak menikmatinya, tapi dia mulai sesak sehingga berusaha melepaskan diri.

School, Love and PainWhere stories live. Discover now